Title : Real Love
Author : Nurzaita (@AiYmm257_)
Genre : Romance
Length : Chaptered / Series Fic
Rate : PG-15
Main Cast :
- Oh Sehun – EXO-K
- Xi Luhan – EXO-M
- Park Hyerin (OC)
Other Cast :
- Lee Naeun (OC)
- Park Chanyeol – EXO-K
- Wu Fan – EXO-M
***
Normal POV
Siang ini sepertinya hujan akan turun. Hyerin mendonggakkan kepala
dan menatap kearah langit yang semakin gelap. Detik berikutnya, ribuan
rintik-rintik hujan mulai mengguyur Seoul dengan deras dan membuat titik
air merembes di kaca besar cafe tersebut. Yeoja bernama Hyerin itu
menggigit bibir bawahnya, tubuh mungilnya mulai menggigil karena rasa
dingin menusuk permukaan kulitnya. Sebelah tangannya mengaduk-aduk
coffee lattenya, menimbulkan gumpalan uap dari dalam nimumannya masih
panas. Ia mulai menyesap coffee lattenya, berharap dengan cara itu rasa
dingin yang terus-menerus menusuk permukaan kulitnya sedikit berkurang.
Hyerin sedikit tersentak begitu seseorang memakaikan jaket pada
tubuhnya. Kepalanya menoleh cepat kearah orang yang kini bediri
dibelakangnya. Hyerin menatap orang itu tepat dimatanya. Pada saat
itulah mata mereka bertemu. Mata indah milik orang itu menguncinya,
membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan hanya untuk satu detik saja.
Ia nampak sangat menikmati pandangan dari orang itu yang diberikan
kepadanya. Tapi ia mendapati sebuah keganjalan disana, dari matanya. Ia
mencoba mencari tahu apa yang membuat perasaannya sedikit mengganjal,
tapi ia tidak menemukannya.
Keheningan yang terasa damai itu masih tercipta antara kedua orang
yang masih saling berpandangan. Entah di siapa yang memulainya tangan
mereka sudah saling menggenggam. Keduanya saling mengaitkan
jari-jarinya.
“Lain kali jangan sampai lupa membawa jaket lagi. Aku tidak mau
melimatmu mati kedinginan, arasseo?” orang itu tersenyum lalu sebelah
tangannya mengusap puncak kepala Hyerin pelan.
Senyuman orang itu membuat Hyerin mau tidak mau ikut tersenyum. Rasa
kecewa menyerangnya ketika orang itu kembali ketempat duduknya. Yeah,
duduk dihadapannya. Sentuhan lembut pada puncak kepalanya dari orang itu
sukses membuat benda hidup didada Hyerin bekerja diluar kontrol.
Tiba-tiba perasaan aneh itu muncul. Perasaan yang mengatakan bahwa ada
sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi. Hyerin menggelengkan
kepalanya pelan, mencoba membuang pikiran itu jauh-jauh tetapi perasaan
aneh itu semakin menuntut membuat dirinya menjadi sedikit gelisah.
“Hyerin-ah, gwenchana?”
Hyerin menaikkan sebelah alisnya dan menatap orang didepannya itu.
“Hmm?” tanyanya tidak mengerti. Tangannya bergerak untuk merapatkan
jaket orang itu yang sedang ia kenakan.
“Kau terlihat sedang tidak baik. Kau sakit?”
Hyerin menggelengkan kepalanya pelan. “Nan gwenchana, oppa. Tidak usah mengawatiriku.”
Orang yang dipanggil ‘Oppa’ oleh Hyerin bernama Sehun. Oh Sehun.
Statusnya sekarang sebagai namjachingu Hyerin dan besok merupakan hari
dimana hubungan mereka sudah berjalan selama dua tahun. Dua tahun itu
bukanlah waktu yang sebentar, seiring berjalannya waktu keduanya pun
semakin saling mencintai dan menyayangi.
“Oppa, kau bilang tadi ingin mengatakan sesuatu padaku. Jadi cepat
katakan sekarang. Kalau kau tidak segera mengatakannya bisa-bisa aku
mati kedinginan disini. Aku ingin cepat-cepat pulang.”
