Jumat, 25 Januari 2013

[Twoshoot] Wrong Couples! : 1 of 2


Title : Wrong Couples!
Author : Nurzaita (@AiYmm257_)
Genre : Romance
Length : Twoshoot
Rating : PG-15
Cast :
- Kim Jaejoong - JYJ
- Kim Ryeowook – Super Junior
- Shin Hyerin (OC)
- Shin Hyejung (OC)
Support Cast :
- Kim Hyejin (OC)
- Cho Kyuhyun – Super Junior

***


Ryeowook POV

Aku melangkahkan kakiku dengan santai menuju rumah. Aku baru saja kerumah Kyuhyun dan menegur namja itu karena telah membuat dongsaengku menangis. Aku sendiri tidak habis pikir, dongsaengku —Kim Hyejin— yang sedikit tidak waras itu kenapa begitu tergila-gila dengan sosok Kyuhyun. Yah, walaupun kuakui Kyuhyun memang tampan tetapi bukankah masih banyak namja lain yang lebih pantas bersanding dengan dongsaengku? Yang kutahu selama ini, Kyuhyun itu adalah namja playboy. Aish, Hyejin benar-benar. Memangnya sebegitu besarnyakah rasa cintanya untuk Kyuhyun? Untung saja, aku ini oppa yang baik, oppa yang selalu perhatian dengan dongsaengnya. Tidak seperti Jaejoong hyung. Dia itu namja yang super dingin kepada semua orang bahkan kepada dongsaeng dan orangtuanya sendiri saja sangat dingin.

Namaku Ryeowook, Kim Ryeowook. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Si sulung adalah Kim Jaejoong hyung sedangkan si bungsu adalah Kim Hyejin. Aku adalah mahasiswa dari Inha University jurusan Theater and Cinema. Umurku dua puluh lima tahun dan status hubunganku saat ini adalah single.

Aku menarik napas pendek dan terus melanjutkan jalanku menuju rumah. Kudongakkan kepalaku keatas menatap langit yang mulai gelap dan siap kapan saja untuk menjatuhkan tetesan air ke bumi. Huh, aku menyesal karena menolak Jaejoong hyung yang tadi menawarkan untuk meminjam mobilnya. Sebentar lagi, pasti akan turun hujan. Kusapu pandangan disekitarku, masih cukup jauh dari rumahku. Sial!

Haneullo nara oreumyeon doeyo
Modu ijeul su itjyo geu sunganmaneun
Modeun ge da gateun haneulsaekppun iraseo

Aku menghentikan  langkahkahku. Sayup-sayup aku mendengar suara petikan senar dari gitar yang mengalun dengan lembut, mengiri lirik lagu yang disenandungkan dengan suara yang sangat merdu. Kalau didengar, suara yang kudengar itu seperti suara seorang yeoja. Aku menarik bibirku kesamping, membentuk seulas senyum. Aku menyukai pemilik suara itu. Manis.

Hei, lupakan semua pikiranmu itu, Kim Ryeowook! Kau harus cepat-cepat sampai kerumah kalau tidak ingin kehujanan. Huh, bodohnya diriku ini.

Aku mulai melangkahkan kakiku dengan cepat.

Nunmuldo heuteojyeoyo barami da gajyeogajwoyo
Geu sunganmaneun geudaewa nan kkok hamkkehal su isseo

Aku kembali menghentikan langkahku. Suara itu benar-benar membuatku penasaran. Seakan terhipnotis saja, aku berjalan menuju arah sumber suara itu. Mencoba mencari tahu siapa pemilik suara indah itu dan aku menemukannya. Menemukan sipemilik suara indah itu. Kulihat, seorang yeoja sedang duduk dibawah ayunan disebelah dekat rumah kosong yang menyeramkan. Beberapa saat aku hanya diam tak bergeming menatap yeoja itu. Hei, lihatlah, dia telah berhasil membuatku terkena pesonanya dan lihatlah senyumnya itu. Sungguh manis.

Sepertinya yeoja itu tidak menyadari keberadaanku yang tengah menatapnya dari balik pohon.

Meolli isseodo geudael bureuneun barami itjyo
Uriman aneun seollemi paran haneul kkeute dahaseo
Duryeowo sumji mayo nae soneul jabayo
Jageun soksagimi malhaejun barami jeonhaneun mal deureumyeo

Aku masih diam ditempatku, menatap takjub yeoja yang sedang bernyanyi dengan bermain gitar. Yeoja itu masih belum menyadari keberadaanku. Tidak apa-apa. Kalau aku menghampiri sekarang, artinya sama saja aku telah menganggunya. Lebih baik aku menunggunya sampai selesai bernyanyi lalu menghampirinya dan mengajaknya mengobrol. Lihatlah, semakin lama aksinya bernyanyi dan bermain gitar semakin bagus. Kusunggingkan senyumku menatap yeoja itu.

