Title : Wrong
Couples!
Author : Nurzaita (@AiYmm257_)
Genre : Romance
Length : Twoshoot
Rating : PG-15
Cast :
- Kim
Jaejoong - JYJ
- Kim Ryeowook – Super Junior
- Shin Hyerin (OC)
- Shin Hyejung (OC)
Support
Cast :
- Kim
Hyejin (OC)
- Cho
Kyuhyun – Super Junior
***
Ryeowook POV
Aku
melangkahkan kakiku dengan santai menuju rumah. Aku baru saja kerumah Kyuhyun dan
menegur namja itu karena telah membuat dongsaengku menangis. Aku sendiri tidak
habis pikir, dongsaengku —Kim Hyejin— yang sedikit tidak waras itu kenapa begitu
tergila-gila dengan sosok Kyuhyun. Yah, walaupun kuakui Kyuhyun memang tampan
tetapi bukankah masih banyak namja lain yang lebih pantas bersanding dengan
dongsaengku? Yang kutahu selama ini, Kyuhyun itu adalah namja playboy. Aish,
Hyejin benar-benar. Memangnya sebegitu besarnyakah rasa cintanya untuk Kyuhyun?
Untung saja, aku ini oppa yang baik, oppa yang selalu perhatian dengan dongsaengnya.
Tidak seperti Jaejoong hyung. Dia itu namja yang super dingin kepada semua
orang bahkan kepada dongsaeng dan orangtuanya sendiri saja sangat dingin.
Namaku
Ryeowook, Kim Ryeowook. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Si sulung
adalah Kim Jaejoong hyung sedangkan si bungsu adalah Kim Hyejin. Aku adalah
mahasiswa dari Inha University jurusan Theater and Cinema. Umurku dua puluh
lima tahun dan status hubunganku saat ini adalah single.
Aku
menarik napas pendek dan terus melanjutkan jalanku menuju rumah. Kudongakkan
kepalaku keatas menatap langit yang mulai gelap dan siap kapan saja untuk
menjatuhkan tetesan air ke bumi. Huh, aku menyesal karena menolak Jaejoong
hyung yang tadi menawarkan untuk meminjam mobilnya. Sebentar lagi, pasti akan
turun hujan. Kusapu pandangan disekitarku, masih cukup jauh dari rumahku. Sial!
Haneullo nara oreumyeon doeyo
Modu ijeul su itjyo geu sunganmaneun
Modeun ge da gateun haneulsaekppun
iraseo
Aku
menghentikan langkahkahku. Sayup-sayup
aku mendengar suara petikan senar dari gitar yang mengalun dengan lembut, mengiri
lirik lagu yang disenandungkan dengan suara yang sangat merdu. Kalau didengar,
suara yang kudengar itu seperti suara seorang yeoja. Aku menarik bibirku
kesamping, membentuk seulas senyum. Aku menyukai pemilik suara itu. Manis.
Hei,
lupakan semua pikiranmu itu, Kim Ryeowook! Kau harus cepat-cepat sampai kerumah
kalau tidak ingin kehujanan. Huh, bodohnya diriku ini.
Aku
mulai melangkahkan kakiku dengan cepat.
Nunmuldo heuteojyeoyo barami da
gajyeogajwoyo
Geu sunganmaneun geudaewa nan kkok
hamkkehal su isseo
Aku
kembali menghentikan langkahku. Suara itu benar-benar membuatku penasaran. Seakan
terhipnotis saja, aku berjalan menuju arah sumber suara itu. Mencoba mencari
tahu siapa pemilik suara indah itu dan aku menemukannya. Menemukan sipemilik suara
indah itu. Kulihat, seorang yeoja sedang duduk dibawah ayunan disebelah dekat
rumah kosong yang menyeramkan. Beberapa saat aku hanya diam tak bergeming
menatap yeoja itu. Hei, lihatlah, dia telah berhasil membuatku terkena
pesonanya dan lihatlah senyumnya itu. Sungguh manis.
Sepertinya
yeoja itu tidak menyadari keberadaanku yang tengah menatapnya dari balik pohon.
Meolli isseodo geudael bureuneun
barami itjyo
Uriman aneun seollemi paran haneul
kkeute dahaseo
Duryeowo sumji mayo nae soneul jabayo
Jageun soksagimi malhaejun barami
jeonhaneun mal deureumyeo
Aku
masih diam ditempatku, menatap takjub yeoja yang sedang bernyanyi dengan
bermain gitar. Yeoja itu masih belum menyadari keberadaanku. Tidak apa-apa.
Kalau aku menghampiri sekarang, artinya sama saja aku telah menganggunya. Lebih
baik aku menunggunya sampai selesai bernyanyi lalu menghampirinya dan
mengajaknya mengobrol. Lihatlah, semakin lama aksinya bernyanyi dan bermain
gitar semakin bagus. Kusunggingkan senyumku menatap yeoja itu.
Haneullo nara oreumyeon doeyo
Modu ijeul su itjyo geu sunganmaneun
Modeun ge da gateun haneulsaekppun
iraseo
Nunmuldo heuteojyeoyo barami da
gajyeogajwoyo
Geu sunganmaneun geudaewa nan kkok
hamkkehal su isseo
Entah
aku tidak sadar atau apa, tiba-tiba aku sudah berdiri dihadapan yeoja itu.