“Geurae, mari kuantar pulang sekarang!” kata Sehun beranjak dari
tempat duduknya, ia baru saja akan meraih tangan Hyerin dan
mengantarkannya pulang ketika gerakannya ditahan oleh tangan mungil
Hyerin. Sehun menolehkan kepalanya menatap Hyerin. Bingung. “Waeyo?”
Hyerin menggelengkan kepalanya. “Kau harus mengatakannya dulu padaku
apa yang ingin kau bicarakan, oppa.” jawab Hyerin. Ia menyuruh Sehun
duduk ketempatnya semula.
Sehun tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti apa yang Hyerin
inginkan. Sehun kembali ketempatnya dan menatap Hyerin intens. Hyerin,
yeoja yang berhasil merebut hatinya. Yeoja bertubuh mungil dan berwajah
polos. Tidak terlalu cantik tapi sangat manis dan menggemaskan, itulah
yang membuat Sehun tidak pernah bosan menatap yeojanya. Kali ini Sehun
memalingkan wajahnya dari mata Hyerin yang membuatnya selalu merasa
bersalah terhadap niatnya yang sudah ia rencanakan seminggu terakhir. Ia
menatap langit. Hujan masih tidak bosan mengguyur bumi. Bahkan
rintik-rintik airnyapun semakin deras.
Keheningan kembali tercipta diantara kedua orang yang tengah sibuk
dengan pikiran masing-masing. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat
untuk memulai pembicaraan. Hyerin, dia masih menunggu Sehun menjawab
pertanyaannya sambil menebak-nebak apa yang ingin Sehun katakan padanya
sementara Sehun sendiri sibuk dengan pikirannya, entah apa itu tapi hal
itu sukses membuatnya gelisah.
“Oppa.” Hyerin memecahkan keheningan yang tercipta dari keduanya. Ia
menatap Sehun dalam. Ia dapat melihat jelas kegelisahan yang terpancar
dari raut wajahnya yang tampan. Baru saja ia akan bertanya, namja itu
sudah mendahuluinya.
“Hyerin-ah.” sehun mendesah memanggil nama yeojanya. Tanpa sadar,
tangannya mulai mengepal kuat dibalik saku celana jeansnya. Lagi-lagi ia
mendesah. “Mianhaeyo.” lanjutnya lirih. Sebelah tangannya yang lain
meraih tangan Hyerin dan meremas tangan mungil yeoja itu yang sangat
dingin. Begitu kuat seakan-akan ia tidak mau kehilangannya.
Hyerin diam saja. Mianhaeyo? Untuk apa? Hatinya bergetar dan
lagi-lagi ia mendapati sebuah keganjalan dari diri Sehun. Pikirannya
sudah melayang kemana-mana, berbagai firasat muncul dalam benaknya. Ia
balas meremas tangan Sehun dan menunggu namja itu kembali melanjutkan
perkataanya. Anehnya, kenapa hatinya mendadak menjadi sesak?
Sehun menarik napas panjang. Ia kembali menatap mata Hyerin lembut.
“Mari kita berpisah.” ujarnya pelan, sangat pelan bahkan nyaris
terdengar seperti sebuah bisikan yang mungkin hanya dirinya saja yang
dapat mendengar. Lalu ia memalingkan wajahnya menatap hujan yang masih
tidak bosan menyapa bumi.
Hyerin terkejut. Ia dapat mendengar suara Sehun yang meminta padanya
untuk berpisah. Walaupun pelan ia dapat mendengarnya. Hatinya mencelos.
Secepat inikah? Ia juga merasa genggaman Sehun ditangannya
perlahan-lahan mulai melonggar. Untuk kesekian kalinya keheningan
kembali tercipta, hanya terdengar suara hujan yang semakin deras
mengguyur bumi dan beberapa orang lain yang mengunjungi cafe ini.
Tiba-tiba Hyerin merasa hatinya semakin bergetar dan sesak. Susah payah
ia menahan air matanya agar tidak tumpah. Ia berharap semoga ia salah
dengar.
“Mari kita berpisah.” Sehun mengulangi perkataannya. Kali ini namja
itu menatap mata Hyerin. Tepat pada saat itu ia melihat mata yeoja itu
mulai berkaca-kaca.