Haneullo nara oreumyeon doeyo
Modu ijeul su itjyo geu sunganmaneun
Modeun ge da gateun haneulsaekppun iraseo
Nunmuldo heuteojyeoyo barami da gajyeogajwoyo
Geu sunganmaneun geudaewa nan kkok hamkkehal su isseo

Entah aku tidak sadar atau apa, tiba-tiba aku sudah berdiri dihadapan yeoja itu. Kagetnya, aku juga bertepuk tangan setelah yeoja itu selesai bernyanyi. Kalau kulihat-lihat, yeoja itu sepertinya cukup terkejut dengan kedatanganku secara tiba-tiba tapi setelah beberapa saat yeoja itu mulai bersikap normal.

“Suaramu bagus.” pujiku sambil mengacungkan dua jempol tanganku padanya.

Kulihat, yeoja itu hanya tertawa kecil dengan menutup mulutnya dengan sebelah tangan. “Kamsahamnida.” setelah berkata, yeoja itu langsung membungkukkan badannya.

Aku tersenyum singkat dan menatapnya. Hei, bahkan jika dilihat dari jarak yang sedekat ini, yeoja itu terlihat jauh lebih sempurna. Kecantikannya benar-benar terlihat dengan jelas. Benar-benar luar biasa. “Apakah kau sering bernyanyi disini?” tanyaku.

“Ye, aku lebih suka ditempat yang sepi dan sejuk. Karena tempat seperti itu akan membuatku semakin nyaman melakukan setiap hobiku.” jawabnya mantap.

Aku menganggukkan kepalaku pelan. “Kenapa harus ditempat seperti ini? Bukankah rumah disebelah itu sangat menyeramkan?” tanyaku lagi. Aku benar-benar telah dibuatnya penasaran. Yeoja ini benar-benar menarik.

“Aku sendiri tidak tahu alasannya mengapa aku memilih tempat seperti ini. Tapi, kalau kulihat-lihat tempat ini tidak menyeramkan seperti yang orang-orang katakan. Lihatlah dengan benar sekeliling tempat ini. Tidak terlalu menyeramkan bukan?” jelas yeoja itu panjang lebar sambil menunjuk sekeliling arah disekitar kami dengan jari telunjuknya.

Aku mulai mengikuti semua perkataannya. Kulihat kesekililing dan yeoja itu benar! Tempat ini memang tidak terlalu menyeramkan, semilir angin yang terasa sejuk berkali-kali menerpa permukaan kulitku, suasana yang sunyi dan tenang, benar-benar indah. Hanya saja, mungkin rumah tua yang kosong itu sedikit menganggu dan memberi kesan menyeramkan pada sekeliling lingkungannya. Tunggu, sepertinya aku melupakan sesuatu. Ah, benar! Aku lupa untuk menanyakan namanya. Baiklah, aku akan mengajaknya berkenalan denganku, tetapi ketika aku ingin membuka suara, terdengar dering ponsel lebih dahulu. Membuatku mengurungkan niatku untuk mengajaknya berkenalan dan menunggunya hingga selesai menjawab telepon. Tidak apa-apa. Bukankah masih ada banyak waktu?

“Yeoboseyo?” yeoja itu mengangkat panggilan dari ponselnya. Kulihat, sebelah alisnya naik sebelah. “Mianhae... Hmm, arasseo... Ne, annyeong.” setelah mengankhiri, yeoja itu memasukkan ponselnya kedalam saku celana dan seperti  sedang terburu-buru.

“Chakkaman.” aku menahannya yang ingin pergi. Aku tidak akan membiarkannya pergi sebelum dia memberitahuku siapa namanya.

“Joeseonghamnida, aku harus pergi, kau bisa lihat sendiri kan kalau sebentar lagi akan turun hujan? Dan senang bertemu denganmu.” ucapnya. Aku merasakan yeoja itu menepis tanganku dengan halus lalu mulai berlari meninggalkanku.

“AGASSHI, SIAPA NAMAMU? AKU KIM RYEOWOOK!” teriakku pada sang yeoja yang semakin lama semakin menjauh dari pandanganku. Aku berharap yeoja itu mendengar teriakanku lalu membalasnya dengan menyebutkan namanya. Tapi sayang, yeoja itu tidak menanggapi teriakanku dan pergi semakin menjauh.

Aku mengingat perkataan terakhirnya sebelum yeoja itu benar-benar pergi dari hadapanku. Kudongakkan kepalaku menatap langit. Ah, bodohnya aku! Kenapa tidak sadar bahwa langit semakin gelap. Huh, baiklah aku harus pulang sekarang juga.

***

Normal POV

“Hyerin-ah, dimana kakakmu? Sudah berapa lama dia pergi? Kau tidak menghubunginya?” Nyonya Shin mendekati putrinya yang sedang menonton K-Drama di televisi.

Seorang yeoja berwajah imut menolehkan kepalanya sekilas kearah sang Eomma lalu kembali fokus pada tayangan yang sedang ditonton. “Aku sudah menelpon Hyejung, Eomma, mungkin sebentar lagi dia akan pulang.” jawab Hyerin.

“Mmm, begitu?” gumam Nyonya Shin sambil menganggukkan kepalanya tanda mengerti. “Hyerin-ah, bisa antarkan kue yang eomma bikin tadi kerumah sebelah? Sebagai tetangga baru yang baik bukankah harus saling berbagi dan menyapa agar lebih akrab? Hmm?” lanjut Nyonya Shin sambil mencubit hidung Hyerin pelan.