Kagetnya, aku juga bertepuk tangan setelah yeoja itu selesai bernyanyi. Kalau
kulihat-lihat, yeoja itu sepertinya cukup terkejut dengan kedatanganku secara
tiba-tiba tapi setelah beberapa saat yeoja itu mulai bersikap normal.
“Suaramu
bagus.” pujiku sambil mengacungkan dua jempol tanganku padanya.
Kulihat,
yeoja itu hanya tertawa kecil dengan menutup mulutnya dengan sebelah tangan. “Kamsahamnida.”
setelah berkata, yeoja itu langsung membungkukkan badannya.
Aku
tersenyum singkat dan menatapnya. Hei, bahkan jika dilihat dari jarak yang
sedekat ini, yeoja itu terlihat jauh lebih sempurna. Kecantikannya benar-benar
terlihat dengan jelas. Benar-benar luar biasa. “Apakah kau sering bernyanyi
disini?” tanyaku.
“Ye,
aku lebih suka ditempat yang sepi dan sejuk. Karena tempat seperti itu akan
membuatku semakin nyaman melakukan setiap hobiku.” jawabnya mantap.
Aku
menganggukkan kepalaku pelan. “Kenapa harus ditempat seperti ini? Bukankah
rumah disebelah itu sangat menyeramkan?” tanyaku lagi. Aku benar-benar telah
dibuatnya penasaran. Yeoja ini benar-benar menarik.
“Aku
sendiri tidak tahu alasannya mengapa aku memilih tempat seperti ini. Tapi,
kalau kulihat-lihat tempat ini tidak menyeramkan seperti yang orang-orang katakan.
Lihatlah dengan benar sekeliling tempat ini. Tidak terlalu menyeramkan bukan?”
jelas yeoja itu panjang lebar sambil menunjuk sekeliling arah disekitar kami
dengan jari telunjuknya.
Aku
mulai mengikuti semua perkataannya. Kulihat kesekililing dan yeoja itu benar!
Tempat ini memang tidak terlalu menyeramkan, semilir angin yang terasa sejuk
berkali-kali menerpa permukaan kulitku, suasana yang sunyi dan tenang,
benar-benar indah. Hanya saja, mungkin rumah tua yang kosong itu sedikit
menganggu dan memberi kesan menyeramkan pada sekeliling lingkungannya. Tunggu,
sepertinya aku melupakan sesuatu. Ah, benar! Aku lupa untuk menanyakan namanya.
Baiklah, aku akan mengajaknya berkenalan denganku, tetapi ketika aku ingin
membuka suara, terdengar dering ponsel lebih dahulu. Membuatku mengurungkan
niatku untuk mengajaknya berkenalan dan menunggunya hingga selesai menjawab
telepon. Tidak apa-apa. Bukankah masih ada banyak waktu?
“Yeoboseyo?”
yeoja itu mengangkat panggilan dari ponselnya. Kulihat, sebelah alisnya naik
sebelah. “Mianhae... Hmm, arasseo... Ne, annyeong.” setelah mengankhiri, yeoja
itu memasukkan ponselnya kedalam saku celana dan seperti sedang terburu-buru.
“Chakkaman.”
aku menahannya yang ingin pergi. Aku tidak akan membiarkannya pergi sebelum dia
memberitahuku siapa namanya.
“Joeseonghamnida,
aku harus pergi, kau bisa lihat sendiri kan kalau sebentar lagi akan turun
hujan? Dan senang bertemu denganmu.” ucapnya. Aku merasakan yeoja itu menepis
tanganku dengan halus lalu mulai berlari meninggalkanku.
“AGASSHI,
SIAPA NAMAMU? AKU KIM RYEOWOOK!” teriakku pada sang yeoja yang semakin lama
semakin menjauh dari pandanganku. Aku berharap yeoja itu mendengar teriakanku
lalu membalasnya dengan menyebutkan namanya. Tapi sayang, yeoja itu tidak
menanggapi teriakanku dan pergi semakin menjauh.
Aku
mengingat perkataan terakhirnya sebelum yeoja itu benar-benar pergi dari
hadapanku. Kudongakkan kepalaku menatap langit. Ah, bodohnya aku! Kenapa tidak
sadar bahwa langit semakin gelap. Huh, baiklah aku harus pulang sekarang juga.
***
Normal POV
“Hyerin-ah,
dimana kakakmu? Sudah berapa lama dia pergi? Kau tidak menghubunginya?” Nyonya
Shin mendekati putrinya yang sedang menonton K-Drama di televisi.
Seorang
yeoja berwajah imut menolehkan kepalanya sekilas kearah sang Eomma lalu kembali
fokus pada tayangan yang sedang ditonton. “Aku sudah menelpon Hyejung, Eomma,
mungkin sebentar lagi dia akan pulang.” jawab Hyerin.
“Mmm,
begitu?” gumam Nyonya Shin sambil menganggukkan kepalanya tanda mengerti. “Hyerin-ah,
bisa antarkan kue yang eomma bikin tadi kerumah sebelah? Sebagai tetangga baru
yang baik bukankah harus saling berbagi dan menyapa agar lebih akrab? Hmm?”
lanjut Nyonya Shin sambil mencubit hidung Hyerin pelan.