Hyerin masih diam. Pandangannya terasa memudar akibat matanya yang
mulai berkaca-kaca. Jangan ditanya lagi, detik selanjutnya air matanya
pun mulai tumpah membasahi kedua pipinya. Hyerin berusaha mencari
kebohongan dari mata Sehun tetapi ia sama sekali tidak menemukannya.
Hatinya semakin sesak. Udara disekeliling Hyerin terasa lebih berat.
“Joesonghamnida, Hyerin-ssi. Mari kuantar kau pulang.” Sehun
melepaskan tangannya dari tangan Hyerin lalu beranjak dari tempat
duduknya.
Hyerin kembali menahan Sehun. “Chakkaman, oppa.” tahannya dengan
suara bergetar. Hatinya semakin sesak begitu mendengar Sehun berbicara
bahasa formal padanya. Sebegitu cepatnyakah namja itu meminta pisah lalu
menganggapnya sebagai orang asing? Air matanya semakin deras mengalir.
“Apa yang membuatmu ingin kita mengakhiri hubungan ini?”
Sehun menundukkan kepalanya. Namja itu tidak berniat untuk mengatakan
alasan meninggalkan yeoja itu. Ia tahu, alasannya akan membuat yeoja
itu semakin sakit mendengarnya.
“Oppa.” panggil Hyerin lirih. Suaranya masih bergetar.
“Ayo, kuantarkan pulang.” Sehun sama sekali tidak menanggapi yeoja
itu. Ia menarik lengan yeoja itu sedikit lebih kasar dan membawanya
menuju mobil. Ia akan mengantarkan yeoja itu sebagai salam
perpisahannya. Kini, semua kisah yang ia lalui bersama yeoja itu selama
dua tahun sudah menjadi kenangan untuknya. Kenangan masa lalu termanis
dalam hidupnya.
***
“Kris, apa kau pernah jatuh cinta?”
Kris memutar kepalanya cepat kearah seorang namja yang bertanya
dengannya. Xi Luhan. Sahabat baiknya sejak kecil. Sebelah alisnya
terangkat begitu mendengar perkataan Luhan yang menurutnya sedikit…
Aneh? “Waeyo?”
Luhan melirik Kris dengan malas. “Sudah, jawab saja pertanyaanku!” kata Luhan gemas.
Kris menautkan kedua alisnya dan mencoba berpikir. Beberapa saat
kemudian ia berseru dan tertawa. “Tentu saja pernah. Memangnya kenapa?”
Luhan menggelengkan kepalanya. “Aniyo, hanya ingin bertanya saja.”
jawab Luhan. Matanya kembali melirik kearah Kris. “Lalu, apa yang kau
rasakan ketika sedang jatuh cinta? Apakah hatimu berbunga-bunga lalu
melakukan sesuatu yang sangat romantis pada yeoja itu dan mengungkapkan
perasaanmu seperti yang diceritakan disetiap drama-drama?” lanjut Luhan
kembali bertanya.
Kris kembali menaikkan sebelah alisnya. “Ani. Aku hanya merasa senang
ketika berada didekatnya.” jawab Kris. “Waeyo, Luhan? Kau sedang jatuh
cinta?” goda Kris.
“Ani. Ani. Apa-apaan kau ini! Enak saja! Aku bukan namja yang mudah
jatuh cinta pada yeoja. Yeoja di Korea terlalu biasa bagiku! Tidak ada
satupun yang bisa menarik perhatianku.” Luhan menjawab pertanyaan Kris
dengan buru-buru membuat Kris sedikit tertawa karena perkataannya.
“Ah, yang benar?” goda Kris.
Luhan menjitak kepala Kris cukup keras. “Berhentilah menggodaku seperti itu!”
“Jangan-jangan kau gay? Kau tadi mengatakan tidak tertarik dengan
yeoja. Wah, jangan-jangan kau menyukaiku.” Kris semakin bersemangat
menggoda Luhan.
Lagi-lagi Luhan menjitak kepala Kris. “Diam kau, Kris!”