“Kenapa harus aku, Eomma? Kenapa bukan Eomma saja yang mengantarkannya?” sahut Hyerin malas.

“Eomma masih harus membersihkan rumah, chagiya, ayolah..” bujuk Nyonya Shin lagi.

“Aku malu, Eomma. Lagipula aku belum mandi, badanku masih bau.”

“Tidak apa-apa, Eomma hanya menyuruhmu untuk mengantarkan saja. Ayo, ikut Eomma.” Nyonya Shin menarik tangan Hyerin cukup keras dan membawanya menuju dapur. Hal pertama yang terlintas dalam benak Hyerin adalah dapur rumahnya sekarang sangat kotor dan berantakan. “Nah, antarkan kue ini kesebelah. Eomma dengar sih pemilik rumahnya sedang ada pekerjaan di Paris jadi yang tinggal disana hanya anak-anaknya saja. Eomma harap kau bisa berteman dengan mereka.” Nyonya Shin menyodorkan plastik berukuran besar yang didalamnya berisi kue buatannya.

“Suruh Hyejung sajalah, Eomma, mungkin sebentar lagi dia datang.” keluh Hyerin menerima bungkusan dari Nyonya Shin dengan malas.

“Sudah sana, turuti saja perintah Eomma.” kata Nyonya Shin dan mendorong tubuh Hyerin agar pergi.

Dengan malas-malasan Hyerin melangkahkan kakinya dengan menghentak-hentakkan cukup keras. Rasanya ia benar-benar sangat kesal karena ia harus melewatkan waktunya untuk mengantar kue yang dibuat oleh Eommanya itu. Tentu saja Hyerin tidak akan memberikan kuenya begitu saja, ia pasti akan diajak mengobrol oleh sang pemilik rumah. Entah sampai kapan lamanya. Hal itu benar-benar membuat perasaan Hyerin sangat kesal. Biasanya selalu Hyejunglah yang disuruh oleh kedua orangtuanya. Namun karena Hyejung tidak ada dirumah, mau tidak mau Hyerin harus menurut pada perintah kedua orangtuanya. Yah, walaupun dengan berat hati.

Hyerin tidak sadar karena ia sudah berdiri didepan pintu rumah tetangganya. Mungkin karena rasa kesal telah menyelimuti perasaannya sehingga membuatnya tidak sadar bahwa sudah berdiri didepan pintu. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Sebelah tangannya terangkat dan maju kedepan untuk mengetuk pintu.

“Annyeonghaseyo.”

***

Jaejoong POV

“Annyeonghaseyo.”

Kubuka mataku perlahan ketika sebuah suara menganggu tidurku beberapa saat. Aish, siapa orang itu? Berani-beraninya menganggu tidurku. Orang itu tidak tahu apa aku sangat lelah? Baiklah, lebih baik aku tidak menggubris orang itu. Mungkin saja dia Ryeowook atau Hyejin yang ingin mengerjaiku saja. Hmm?

“Annyeonghaseyo.”

Aish, benar-benar. Dia membuatku sangat kesal saja. Kalau memang dia Ryeowook atau Hyejin, akan kuhukum mereka. Mengganggu saja.

“Annyeonghaseyo.”

Sial.

BRAK!

Kupukul meja kecil disebelahku dengan cukup keras sehingga menimbulkan bunyi yang tidak enak untuk didengar. Orang itu, benar-benar membuatku kesal. Sial! Awas kau Ryeowook Hyejin! Aku akan menghukummu dan tidak akan mengampunimu! Lihat saja apa yang akan kulakukan setelah ini. Membuat orang jengkel saja!

“Annyeonghaseyo.”

Tunggu! Sepertinya aku belum pernah mendengar suara itu. Jangan-jangan orang lain? Aish, Aku meruntuki diriku sendiri yang terlalu bodoh dan berpikir terlalu sempit. Ah, tapi tetap saja orang itu benar-benar menjengkelkan saja. Baiklah, sudah berapa kali dia bekata ‘Annyeonghaseyo’ didepan rumah sambil mengetuk pintu? Aku jadi merasa menjadi tuan rumah yang benar-benar buruk.

Aku beranjak dari tempatku lalu turun kelantai dasar. Sebentar, aku merasa telah melupakan sesuatu? Tapi, apa ya? Ah, sudahlah lupakan saja. Sekarang aku harus turun kebawah dan membuka pintu lalu meminta maaf pada orang  diluar sana yang telah membuatnya harus menunggu lama karena kebodohanku sendiri.

Kubuka pintu dengan cepat dan aku mendapati seorang yeoja manis berdiri didepannya dengan memasan wajah kesal. Beberapa saat, aku diam menatapnya dan kurasa ia juga sedang menatapku. Namun anehnya, tiba-tiba saja..

“KYAAAA!”

Aku membelalakkan mataku karena terkejut dan secara refleks aku langsung menarik tubuhnya. Sebelah tanganku melingkar pada tubuhnya dan yang sebelahnya lagi kugunakan untuk membekap mulutnya dengan rapat. Bodohnya, aku malah membawanya masuk kedalam rumahku dan menutup pintu. Aish, apa-apaan ini? Kenapa aku bersikap seperti namja yang kurangajar begini?