“Kenapa
harus aku, Eomma? Kenapa bukan Eomma saja yang mengantarkannya?” sahut Hyerin
malas.
“Eomma
masih harus membersihkan rumah, chagiya, ayolah..” bujuk Nyonya Shin lagi.
“Aku
malu, Eomma. Lagipula aku belum mandi, badanku masih bau.”
“Tidak
apa-apa, Eomma hanya menyuruhmu untuk mengantarkan saja. Ayo, ikut Eomma.”
Nyonya Shin menarik tangan Hyerin cukup keras dan membawanya menuju dapur. Hal
pertama yang terlintas dalam benak Hyerin adalah dapur rumahnya sekarang sangat
kotor dan berantakan. “Nah, antarkan kue ini kesebelah. Eomma dengar sih
pemilik rumahnya sedang ada pekerjaan di Paris jadi yang tinggal disana hanya
anak-anaknya saja. Eomma harap kau bisa berteman dengan mereka.” Nyonya Shin
menyodorkan plastik berukuran besar yang didalamnya berisi kue buatannya.
“Suruh
Hyejung sajalah, Eomma, mungkin sebentar lagi dia datang.” keluh Hyerin
menerima bungkusan dari Nyonya Shin dengan malas.
“Sudah
sana, turuti saja perintah Eomma.” kata Nyonya Shin dan mendorong tubuh Hyerin
agar pergi.
Dengan
malas-malasan Hyerin melangkahkan kakinya dengan menghentak-hentakkan cukup
keras. Rasanya ia benar-benar sangat kesal karena ia harus melewatkan waktunya
untuk mengantar kue yang dibuat oleh Eommanya itu. Tentu saja Hyerin tidak akan
memberikan kuenya begitu saja, ia pasti akan diajak mengobrol oleh sang pemilik
rumah. Entah sampai kapan lamanya. Hal itu benar-benar membuat perasaan Hyerin
sangat kesal. Biasanya selalu Hyejunglah yang disuruh oleh kedua orangtuanya.
Namun karena Hyejung tidak ada dirumah, mau tidak mau Hyerin harus menurut pada
perintah kedua orangtuanya. Yah, walaupun dengan berat hati.
Hyerin
tidak sadar karena ia sudah berdiri didepan pintu rumah tetangganya. Mungkin
karena rasa kesal telah menyelimuti perasaannya sehingga membuatnya tidak sadar
bahwa sudah berdiri didepan pintu. Ia menarik napas panjang dan
menghembuskannya perlahan. Sebelah tangannya terangkat dan maju kedepan untuk
mengetuk pintu.
“Annyeonghaseyo.”
***
Jaejoong POV
“Annyeonghaseyo.”
Kubuka
mataku perlahan ketika sebuah suara menganggu tidurku beberapa saat. Aish,
siapa orang itu? Berani-beraninya menganggu tidurku. Orang itu tidak tahu apa
aku sangat lelah? Baiklah, lebih baik aku tidak menggubris orang itu. Mungkin
saja dia Ryeowook atau Hyejin yang ingin mengerjaiku saja. Hmm?
“Annyeonghaseyo.”
Aish,
benar-benar. Dia membuatku sangat kesal saja. Kalau memang dia Ryeowook atau
Hyejin, akan kuhukum mereka. Mengganggu saja.
“Annyeonghaseyo.”
Sial.
BRAK!
Kupukul
meja kecil disebelahku dengan cukup keras sehingga menimbulkan bunyi yang tidak
enak untuk didengar. Orang itu, benar-benar membuatku kesal. Sial! Awas kau
Ryeowook Hyejin! Aku akan menghukummu dan tidak akan mengampunimu! Lihat saja
apa yang akan kulakukan setelah ini. Membuat orang jengkel saja!
“Annyeonghaseyo.”
Tunggu!
Sepertinya aku belum pernah mendengar suara itu. Jangan-jangan orang lain?
Aish, Aku meruntuki diriku sendiri yang terlalu bodoh dan berpikir terlalu sempit.
Ah, tapi tetap saja orang itu benar-benar menjengkelkan saja. Baiklah, sudah
berapa kali dia bekata ‘Annyeonghaseyo’ didepan rumah sambil mengetuk pintu?
Aku jadi merasa menjadi tuan rumah yang benar-benar buruk.
Aku
beranjak dari tempatku lalu turun kelantai dasar. Sebentar, aku merasa telah
melupakan sesuatu? Tapi, apa ya? Ah, sudahlah lupakan saja. Sekarang aku harus turun
kebawah dan membuka pintu lalu meminta maaf pada orang diluar sana yang telah membuatnya harus
menunggu lama karena kebodohanku sendiri.
Kubuka
pintu dengan cepat dan aku mendapati seorang yeoja manis berdiri didepannya
dengan memasan wajah kesal. Beberapa saat, aku diam menatapnya dan kurasa ia
juga sedang menatapku. Namun anehnya, tiba-tiba saja..
“KYAAAA!”
Aku membelalakkan
mataku karena terkejut dan secara refleks aku langsung menarik tubuhnya.
Sebelah tanganku melingkar pada tubuhnya dan yang sebelahnya lagi kugunakan
untuk membekap mulutnya dengan rapat. Bodohnya, aku malah membawanya masuk
kedalam rumahku dan menutup pintu. Aish, apa-apaan ini? Kenapa aku bersikap
seperti namja yang kurangajar begini?