“Kasian sekali yeoja yang kausukai. Aku jadi penasaran seperti apa yeoja yang tidak beruntung itu.”
“Ya!”
Kris tertawa puas.
***
Sehun POV
Hujan terus-menerus mengguyur Seoul tanpa henti. Nampaknya
rintik-rintik hujan masih tidak mau berhenti menyapa bumi. Kulajukan
mobilku dengan kecepatan sedang menuju rumahnya. Kerumah yeojaku, ani,
maksudku mantan yeojachinguku. Aku menarik napas dalam, aku sendiri
tidak percaya dengan apa yang kuperbuat barusan. Mengakhiri semuanya?
Gila! Ya, aku memang gila telah meminta padanya untuk menyudahi hubungan
yang sudah kujalankan dengannya selama duatahun. Jebal, maafkan aku
Hyerin.
Kulirik sekilas Hyerin yang menatap keluar jendela. Ia tidak
menatapku seperti biasanya, tidak tersenyum padaku seperti biasanya dan
tidak berbicara padaku dengan suaranya yang lembut seperti biasanya. Aku
tahu itu. Semuanya karenaku. Karena akulah ia tidak bersikap seperti
biasanya. Bahkan sejak tadi, kurasa ia sama sekali tidak memperlihatkan
senyuman manisnya padaku. Hanya mata yang memancarkan kesedihan yang
dapat kunikmati darinya. Sungguh, jangan bersikap seperti itu
dihadapanku Hyerin! Itu semakin membuatku merasa bersalah padamu.
Dia tidak berbicara lagi padaku sejak aku mengajaknya untuk pulang.
Lebih tepatnya ketika aku mengajak yeoja itu untuk kuantarkan pulang.
Dia diam. Aku tahu ia kecewa padaku, ia sakit hati atas perlakuanku. Aku
tahu itu. Sungguh, aku benar-benar tahu. Hyerin, kumohon bicaralah.
Jangan menyiksaku seperti ini. Jangan membuatku terlalu merasa bersalah
padamu. Aku melakukan semua ini agar kau tidak terlalu sakit nantinya.
Sekarang, mengapa aku serasa bersama orang asing? Mungkinkah karena
sikap Hyerin yang berbeda? Dia mendiamkanku. Mungkinkah dia sudah
membenciku? Jadi, secepat itu dia membenciku? Aku tahu dan aku pantas
dibenci olehnya. Aku bukanlah namja yang pantas untuknya. Aku hanyalah
namja yang selalu membuatnya menangis. Sebelum aku berpisah dengannya
pun, aku sering membuatnya menangis. Aku benar-benar jahat bukan?
Tiba-tiba ponselku berbunyi. Kurogoh dengan cepat saku celana jeansku
dan aku membaca nama yang tertera dilayar ponselku. Perasaan bersalah
pada Hyerin yang terus menyelimutiku mendadak menghilang begitu membaca
nama seseorang disana. Satu pesan singkat dari seseorang. Seseorang yang
akhir-akhir menyita perhatianku dan parahnya aku melukai Hyerin secara
diam-diam. Salah satu alasan mengapa aku meninggalkan Hyerin karena
orang itu. Lee Naeun.
Chagi, eodie isseoyo? Kau sibuk? Tadi aku keapartemenmu tapi sepertinya kau sedang tidak disana.
Aku tersenyum membaca pesan singkat darinya. Konsentrasiku terpecah
menjadi dua, antara fokus menyetir mobilku dan membalas pesan dari Naeun
sambil memikirkan yeoja itu.
Lee Naeun. Dia yeoja yang sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari
Hyerin. Badannya ramping, seksi dan tinggi. Memiliki suara lembut, mata
coklat yang indah dan penampilannya sangat anggun. Umurnya setahun lebih
muda dariku. Berbeda dengan Hyerin. Yah, Hyerin memang cantik, manis
dan tubuhnya ramping. Tetapi Hyerin tidak tinggi, tidak anggun, tidak
seksi sama sekali. Dan bagiku, Naeunlah sosok yeoja sempurna dimataku.
Mianhae, chagi. Aku sedang dirumah teman. Nanti malam aku keapartemenmu.
Aku dan Naeun sebenarnya sudah menjalin hubungan selama tiga minggu.