“Mmphh.. Mmpph..” yeoja itu berontak dan berusaha melepaskan tanganku yang membekap mulutnya.

“Joesonghamnida, aku tidak bermaksud jahat, aku hanya kaget mendengar teriakanmu barusan.” ucapku datar. Sekilas kulirik yeoja itu yang menatapku dengan shock. Sial. Aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bersikap seperti tadi. Sungguh, aku melakukannya secara tidak sadar. Aku sama sekali tidak mencari kesempatan apapun.

Aku melihat yeoja itu sepertinya ingin berbicara tetapi ketika matanya kembali menatap kebawah. “KYAAAAA!” dia kembali berteriak sambil menutup kedua wajahnya. Bungkusan yang dibawanya langsung terjatuh kelantai begitu saja.

“Ya! Jangan berteriak!” ujarku masih datar. “Wae?”

“Namja babo! Kenapa tidak memakai baju? Huh? Kau benar-benar babo!” kata yeoja itu padaku dengan nada tinggi. Yeoja itu masih menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Aku menundukkan kepalaku dan melihat pada tubuhku. Sial. Jadi ini yang membuatnya berteriak seperti itu? Aish. Aku kan hanya bertelanjang dada, memangnya salah? Yeoja yang terlalu berlebihan! Ah, tapi ngomong-ngomong aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya. Mungkin saja dia teman Hyejin atau Ryeowook mungkin.

“Kau terlalu berlebihan!” ujarku datar.

“Aku tidak berlebihan, babo! Aku hanya jijik melihatnya!” balas yeoja itu.

Aish, yeoja ini sangat menyebalkan. “Kau siapa? Mencari siapa? Ryeowook? Hyejin? Mereka tidak ada dirumah.” ucapku.

Ia membalikkan badannya. Yah, mungkin dia masih tidak ingin melihatku dengan keadaan seperti ini. Aku tidak habis pikir, yeoja  ini berbeda dengan yeoja lain. Biasanya yeoja lain akan menatapku dengan tatapan ‘yadong’ atau bahkan bersorak-sorak begitu melihat tubuhku yang terbentuk ini.  Dia yeoja yang masih sangat polos. Baiklah, aku memakluminya. Memang berapa umurnya sekarang? Huh, mungkin sekitar tujuh belas tahunan. masih bocah dan masih kecil. Kulihat ia memungut bungkusan yang tadi ia jatuhkan lalu menyerahkannya padaku dengan tangan yang diulurkannya kebelakang. Ia menyerahkannya padaku dengan membelakangiku. Huh, benar-benar tidak sopan.

“Aku baru pindah  kemarin malam dan ini kue yang Eomma buat untukmu. Semoga kita bisa bertetangga dengan baik.” katanya.

Aku tersenyum tipis. Yeoja itu masih tidak mau membalikkan tubuhnya. “Untukku?”

“Juga untuk keluargamu.”

“Kamsahamnida.”

“Aku permisi. Mungkin Eomma sudah menungguku dirumah.” pamit yeoja itu.

“Chakkaman.”

Aku mencoba menahannya yang akan pergi dari rumahku. Tetapi yeoja itu sama sekali tidak menanggapi perkataanku. Dia malah berjalan keluar dari rumahku. Tetapi tiba-tiba saja aku melihatnya sedang tersandung pintu ketika ingin keluar, spontan aku langsung menarik tangannya. Bermaksud untuk menahannya agar tidak jatuh tetapi caraku yang bermaksud untuk menahannya agar tidak jatuh sepertinya salah. Yeoja itu berputar kearahku lalu..

BRUK!

Tubuhku terhempas kelantai teras rumah, itu artinya aku berada diluar dan aku merasa sebuah benda yang tidak terlalu berat telah menindihku. Aku juga merasakan sesuatu yang basah menempel dibibirku. Kubuka mataku perlahan untuk melihat keadaan yang sebenarnya. Yeoja itu, apakah dia terjatuh?

Ketika mataku perlahan mulai terbuka... UPS! Secara tidak sengaja kami berciuman dengan bibir kami yang saling menempel.

Yeoja  itu buru-buru bangkit dan wajahnya memerah. “Aku permisi. Annyeong.”

Aku hanya memandangi punggungnya yang mulai menjauh dari pandanganku dan menghilang begitu membelok memasuki rumahnya. Aku masih setengah sadar, cukup terkejut dengan kejadian barusan. Kupegangi bibirku dengan sebelah tangan dan seringai khas menghiasi wajahku. Yang tadi itu, ciuman pertamaku.

“Hyung? Kau tadi...”

Aku menoleh kesumber suara dan langsung terkejut begitu mendapati dongsaengku tengah menatapku dengan mata terbelalak. Astaga, sejak kapan Ryeowook berdiri disana?

Dan hujan mulai turun.