“Mmphh..
Mmpph..” yeoja itu berontak dan berusaha melepaskan tanganku yang membekap
mulutnya.
“Joesonghamnida,
aku tidak bermaksud jahat, aku hanya kaget mendengar teriakanmu barusan.”
ucapku datar. Sekilas kulirik yeoja itu yang menatapku dengan shock. Sial. Aku
benar-benar tidak tahu kenapa aku bersikap seperti tadi. Sungguh, aku
melakukannya secara tidak sadar. Aku sama sekali tidak mencari kesempatan apapun.
Aku
melihat yeoja itu sepertinya ingin berbicara tetapi ketika matanya kembali
menatap kebawah. “KYAAAAA!” dia kembali berteriak sambil menutup kedua
wajahnya. Bungkusan yang dibawanya langsung terjatuh kelantai begitu saja.
“Ya!
Jangan berteriak!” ujarku masih datar. “Wae?”
“Namja
babo! Kenapa tidak memakai baju? Huh? Kau benar-benar babo!” kata yeoja itu
padaku dengan nada tinggi. Yeoja itu masih menutup wajahnya dengan kedua
tangan.
Aku
menundukkan kepalaku dan melihat pada tubuhku. Sial. Jadi ini yang membuatnya
berteriak seperti itu? Aish. Aku kan hanya bertelanjang dada, memangnya salah?
Yeoja yang terlalu berlebihan! Ah, tapi ngomong-ngomong aku belum pernah
bertemu dengannya sebelumnya. Mungkin saja dia teman Hyejin atau Ryeowook
mungkin.
“Kau
terlalu berlebihan!” ujarku datar.
“Aku
tidak berlebihan, babo! Aku hanya jijik melihatnya!” balas yeoja itu.
Aish,
yeoja ini sangat menyebalkan. “Kau siapa? Mencari siapa? Ryeowook? Hyejin?
Mereka tidak ada dirumah.” ucapku.
Ia
membalikkan badannya. Yah, mungkin dia masih tidak ingin melihatku dengan
keadaan seperti ini. Aku tidak habis pikir, yeoja ini berbeda dengan yeoja lain. Biasanya yeoja
lain akan menatapku dengan tatapan ‘yadong’ atau bahkan bersorak-sorak begitu
melihat tubuhku yang terbentuk ini. Dia
yeoja yang masih sangat polos. Baiklah, aku memakluminya. Memang berapa umurnya
sekarang? Huh, mungkin sekitar tujuh belas tahunan. masih bocah dan masih
kecil. Kulihat ia memungut bungkusan yang tadi ia jatuhkan lalu menyerahkannya
padaku dengan tangan yang diulurkannya kebelakang. Ia menyerahkannya padaku
dengan membelakangiku. Huh, benar-benar tidak sopan.
“Aku
baru pindah kemarin malam dan ini kue
yang Eomma buat untukmu. Semoga kita bisa bertetangga dengan baik.” katanya.
Aku
tersenyum tipis. Yeoja itu masih tidak mau membalikkan tubuhnya. “Untukku?”
“Juga
untuk keluargamu.”
“Kamsahamnida.”
“Aku
permisi. Mungkin Eomma sudah menungguku dirumah.” pamit yeoja itu.
“Chakkaman.”
Aku
mencoba menahannya yang akan pergi dari rumahku. Tetapi yeoja itu sama sekali
tidak menanggapi perkataanku. Dia malah berjalan keluar dari rumahku. Tetapi
tiba-tiba saja aku melihatnya sedang tersandung pintu ketika ingin keluar,
spontan aku langsung menarik tangannya. Bermaksud untuk menahannya agar tidak
jatuh tetapi caraku yang bermaksud untuk menahannya agar tidak jatuh sepertinya
salah. Yeoja itu berputar kearahku lalu..
BRUK!
Tubuhku
terhempas kelantai teras rumah, itu artinya aku berada diluar dan aku merasa
sebuah benda yang tidak terlalu berat telah menindihku. Aku juga merasakan
sesuatu yang basah menempel dibibirku. Kubuka mataku perlahan untuk melihat
keadaan yang sebenarnya. Yeoja itu, apakah dia terjatuh?
Ketika
mataku perlahan mulai terbuka... UPS! Secara tidak sengaja kami berciuman
dengan bibir kami yang saling menempel.
Yeoja itu buru-buru bangkit dan wajahnya memerah. “Aku
permisi. Annyeong.”
Aku
hanya memandangi punggungnya yang mulai menjauh dari pandanganku dan menghilang
begitu membelok memasuki rumahnya. Aku masih setengah sadar, cukup terkejut
dengan kejadian barusan. Kupegangi bibirku dengan sebelah tangan dan seringai
khas menghiasi wajahku. Yang tadi itu, ciuman pertamaku.
“Hyung?
Kau tadi...”
Aku
menoleh kesumber suara dan langsung terkejut begitu mendapati dongsaengku
tengah menatapku dengan mata terbelalak. Astaga, sejak kapan Ryeowook berdiri
disana?
Dan
hujan mulai turun.