Tentu saja saat itu aku masih mempunyai hubungan dengan Hyerin dan
Hyerin tidak tahu apa-apa mengenai perselingkuhanku dengan Naeun. Jahat?
Memang. Aku mengakuinya. Aku mengaku kalau aku jahat. Namun aku sudah
memantapkan hatiku sejak seminggu terakhir untuk meminta pada Hyerin
mengakhiri semuanya. Aku ingin berbuhungan serius dengan Naeun. Yeoja
yang dengan mudahnya membuatku jatuh hati pada pandangan pertama. Ya,
itulah alasannya. Aku mencintai Naeun dan aku tidak mau menyakiti Hyerin
lebih lama. Aku tidak mau membuat Hyerin semakin terluka jika ia
mengetahui hubunganku dengan Naeun. Hyerin terlalu baik untuk kusakiti.
Ia terlalu polos. Aku takut melukainya yah walaupun sekarang aku sudah
melukainya.
Ponselku kembali bergetar. Aku langsung tahu siapa pengirimnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Naeun.
Oke, kutunggu chagi
Aku baru akan membalas pesannya ketika aku mendengar Hyerin terisak.
Hatiku mencelos begitu mendengar isak tangisnya. Ya! Apa yang kau
lakukan, Sehun?! Kenapa kau begitu bodoh?! Kenapa membuat Hyerin
menangis?!
Entah kenapa tiba-tiba aku menghentikan mobilku ditepi jalan.
Kutolehkan kepalaku kearah Hyerin. Yeoja itu masih memandang keluar
jendela. Yeoja itu masih tidak mau menunjukkan wajahnya padaku. Aku tahu
dia menangis sejak tadi. Tapi kenapa aku baru menyadarinya sekarang?
Sebegitu sakitnyakah hatinya ketika aku meminta untuk mengakhiri
semuanya? Sesakit apa, Hyerin-ah? Katakan padaku! Lampiaskan semua
kekesalanmu padaku? Pukul aku!
“Hyerin-ssi.”
Suaraku terdengar berat mengucapkan namanya. Kalau boleh jujur,
sebenarnya aku masih mencintai Hyerin. Sangat-sangat-sangat mencintai
yeoja itu. Hanya saja…
“Hyerin-ssi.”
Suaraku semakin memberat begitu memanggil namanya. Yeoja itu masih
tidak menoleh kearahku ketika aku memanggil namanya, panggilanku
diabaikan olehnya. Demi Tuhan, jangan bersikap seperti itu Hyerin, aku
semakin merasa bersalah padamu.
Beberapa saat aku diam. Membiarkannya sibuk dengan tangisnya.
Tanganku mengepal kuat, hatiku mendadak sesak. Rasanya sakit melihat
yeoja yang kusayangi dan kucintai menangis seperti itu. Itu pertama
kalinya aku melihat Hyerin menangis cukup lama. Ia menangis dan
mengabaikan keberadaanku. Sakit rasanya. Apakah yang Hyerin rasakan
seperti yang kurasakan sekarang? Tidak! Aku yakin Hyerin jauh merasa
lebih sakit.
“Joesonghamnida, Hyerin-ssi.”
Kuraih tangannya dan kugenggam tangannya. Kuremas tangannya cukup
kuat tetapi ia menarik tangannya tanpa menoleh kearahku. Aku tertegun
karena perlakuannya kali ini. Ini pertama kalinya Hyerin menolak
perbuatanku.
Kuraih tangannya kembali dan kuremas lebih kuat dari yang sebelumnya.
Hyerin ingin menarik tangannya lagi tapi aku menahan gerakannya.
“Jebal, jangan seperti ini, Hyerin-ssi.” ujarku lirih.
Secara perlahan-lahan Hyerin mulai menolehkan kepalanya padaku dan
aku dikejutkan olehnya begitu melihat matanya. Merah dan mulai bengkak.
Hatiku kembali mencelos melihat keadaannya yang sekarang terlihat sangat
kacau. Matanya menatapku. Pandangan kami bertemu. Ingin sekali rasanya
aku memeluknya lalu menenangkannya tapi aku tidak bisa. Jika aku
melakukan semuannya akan membuatku semakin merasa bersalah. Lagipula
sekarang, aku bukan siapa-siapanya lagi jadi aku tidak mempunyai hak
sama sekali.