***

Normal POV

Hyejung menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tamu. Rasa lelah langsung menyerang tubuhnya dengan begitu cepat. Sejak ditelfon oleh Hyerin, Hyejung langsung berlari menuju rumahnya agar ia cepat sampai. Anehnya, ia tidak melihat Hyerin dirumahnya. Kemana anak itu? Setahunya, Hyerin paling malas keluar rumah. Dongsaengnya yang satu itu sangat suka menghabiskan waktunya dirumah, entah apa yang dilakukannya. Mungkin menonton K-drama? Bermain laptop? Atau tidur?

Hyejung dan Hyerin adalah saudara kembar. Hyejung sang kakak sedangkan Hyering sang adik. Kedua sifatnya sangat berbeda, yah, walaupun mereka memiliki banyak kesamaan selain wajah mereka yang sama. Hyejung adalah tipe yeoja yang penurut dan ceria, berbeda dengan Hyerin yang pemalas dan cerewet. Walau begitu, keduanya sama-sama saling menyayangi. Wajah keduanya benar-benar sangat mirip. Yang membedakannya hanya satu. Pada lengan Hyerin sebelah kanan terdapat sebuah tanda lahir, sedangkan Hyejung tidak memilikinya. Orangtua mereka saja kadang susah menentukan yang mana Hyejung dan yang mana Hyerin saking miripnya wajah antara keduanya.

Tiba-tiba Hyejung teringat dengan kejadian beberapa menit lalu yang terjadi padanya. Seorang namja menghampirinya, menyapanya, mengajaknya berbicara, mendengarkan nyanyiannya, melihat permainan gitarnya. Ia menyesal karena tidak bisa berlama-lama dengan namja itu. Padahal, Hyejung sendiri merasa tertarik dengan namja itu.

Tunggu, terakhir kali namja itu berbicara padanya, namja itu menyebutkan namanya bukan? Siapa tadi namanya? Ryuwook? Ryewoon? Ryeowook? Benar, Ryeowook! Kim Ryeowook!

Hyejung menarik napas. Mungkinkah ia bisa bertemu dengan namja itu lagi? Ya, semoga saja. Ia sangat mengharapkan hal itu.

BRAK!

Tiba-tiba pintu dibanting dengan cukup keras membuat Hyejung menoleh kearah pintu. Sebelah alisnya naik begitu mendapati saudara kembarnya terlihat gugup dan wajahnya sangat memerah. Ia melihat saudara kembarnya juga menundukkan wajahnya dan meremas ujung kaos yang dikenakannya.

“Hyerin-ah? Gwenchana?” Hyejung berdiri dan menghampiri Hyerin tetapi sayangnya, Hyerin buru-buru menghindari Hyejung dan berlari menuju kamarnya dilantai dua.

“Hyerin-ah? Gwenchana?” seru Hyejung kawatir. Tidak tinggal diam, Hyejung pun pergi menyusul Hyerin yang berlari menuju kamar.

“Hyerin-ah...” Hyejung menyebut nama Hyerin dengan pelan namun lembut. Kakinya melangkah dengan santai mendekati saudara kembarnya itu yang sedang menekuk kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya dibalik kedua lutut yang sedang dipeluk dengan begitu erat. Aneh. Rasanya sangat aneh melihat dongsaengnya seperti itu. Tidak biasanya karena biasanya Hyerin pasti akan mengoceh panjang lebar begitu Hyejung pulang kerumah.

Disentuhnya pundak Hyerin dengan pelan dan memilih duduk dipinggir tempat tidur. “Gwenchana? Kenapa wajahmu memerah seperti itu? Ayo ceritakan padaku!” kata Hyejung sedikit mendesak sambil mengusap rambut Hyerin lembut.

Hyerin diam.

“Kutebak, pasti kau baru saja bertemu dengan namja tampan ya? Atau.. Kau habis ditembak oleh seseorang?” tebak Hyejung.

Hyerin masih diam.

“Hyerin-ah..” panggil Hyejung dengan nada yang dibuat-buat. “Kau kenapa? Ada masalah? Ceritakan saja padaku!” kata Hyejung yang terus mendesak Hyerin. Ia mengguncang-guncangkan kedua bahu Hyerin.

“Ya! hentikan!” seru Hyerin yang akhirnya mengeluarkan suara dan ia menepis tangan Hyejung dengan halus. “Nan gwenchana. Aku hanya sedikit malu.” kata Hyerin keceplosan. “Eh?”

“Malu? Malu kenapa? Ayo ceritakan padaku...” desak Hyejung sambil menggoda Hyerin.

“Lupakan!” kata Hyerin dengan nada tinggi. Ia mendorong tubuh Hyejung kemudian menyingkap selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya agar saudara kembarnya yang satu itu tidak bertanya yang aneh-aneh dengannya. Kalau seperti ini terus lama-lama semuanya akan terbongkar dan pasti dirinya akan malu sekali.

“Aku akan mencari tahu, Hyerin-ah. Hahaha...”

***

Jaejoong POV

Perlahan-lahan, aku mulai membuka mataku begitu ada suatu sinar yang menyilaukan mata menganggu tidurku yang panjang. Aku bangun dari tidurku dan duduk dalam diamdiatas tempat tidur. Beberapa saat, sambil menunggu nyawaku kembali terkumpul sepenuhnya, aku mengucek kedua mataku pelan dan menguap cukup lebar. Begitu semuanya sudah membaik, aku beranjak dari tempatku dan menuju kamar mandi.