***
Normal POV
Hyejung
menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tamu. Rasa lelah langsung menyerang
tubuhnya dengan begitu cepat. Sejak ditelfon oleh Hyerin, Hyejung langsung
berlari menuju rumahnya agar ia cepat sampai. Anehnya, ia tidak melihat Hyerin
dirumahnya. Kemana anak itu? Setahunya, Hyerin paling malas keluar rumah. Dongsaengnya
yang satu itu sangat suka menghabiskan waktunya dirumah, entah apa yang
dilakukannya. Mungkin menonton K-drama? Bermain laptop? Atau tidur?
Hyejung
dan Hyerin adalah saudara kembar. Hyejung sang kakak sedangkan Hyering sang
adik. Kedua sifatnya sangat berbeda, yah, walaupun mereka memiliki banyak
kesamaan selain wajah mereka yang sama. Hyejung adalah tipe yeoja yang penurut
dan ceria, berbeda dengan Hyerin yang pemalas dan cerewet. Walau begitu,
keduanya sama-sama saling menyayangi. Wajah keduanya benar-benar sangat mirip. Yang
membedakannya hanya satu. Pada lengan Hyerin sebelah kanan terdapat sebuah
tanda lahir, sedangkan Hyejung tidak memilikinya. Orangtua mereka saja kadang
susah menentukan yang mana Hyejung dan yang mana Hyerin saking miripnya wajah
antara keduanya.
Tiba-tiba
Hyejung teringat dengan kejadian beberapa menit lalu yang terjadi padanya.
Seorang namja menghampirinya, menyapanya, mengajaknya berbicara, mendengarkan
nyanyiannya, melihat permainan gitarnya. Ia menyesal karena tidak bisa
berlama-lama dengan namja itu. Padahal, Hyejung sendiri merasa tertarik dengan
namja itu.
Tunggu,
terakhir kali namja itu berbicara padanya, namja itu menyebutkan namanya bukan?
Siapa tadi namanya? Ryuwook? Ryewoon? Ryeowook? Benar, Ryeowook! Kim Ryeowook!
Hyejung
menarik napas. Mungkinkah ia bisa bertemu dengan namja itu lagi? Ya, semoga
saja. Ia sangat mengharapkan hal itu.
BRAK!
Tiba-tiba
pintu dibanting dengan cukup keras membuat Hyejung menoleh kearah pintu.
Sebelah alisnya naik begitu mendapati saudara kembarnya terlihat gugup dan
wajahnya sangat memerah. Ia melihat saudara kembarnya juga menundukkan wajahnya
dan meremas ujung kaos yang dikenakannya.
“Hyerin-ah?
Gwenchana?” Hyejung berdiri dan menghampiri Hyerin tetapi sayangnya, Hyerin
buru-buru menghindari Hyejung dan berlari menuju kamarnya dilantai dua.
“Hyerin-ah?
Gwenchana?” seru Hyejung kawatir. Tidak tinggal diam, Hyejung pun pergi
menyusul Hyerin yang berlari menuju kamar.
“Hyerin-ah...”
Hyejung menyebut nama Hyerin dengan pelan namun lembut. Kakinya melangkah
dengan santai mendekati saudara kembarnya itu yang sedang menekuk kedua
lututnya dan menyembunyikan wajahnya dibalik kedua lutut yang sedang dipeluk
dengan begitu erat. Aneh. Rasanya sangat aneh melihat dongsaengnya seperti itu.
Tidak biasanya karena biasanya Hyerin pasti akan mengoceh panjang lebar begitu
Hyejung pulang kerumah.
Disentuhnya
pundak Hyerin dengan pelan dan memilih duduk dipinggir tempat tidur. “Gwenchana?
Kenapa wajahmu memerah seperti itu? Ayo ceritakan padaku!” kata Hyejung sedikit
mendesak sambil mengusap rambut Hyerin lembut.
Hyerin
diam.
“Kutebak,
pasti kau baru saja bertemu dengan namja tampan ya? Atau.. Kau habis ditembak oleh
seseorang?” tebak Hyejung.
Hyerin
masih diam.
“Hyerin-ah..”
panggil Hyejung dengan nada yang dibuat-buat. “Kau kenapa? Ada masalah?
Ceritakan saja padaku!” kata Hyejung yang terus mendesak Hyerin. Ia
mengguncang-guncangkan kedua bahu Hyerin.
“Ya!
hentikan!” seru Hyerin yang akhirnya mengeluarkan suara dan ia menepis tangan
Hyejung dengan halus. “Nan gwenchana. Aku hanya sedikit malu.” kata Hyerin
keceplosan. “Eh?”
“Malu?
Malu kenapa? Ayo ceritakan padaku...” desak Hyejung sambil menggoda Hyerin.
“Lupakan!”
kata Hyerin dengan nada tinggi. Ia mendorong tubuh Hyejung kemudian menyingkap
selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya agar saudara kembarnya yang satu itu
tidak bertanya yang aneh-aneh dengannya. Kalau seperti ini terus lama-lama
semuanya akan terbongkar dan pasti dirinya akan malu sekali.
“Aku
akan mencari tahu, Hyerin-ah. Hahaha...”
***
Jaejoong POV
Perlahan-lahan,
aku mulai membuka mataku begitu ada suatu sinar yang menyilaukan mata menganggu
tidurku yang panjang. Aku bangun dari tidurku dan duduk dalam diamdiatas tempat
tidur. Beberapa saat, sambil menunggu nyawaku kembali terkumpul sepenuhnya, aku
mengucek kedua mataku pelan dan menguap cukup lebar. Begitu semuanya sudah
membaik, aku beranjak dari tempatku dan menuju kamar mandi.