“Oppa…” Hyerin memanggilku. Suaranya bergetar hebat.
Aku kembali tertegun. Yeoja itu masih menanggapku. Berbeda denganku
yang menganggapnya sebagai orang asing. Ani, aku masih menganggapnya.
Hanya saja, aku melakukan semua itu agar aku bisa melepaskannya dengan
mudah.
“Kajima, jebal.” pintanya.
“Kumohon jangan seperti ini, Hyerin-ssi. Aku yakin kau bisa tanpaku.
Diluar sana masih banyak namja yang mencintaimu lebih dari cintaku
padamu. Percayalah. Aku bukan namja yang pantas untukmu.” kuusap puncak
kepalanya lembut.
Hyerin semakin terisak. “Kajima, oppa.” pintanya kembali.
Aku hanya diam lalu kualihkan pandanganku dari matanya. Aku tidak
bisa memenuhi permintaannya karena aku tidak mau menyakiti perasaannya
lebih dalam. Entah harus dengan cara apa agar aku menenangkan
perasaannya, menghentikan tangisnya dan menghapus namaku dari hatinya.
Mianhae, Hyerin-ah, jeongmal mianhae.
Hujan diluar sana masih deras. Kueratkan genggaman tanganku pada
tangannya yang semakin dingin. Kini, aku kembali mendengar isak
tangisnya dan ketika aku menoleh kearahnya ternyata dugaanku benar. Dia
menangis. Hyerin menangis sambil memejamkan matanya. Wajahnya memucat.
Ya Tuhan, aku telah melukainya. Hukum aku sekarang juga! Aku pantas
mendapatkan hukuman itu!
“Uljima.” kataku padanya.
Kuraih tengkuk Hyerin dan perlahan-lahan kudekatkan wajahnya pada
wajahku. Semakin dekat hingga kini bibirku menempel pada bibirnya.
Kulumat lembut bibirnya yang bergetar. Ini mungkin ciuman terakhirku
dengan Hyerin. Ciuman perpisahan kami. Aku dapat merasakan airmata
Hyerin menyentuh permukaan kulit pipiku disela-sela ciuman kami. Semakin
kuperdalam ciumanku padanya dan aku akan menghentikan semuanya jika ia
berhenti menangis. Mianhae, Hyerin-ah, aku sama sekali tidak keberatan
jika kau membenciku. Bencilah aku. Aku pantas mendapatkannya darimu.
***
Normal POV
Tigahari berlalu semenjak kejadian itu dan selama tiga hari itu juga
Hyerin mengurung diri dikamar. Kakak laki-lakinya yang bernama Park
Chanyeol tidak ada henti-hentinya mengkhawatirkan yeodongsaengnya itu
yang selama tiga hari itu tidak mau keluar kamar. Tidak makan, tidak
minum, tidak berbicara dengannya. Berkali-kali Chanyeol menghubungi
teman-teman yang kenal baik dengan Hyerin untuk menanyakan apa yang
terjadi pada yeodongsaengnya itu. Tetapi jawabannya selalu sama. Tidak
tahu.
“Hyerin-ah… Jebal, keluarlah, jangan mengurung diri dikamar seperti
itu. Ceritakan padaku jika kau mempunyai masalah.” Chanyeol
mengetuk-ngetuk pintu kamar Hyerin dengan perasaan khawatir. Namun yang
Chanyeol dapatkan dari Hyerin hanyalah suara isak tangisnya.
Chanyeol menghela napas panjang karena Hyerin sama sekali tidak
menanggapi perkataannya. Tangannya mengepal. Satu nama terlintas dalam
otaknya. Oh Sehun. Seseorang yang belum ia tanyakan tentang Hyerin.
Bodoh! Kenapa ia bisa lupa dengan Sehun? Bukankah Sehun namjachingu
Hyerin? Siapa tahu saja Sehun tahu apa yang terjadi pada yeodongsaengnya
itu? Ah, atau jangan-jangan yeodongsaengnya menjadi seperti ini
gara-gara namja itu? Berbagai pertanyaan terlintas dalam benak Chanyeol
membuat kepalanya terasa pusing memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu.