Tidak butuh waktu lama, hanya dalam lima belas menit saja aku sudah selesai mandi. Sekarang aku hanya mengenakan celana santai saja, membuat tubuhku yang terbentuk ini terlihat jelas. Kuraih handuk kecil dan mengeringkan rambut yang tadi aku keramasi dengann handuk tersebut dengan gerakan santai dan mataku langsung menangkap sosok seorang yeoja yang sedang menyiram bunga disamping rumahnya. Aku menyipitkan sebelah mataku, yeoja itu sepertinya tidak asing. Aku mencoba untuk mengingat-ingat yeoja itu dan..

Yeoja itu... Bukankah dia yeoja yang kemarin datang kerumahku untuk memberikan kue buatan Eommanya? Yeoja yang secara ‘tidak sengaja’ membuatku dengannya saling berciuman. Astaga! Aku bahkan lupa bahwa dia adalah tetangga baruku.

Kulempar handuk yang kubuat untuk mengeringkan rambut tadi dan langsung membuka lemari untuk mencari kaos kemudian memakainya. Setelah itu aku buru-buru turun dan berniat untuk menemui yeoja kemarin sebelum yeoja itu selesai melakukan aktivitasnya. Menyiram bunga.

“Oppa, mau kemana?” tanya Hyejin padaku.

Kulirik sekilas Hyejin yang sedang sarapan  pagi bersama Ryeowook diruang makan. Aku tidak peduli dan tidak berniat untuk menjawab pertanyaan dongsaengku itu. Ada hal yang lebih penting, aku harus mengucapkan permintaan maaf pada yeoja itu. Entahlah siapa namanya aku tidak tahu yang pasti aku harus mendapatkan kata ‘maaf’ darinya.

Aku berdiri di pintu gerbang rumah yeoja itu dengan perasaan gugup. Entah apa yang membuatku merasa gugup seperti ini. Astaga..

“Annyeonghaseyo.” sapaku pada yeoja itu yang masih belum menyadari kehadiranku. Aku pun berjalan mendekat kearahnya.

Yeoja itu menolehkan kepalanya dengan cepat padaku dan matanya langsung terbelalak seketika. “Kau!” serunya terkejut dan refleks menjatuhkan alat penyiram yang dibawanya ketanah.

“Aku hanya ingin meminta maaf atas kejadian kemarin. Kemarin itu murni ketidak sengajaan. Sungguh.” kataku menjelaskan sebelum yeoja itu berlari meninggalkanku memasuki rumahnya. Kulihat wajah yeoja itu memerah dan dia menundukkan wajahnya. “Mianhae. Kuharap kau memaafkanku dan kita bisa saling berteman.” kulanjutkan perkataanku lagi.

“Aku...”

“Jebal, semuanya murni ketidak sengajaan.”

“Baiklah, aku memaafkanmu asal dengan satu syarat.”

Aku menaikkan sebelah alisku. Bingung. Heran. Penasaran. “Baik. Katakan apa syaratnya?”

“Kau harus berjanji untuk melupakan kejadian kemarin.” kata yeoja itu dengan wajah yang semakin memerah.

Aku tersenyum tipis menahan tawa. “Ne, jadi kita bisa berteman kan? Siapa namamu?” tanyaku lagi.

“Shin Hyerin. Neo?” ia mengulurkan tangannya.

Aku menjabat tangannya lalu kembali tersenyum. “Kim Jaejoong. Umurku dua puluh tujuh tahun.” kataku.

“Mwo? Kau tua sekali, Jaejoong-ssi, aku saja baru berumur dua puluh empat tahun.” balas Hyerin meledekku sambil tertawa.

“Ya! Kita hanya selisih tiga tahun saja dan jangan lagi memanggilku dengan embel-embel –ssi.” ujarku yang sama sekali tidak terima karena dibilang tua.

***

Ryeowook POV

“Ya! Kau harus berterima kasih padaku karena kalau bukan karenaku, kau dan Kyuhyun tidak akan baikan seperti ini. Arra?”

Aku mengoceh pada dongsaengku yang terus-menerus mengacuhkan keberadaanku disampingnya yang sedang sibuk berkutat dengan ponselnya yang berkali-kali mendapat pesan dari namjachingunya. Siapa lagi kalau bukan Cho Kyuhyun. Kemarin, pasangan itu sedang marahan dan membuat dongsaengku yang manja ini menangis semalaman dan dengan berat hati aku mendatangi rumah Kyuhyun untuk menasehatinya panjang lebar agar tidak mempermainkan perasaan adikku. Tidak hanya itu, aku bahkan mengancam Kyuhyun jika namja itu berani-beraninya membuat dongsaengku sakit hati. Tapi lihatlah sekarang? Dongsaengku ini sama sekali tidak berterimakasih pada oppanya yang sangat baik hati ini dan malah mengacuhkan keberadaanku yang baru saja pulang kuliah. Aish, benar-benar!