Tidak
butuh waktu lama, hanya dalam lima belas menit saja aku sudah selesai mandi. Sekarang
aku hanya mengenakan celana santai saja, membuat tubuhku yang terbentuk ini
terlihat jelas. Kuraih handuk kecil dan mengeringkan rambut yang tadi aku
keramasi dengann handuk tersebut dengan gerakan santai dan mataku langsung menangkap
sosok seorang yeoja yang sedang menyiram bunga disamping rumahnya. Aku
menyipitkan sebelah mataku, yeoja itu sepertinya tidak asing. Aku mencoba untuk
mengingat-ingat yeoja itu dan..
Yeoja
itu... Bukankah dia yeoja yang kemarin datang kerumahku untuk memberikan kue
buatan Eommanya? Yeoja yang secara ‘tidak sengaja’ membuatku dengannya saling
berciuman. Astaga! Aku bahkan lupa bahwa dia adalah tetangga baruku.
Kulempar
handuk yang kubuat untuk mengeringkan rambut tadi dan langsung membuka lemari
untuk mencari kaos kemudian memakainya. Setelah itu aku buru-buru turun dan berniat
untuk menemui yeoja kemarin sebelum yeoja itu selesai melakukan aktivitasnya.
Menyiram bunga.
“Oppa,
mau kemana?” tanya Hyejin padaku.
Kulirik
sekilas Hyejin yang sedang sarapan pagi
bersama Ryeowook diruang makan. Aku tidak peduli dan tidak berniat untuk
menjawab pertanyaan dongsaengku itu. Ada hal yang lebih penting, aku harus
mengucapkan permintaan maaf pada yeoja itu. Entahlah siapa namanya aku tidak
tahu yang pasti aku harus mendapatkan kata ‘maaf’ darinya.
Aku
berdiri di pintu gerbang rumah yeoja itu dengan perasaan gugup. Entah apa yang
membuatku merasa gugup seperti ini. Astaga..
“Annyeonghaseyo.”
sapaku pada yeoja itu yang masih belum menyadari kehadiranku. Aku pun berjalan
mendekat kearahnya.
Yeoja
itu menolehkan kepalanya dengan cepat padaku dan matanya langsung terbelalak
seketika. “Kau!” serunya terkejut dan refleks menjatuhkan alat penyiram yang
dibawanya ketanah.
“Aku
hanya ingin meminta maaf atas kejadian kemarin. Kemarin itu murni ketidak
sengajaan. Sungguh.” kataku menjelaskan sebelum yeoja itu berlari
meninggalkanku memasuki rumahnya. Kulihat wajah yeoja itu memerah dan dia
menundukkan wajahnya. “Mianhae. Kuharap kau memaafkanku dan kita bisa saling
berteman.” kulanjutkan perkataanku lagi.
“Aku...”
“Jebal,
semuanya murni ketidak sengajaan.”
“Baiklah,
aku memaafkanmu asal dengan satu syarat.”
Aku
menaikkan sebelah alisku. Bingung. Heran. Penasaran. “Baik. Katakan apa
syaratnya?”
“Kau
harus berjanji untuk melupakan kejadian kemarin.” kata yeoja itu dengan wajah
yang semakin memerah.
Aku
tersenyum tipis menahan tawa. “Ne, jadi kita bisa berteman kan? Siapa namamu?”
tanyaku lagi.
“Shin
Hyerin. Neo?” ia mengulurkan tangannya.
Aku
menjabat tangannya lalu kembali tersenyum. “Kim Jaejoong. Umurku dua puluh
tujuh tahun.” kataku.
“Mwo?
Kau tua sekali, Jaejoong-ssi, aku saja baru berumur dua puluh empat tahun.”
balas Hyerin meledekku sambil tertawa.
“Ya!
Kita hanya selisih tiga tahun saja dan jangan lagi memanggilku dengan
embel-embel –ssi.” ujarku yang sama sekali tidak terima karena dibilang tua.
***
Ryeowook POV
“Ya!
Kau harus berterima kasih padaku karena kalau bukan karenaku, kau dan Kyuhyun
tidak akan baikan seperti ini. Arra?”
Aku
mengoceh pada dongsaengku yang terus-menerus mengacuhkan keberadaanku
disampingnya yang sedang sibuk berkutat dengan ponselnya yang berkali-kali mendapat
pesan dari namjachingunya. Siapa lagi kalau bukan Cho Kyuhyun. Kemarin,
pasangan itu sedang marahan dan membuat dongsaengku yang manja ini menangis
semalaman dan dengan berat hati aku mendatangi rumah Kyuhyun untuk
menasehatinya panjang lebar agar tidak mempermainkan perasaan adikku. Tidak
hanya itu, aku bahkan mengancam Kyuhyun jika namja itu berani-beraninya membuat
dongsaengku sakit hati. Tapi lihatlah sekarang? Dongsaengku ini sama sekali
tidak berterimakasih pada oppanya yang sangat baik hati ini dan malah
mengacuhkan keberadaanku yang baru saja pulang kuliah. Aish, benar-benar!