“Hyejin-ah, tubuhku pegal semua. Tolong pijatkan oppamu ini sebentar.” pintaku padanya.

Hyejin diam saja dan tidak menanggapi perkataanku. Dia masih sibuk dengan ponselnya. Kenapa tidak telfonan saja sih? Atau langsung bertemu? Aish, dasar aneh!

“Hyejin-ah!” seruku kesal.

“Hmm? Diamlah oppa, apa kau tidak lihat? Aku sedang sibuk membalas pesan namjachinguku. Mengganggu saja!” ujarnya ketus.

“Ya! Kalau bukan karenaku mungkin saat ini kau masih menangis gara-gara namja itu. Aish, kau ini benar-benar. Lihat saja, setelah ini aku akan kerumah Kyuhyun dan menyuruhnya untuk mengakhiri hubungannya denganmu kalau dia tidak melaksanakan perintahku, aku akan mengancamnya! Lihat saja, Hyejin-ah!” ancamku dengan berkata panjang lebar. Mati kau, Hyejin! Hahaha...

“Yah, oppa, jangan dong. Mianhae.”

Kena kau, Hyejin. Makanya jangan sesekali mencoba mengacuhkanku. Baiklah, aku ingin melihat lebih lama bagaimana ekspresimu setelah aku mengeluarkan ‘ancaman’ terbaruku barusan.

“Oppa!~” renggeknya.

Aku punya ide. Bagaimana kalau aku mengerjai yeodongsaengku yang manja ini? Kurasa seru juga. “Kau tidak berguna! Aku menyesal melakukan semuanya padau selama ini! Oppa kecewa, Hyejin-ah.” ujarku dengan nada yang dibuat kecewa. Lihatlah, aku ini namja yang cukup pandai berakting. Setelah berkata seperti itu aku keluar dari rumah, membuat Hyejin mengira bahwa aku akan kerumah Kyuhyun setelah ini. Padahal aslinya, aku hanya ingin mencari angin segar.

Aku melangkahkan kakiku pelan. Aku tidak tahu aku mau pergi kemana, aku hanya mengikuti langkah kakiku saja yang pasti akan membawaku kesuatu tempat dan yap! Kini aku sudah berrada di taman kecil dekat rumahku. Bisa dibilang ini adalah taman perumahan. Kusapu pandangan disekitar dan bibirku tertarik kesamping. Pemandangan yang cukup indah, kenapa aku baru menyadarinya sekarang ya?

Aku memilih duduk dibangku taman yang menghadap kedanau buatan berukuran kecil. Tiba-tiba aku teringat kejadian Jaejoong hyung dengan yeoja lain yang secara tidak sengaja berciuman. Samar-samar aku mengamati yeoja itu, yeoja itu mirip dengan yeoja yang kutemui kemarin sedang bermain gitar dan bernyanyi. Ah, tapi tidak mungkin. Kemarin, yeoja yang memiliki suara indah itu mengenakan pakaian yang bebeda dari pakaian yang dikenakan yeoja yang bersama Jaejoong hyung. Mungkin semua itu hanya halusinasiku saja yang terlalu kepikiran oleh yeoja yang sukses menarik perhatianku. Parahnya, aku baru tahu kalau dirumah sebelah ada penghuni baru. Aish, aku benar-benar tetangga yang bodoh bukan?!

Ngomong-ngomong, soal yeoja yang kutemui kemarin, kenapa aku masih memikirkannya sampai saat ini ya? Mungkinkah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Kenapa secepat itu dan kenapa rasanya berbeda ya? Aish, beginilah namja yang belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Eh? Belum pernah jatuh cinta? Memang benar aku belum pernah jatuh cinta dan itu artinya.. Yeoja kemarin adalah cinta pertamaku? Tapi, bisakah aku kembali bertemu dengannya? Tidak! Tidak! Bodohnya aku yang terus mengharap agar bisa bertemu dengannya. Kejadian kemarin itu pasti hanyalah sebuah faktor kebetulan saja. Huh!

Kutarik napas panjang dengan berlebihan lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ditaman ini aku hanya duduk dalam diam. Beberapa saat akhirnya aku tersadar dan sedikit terkejut menemukan diriku sendiri tengah duduk ditaman itu menghadap danau. Baru saja aku ingin beranjak dari tempatku ketika mataku menangkap sosok yang menarik perhatianku.

Eh? Bukankah dia yeoja yang kemarin? Astaga, semua ini kebetulan saja atau memang aku dengannya sudah berjodoh? Yah, semoga saja kami berjodoh.

Aku berjalan dengan langkah cepat kearahnya. “Annyeonghaseyo?” sapaku ramah begitu aku sudah berada didekatnya.

Yeoja itu menoleh kearahku dan menatapku dengan bingung. Aku sedikit kecewa dengan ekspresinya yang seperti itu, bukankah jika seseorang menampilkan ekspresi wajah seperti itu artinya sama saja orang itu menganggap kita asing? Huh, sebegitu cepatnyakah dia melupakan kejadian kemarin? “Aku Ryeowook, Kim Ryeowook, yang kemarin memuji nyanyianmu waktu kau bernyanyi disebelah rumah kosong yang sangat menyeramkan. Bagaimana? Kau ingat?” kataku mencoba untuk mengingatkannya.

“Joesonghamnida, tapi—”

“Kau belum menjawab pertanyaanku kemarin. Jadi, siapa namamu?” ucapku memotong perkataannya.

Aku melihat raut wajah keraguan disana. “Aku Shin Hyerin. Senang bertemu denganmu.”

***

Normal POV

Tok... tok... tok...

Malam harinya sekitar jam tujuh, Jaejoong mengetuk pintu rumah yang dikenalnya sebagai rumah Hyerin. Ia berniat mengajak yeoja itu datang kerumahnya dan mengenalkannya pada dongsaengnya yang selama ini tidak memiliki teman rumah selain dirinya dan Ryeowook. Beberapa saat Jaejoong menunggu hingga akhirnya seseorang membuka pintu. Senyumnya melebar begitu mendapati sosok Hyerin membuka pintu.

“Hyerin-ah, ayo ikut aku kerumah, aku ingin mengenalkanmu dengan seseorang.” kata Jaejoong menarik pergelangan tangan yeoja itu dan menariknya untuk mengikutinya menuju rumah.

“Ya! Nuguseyo? Huh? Lepaskan tanganku!” kata yeoja itu meronta-ronta agar Jaejoong melepaskan tangannya yang mencengkram tangannya kurup kuat.

“Jangan  pura-pura tidak mengenalku, Hyerin-ah, bukannya tadi pagi kita sudah berdamai? Bahkan kita sudah berkenalan!” ujar Jaejoong ketus.

“Ya! Aku bukan Hyerin, aku Hyejung!” kata yeoja yang mengaku bernama Hyejung itu.

Jaejoong menghentikan langkahnya tepat setelah ia berdiri didepan pintu gerbang rumanya. “Aish, tadi kau bilang namamu Hyerin, sekarang Hyejung, besok siapa lagi?” kata Jaejoong jengkel.

“Ah, kau salah—”

“Sudah, aku tidak peduli siapa namamu, yang pasti sekarang aku ingin mengenalkanmu dengan seseorang didalam. Ayo~” lagi-lagi Jaejoong memotong perkataan Hyejung.

Sebenarnya Hyejung ingin mengatakan pada namja asing didepannya ini kalau namja itu salah mengenalinya. Ia ingin mengatakan bahwa dirinya adalah sauadara kembar Hyerin tapi karena namja asing itu selalu memotong perkataannya sehingga membuatku tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya. Sudahlah tidak apa-apa, untuk malam ini saja tidak ada salahnya kan berpura-pura menjadi Hyerin? Lagipula ia masih penasaran dengan sikap Hyerin kemarin yang sangat aneh. Siapa tahu saja dibalik semua sikap anehnya itu ada hubungannya dengan namja asing ini? Benar bukan?

“Kim Hyejin!” teriak Jaejoong sedangkan Hyejung masih diam saja.

Tak berapa lama, seorang yeoja berperawakan kecil dan mungil keluar dari kamar lalu menghampiri Jaejoong dan Hyejung. Matanya memicing begitu melihat seorang yeoja asing berdiri disamping oppanya. “Oppa, dia siapa? Yeojachingumu?” tanya Hyejin penasaran.

“Teman barumu. Ayo berkenalan.” kata Jaejoong sambil mendorong tubuh Hyejung kearah Hyejin.

Senyu Hyejin melebar. “Benarkah? Wah, senangnya akhirnya aku mempunyai teman rumah.” serunya girang lalu menatap Hyejung dan Jaejoong dengan mata berbinar-binar. “Aku Kim Hyejin, siapa namamu? Berapa umurmu?” Hyejin mengulurkan tangannya.

“Aku Shin Hye.. Rin. Umurku dua puluh tiga. Neo?” balas Hyejung ragu dan membalas uluran tangan Hyejin.

“Wah, sama. Aku juga berumur dua puluh tiga.” balas Hyejin.

Jaejoong menatap Hyejung bingung. “Ya! Tadi pagi kau mengatakan namamu Hyerin, tadi kau mengatakan namamu Hyejung lalu sekarang kau mengatakan namamu Hyerin lagi. Jadi yang benar yang mana?” tanya Jaejoong panjang lebar.

Hyejin dan Hyejung menoleh kearah Jaejoong secara kompak. Mata Hyejin membulat begitu mendengar Oppanya berkata cukup panjang. “Oppa! Sejak kapan ka berbicara panjang seperti itu?” tanya Hyejin kaget.

Jaejoong tidak menggubris perkataan Hyejin dan terus menatap Hyejung meminta penjelasan.

“Kau mau aku bohong atau jujur?” tanya Hyejung.

“Tentu saja jujur, aku tidak suka orang yang suka berbohong!” jawab Jaejoong dan lagi-lagi membuat Hyejin membulatkan matanya.

“Nama asliku adalah Shin Hyejung.” jawab Hyejung santai.

“Aish, kau membuatku bingung! Sudahlah, kau temani saja dongsaengku itu.”

***

TO BE CONTINUED

0 komentar:

Posting Komentar

 
~ 신혜린 ~ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template