“Hyejin-ah,
tubuhku pegal semua. Tolong pijatkan oppamu ini sebentar.” pintaku padanya.
Hyejin
diam saja dan tidak menanggapi perkataanku. Dia masih sibuk dengan ponselnya.
Kenapa tidak telfonan saja sih? Atau langsung bertemu? Aish, dasar aneh!
“Hyejin-ah!”
seruku kesal.
“Hmm?
Diamlah oppa, apa kau tidak lihat? Aku sedang sibuk membalas pesan
namjachinguku. Mengganggu saja!” ujarnya ketus.
“Ya!
Kalau bukan karenaku mungkin saat ini kau masih menangis gara-gara namja itu.
Aish, kau ini benar-benar. Lihat saja, setelah ini aku akan kerumah Kyuhyun dan
menyuruhnya untuk mengakhiri hubungannya denganmu kalau dia tidak melaksanakan
perintahku, aku akan mengancamnya! Lihat saja, Hyejin-ah!” ancamku dengan
berkata panjang lebar. Mati kau, Hyejin! Hahaha...
“Yah,
oppa, jangan dong. Mianhae.”
Kena
kau, Hyejin. Makanya jangan sesekali mencoba mengacuhkanku. Baiklah, aku ingin
melihat lebih lama bagaimana ekspresimu setelah aku mengeluarkan ‘ancaman’
terbaruku barusan.
“Oppa!~”
renggeknya.
Aku
punya ide. Bagaimana kalau aku mengerjai yeodongsaengku yang manja ini? Kurasa
seru juga. “Kau tidak berguna! Aku menyesal melakukan semuanya padau selama
ini! Oppa kecewa, Hyejin-ah.” ujarku dengan nada yang dibuat kecewa. Lihatlah,
aku ini namja yang cukup pandai berakting. Setelah berkata seperti itu aku
keluar dari rumah, membuat Hyejin mengira bahwa aku akan kerumah Kyuhyun
setelah ini. Padahal aslinya, aku hanya ingin mencari angin segar.
Aku
melangkahkan kakiku pelan. Aku tidak tahu aku mau pergi kemana, aku hanya
mengikuti langkah kakiku saja yang pasti akan membawaku kesuatu tempat dan yap!
Kini aku sudah berrada di taman kecil dekat rumahku. Bisa dibilang ini adalah
taman perumahan. Kusapu pandangan disekitar dan bibirku tertarik kesamping.
Pemandangan yang cukup indah, kenapa aku baru menyadarinya sekarang ya?
Aku
memilih duduk dibangku taman yang menghadap kedanau buatan berukuran kecil.
Tiba-tiba aku teringat kejadian Jaejoong hyung dengan yeoja lain yang secara
tidak sengaja berciuman. Samar-samar aku mengamati yeoja itu, yeoja itu mirip
dengan yeoja yang kutemui kemarin sedang bermain gitar dan bernyanyi. Ah, tapi
tidak mungkin. Kemarin, yeoja yang memiliki suara indah itu mengenakan pakaian
yang bebeda dari pakaian yang dikenakan yeoja yang bersama Jaejoong hyung.
Mungkin semua itu hanya halusinasiku saja yang terlalu kepikiran oleh yeoja
yang sukses menarik perhatianku. Parahnya, aku baru tahu kalau dirumah sebelah
ada penghuni baru. Aish, aku benar-benar tetangga yang bodoh bukan?!
Ngomong-ngomong,
soal yeoja yang kutemui kemarin, kenapa aku masih memikirkannya sampai saat ini
ya? Mungkinkah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Kenapa secepat
itu dan kenapa rasanya berbeda ya? Aish, beginilah namja yang belum pernah
jatuh cinta sebelumnya. Eh? Belum pernah jatuh cinta? Memang benar aku belum
pernah jatuh cinta dan itu artinya.. Yeoja kemarin adalah cinta pertamaku?
Tapi, bisakah aku kembali bertemu dengannya? Tidak! Tidak! Bodohnya aku yang
terus mengharap agar bisa bertemu dengannya. Kejadian kemarin itu pasti
hanyalah sebuah faktor kebetulan saja. Huh!
Kutarik
napas panjang dengan berlebihan lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ditaman
ini aku hanya duduk dalam diam. Beberapa saat akhirnya aku tersadar dan sedikit
terkejut menemukan diriku sendiri tengah duduk ditaman itu menghadap danau.
Baru saja aku ingin beranjak dari tempatku ketika mataku menangkap sosok yang
menarik perhatianku.
Eh?
Bukankah dia yeoja yang kemarin? Astaga, semua ini kebetulan saja atau memang
aku dengannya sudah berjodoh? Yah, semoga saja kami berjodoh.
Aku
berjalan dengan langkah cepat kearahnya. “Annyeonghaseyo?” sapaku ramah begitu
aku sudah berada didekatnya.
Yeoja
itu menoleh kearahku dan menatapku dengan bingung. Aku sedikit kecewa dengan
ekspresinya yang seperti itu, bukankah jika seseorang menampilkan ekspresi
wajah seperti itu artinya sama saja orang itu menganggap kita asing? Huh,
sebegitu cepatnyakah dia melupakan kejadian kemarin? “Aku Ryeowook, Kim
Ryeowook, yang kemarin memuji nyanyianmu waktu kau bernyanyi disebelah rumah
kosong yang sangat menyeramkan. Bagaimana? Kau ingat?” kataku mencoba untuk
mengingatkannya.
“Joesonghamnida,
tapi—”
“Kau
belum menjawab pertanyaanku kemarin. Jadi, siapa namamu?” ucapku memotong
perkataannya.
Aku
melihat raut wajah keraguan disana. “Aku Shin Hyerin. Senang bertemu denganmu.”
***
Normal POV
Tok...
tok... tok...
Malam
harinya sekitar jam tujuh, Jaejoong mengetuk pintu rumah yang dikenalnya
sebagai rumah Hyerin. Ia berniat mengajak yeoja itu datang kerumahnya dan mengenalkannya
pada dongsaengnya yang selama ini tidak memiliki teman rumah selain dirinya dan
Ryeowook. Beberapa saat Jaejoong menunggu hingga akhirnya seseorang membuka
pintu. Senyumnya melebar begitu mendapati sosok Hyerin membuka pintu.
“Hyerin-ah,
ayo ikut aku kerumah, aku ingin mengenalkanmu dengan seseorang.” kata Jaejoong
menarik pergelangan tangan yeoja itu dan menariknya untuk mengikutinya menuju
rumah.
“Ya!
Nuguseyo? Huh? Lepaskan tanganku!” kata yeoja itu meronta-ronta agar Jaejoong
melepaskan tangannya yang mencengkram tangannya kurup kuat.
“Jangan pura-pura tidak mengenalku, Hyerin-ah,
bukannya tadi pagi kita sudah berdamai? Bahkan kita sudah berkenalan!” ujar
Jaejoong ketus.
“Ya!
Aku bukan Hyerin, aku Hyejung!” kata yeoja yang mengaku bernama Hyejung itu.
Jaejoong
menghentikan langkahnya tepat setelah ia berdiri didepan pintu gerbang rumanya.
“Aish, tadi kau bilang namamu Hyerin, sekarang Hyejung, besok siapa lagi?” kata
Jaejoong jengkel.
“Ah,
kau salah—”
“Sudah,
aku tidak peduli siapa namamu, yang pasti sekarang aku ingin mengenalkanmu
dengan seseorang didalam. Ayo~” lagi-lagi Jaejoong memotong perkataan Hyejung.
Sebenarnya
Hyejung ingin mengatakan pada namja asing didepannya ini kalau namja itu salah
mengenalinya. Ia ingin mengatakan bahwa dirinya adalah sauadara kembar Hyerin
tapi karena namja asing itu selalu memotong perkataannya sehingga membuatku
tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya. Sudahlah tidak apa-apa, untuk malam ini
saja tidak ada salahnya kan berpura-pura menjadi Hyerin? Lagipula ia masih
penasaran dengan sikap Hyerin kemarin yang sangat aneh. Siapa tahu saja dibalik
semua sikap anehnya itu ada hubungannya dengan namja asing ini? Benar bukan?
“Kim
Hyejin!” teriak Jaejoong sedangkan Hyejung masih diam saja.
Tak
berapa lama, seorang yeoja berperawakan kecil dan mungil keluar dari kamar lalu
menghampiri Jaejoong dan Hyejung. Matanya memicing begitu melihat seorang yeoja
asing berdiri disamping oppanya. “Oppa, dia siapa? Yeojachingumu?” tanya Hyejin
penasaran.
“Teman
barumu. Ayo berkenalan.” kata Jaejoong sambil mendorong tubuh Hyejung kearah
Hyejin.
Senyu
Hyejin melebar. “Benarkah? Wah, senangnya akhirnya aku mempunyai teman rumah.”
serunya girang lalu menatap Hyejung dan Jaejoong dengan mata berbinar-binar. “Aku
Kim Hyejin, siapa namamu? Berapa umurmu?” Hyejin mengulurkan tangannya.
“Aku
Shin Hye.. Rin. Umurku dua puluh tiga. Neo?” balas Hyejung ragu dan membalas
uluran tangan Hyejin.
“Wah,
sama. Aku juga berumur dua puluh tiga.” balas Hyejin.
Jaejoong
menatap Hyejung bingung. “Ya! Tadi pagi kau mengatakan namamu Hyerin, tadi kau
mengatakan namamu Hyejung lalu sekarang kau mengatakan namamu Hyerin lagi. Jadi
yang benar yang mana?” tanya Jaejoong panjang lebar.
Hyejin
dan Hyejung menoleh kearah Jaejoong secara kompak. Mata Hyejin membulat begitu
mendengar Oppanya berkata cukup panjang. “Oppa! Sejak kapan ka berbicara
panjang seperti itu?” tanya Hyejin kaget.
Jaejoong
tidak menggubris perkataan Hyejin dan terus menatap Hyejung meminta penjelasan.
“Kau
mau aku bohong atau jujur?” tanya Hyejung.
“Tentu
saja jujur, aku tidak suka orang yang suka berbohong!” jawab Jaejoong dan
lagi-lagi membuat Hyejin membulatkan matanya.
“Nama
asliku adalah Shin Hyejung.” jawab Hyejung santai.
“Aish,
kau membuatku bingung! Sudahlah, kau temani saja dongsaengku itu.”
***
TO BE CONTINUED
0 komentar:
Posting Komentar