Chanyeol menuruni lantai dasar dan maraih kunci motornya. Ia pun
menyalakan mesin dan mulai melajukan motornya kerumah seseorang.
Tidak sampai sepuluh menit, Chanyeol sudah berada di depan rumah yang
bisa terbilang sangat mewah. Xi Luhan. Itulah pemilik rumah mewah
bernuansa ke-China-an itu. Tanpa banyak berpikir lebih lama, Chanyeol
turun dan motornya dan mengetuk pintu rumah. Tak sampai satu menit,
seseorang telah membuka pintu.
“Ah, Chanyeol, annyeong.” sapa orang itu membungkukkan badannya dan tersenyum.
Chanyeol balas membungkuk badan dan tersenyum. “Annyeong, Kris hyung.” balas Chanyeol menyapa. “Luhan hyung ada kan?”
Namja yang dipanggil Kris itu menganggukkan kepalanya. “Luhan
didalam. Masuk saja.” Kris mundur selangkah dan mempersilahkan Chanyeol
masuk.
Chanyeol masuk kedalam rumah Luhan dan matanya langsung menangkap
sosok Luhan yang sedang bermain PSP disofa ruang tamu. Melihat itu,
Chanyeol langsung mendekati Luhan dan duduk disebelah namja itu. “Hyung,
kau dekat dengan Sehun bukan?” tanya Chanyeol langsung tanpa
berbasa-basi.
Luhan sedikit terkejut dengan keberadaan Chanyeol yang tiba-tiba. Ia
menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan Chanyeol. “Mm, begitulah.
Waeyo?” tanya Luhan sedikit bingung.
“Berikan padaku nomor ponselnya, hyung.” pinta Chanyeol.
“Kenapa kau tidak minta pada Hyerin saja, bukankah adikmu itu
yeojachingunya Sehun?!” tanya Kris duduk disofa depan Chanyeol dan
Luhan.
Luhan menganggukkan kepalanya. Menyetujui ucapan Kris. “Ne, Kris benar. Kenapa tidak meminta pada Hyerin saja?” timpal Luhan.
Chanyeol menarik napas. “Selama tiga hari Hyerin mengurung diri
dikamar. Tidak mau makan dan minum. Aku takut terjadi apa-apa dengannya.
Aku sudah menghubungi teman-temannya dan bertanya pada mereka kenapa
Hyerin menjadi seperti itu tetapi mereka sama sekali tidak tahu.” jelas
Chanyeol. “Bodohnya aku malah tidak ingat dengan Sehun, padahal
jelas-jelas namja itu namjachingu Hyerin. Aku mau bertanya padanya tapi
aku tidak tahu alamat rumahnya dan tidak punya nomor ponselnya maka dari
itu aku datang kemari. Yah, karena aku tahu kau cukup dekat dengan
Sehun.”
Luhan dan Kris membelalakkan matanya mendengar penjelasan dari Chanyeol. “Mwo?!”
“Kenapa bisa begitu?” tanya Kris penasaran.
“Nanti akan kujelaskan. Sekarang berikan aku nomor ponsel Sehun, hyung.” balas Chanyeol menatap Kris dan Sehun bergantian.
Luhan merogoh saku celananya dan mengaduk-aduk isinya, mencari benda
berukuran kecil yang ia butuhkan saat ini. Setelah menemukannya, ia
langsung mengambilnya dan mengutak-atik benda itu. Ponsel. Lalu ia
menyerahkan ponselnya pada Chanyeol begitu menemukan nama Sehun dikontak
ponselnya.
Chanyeol menyalin nomor Sehun dari ponsel Luhan. Setelah selesai
menyalin, ia menyerahkan ponsel Luhan pada pemiliknya dan ia langsung
menghubungi Sehun melalui ponselnya. Sambungan telepon tersambung,
dengan sabar Chanyeol menunggu Sehun mengangkat panggilan darinya.
“Yeobosaeyo?”
Chanyeol menghela napas lega begitu mendengar suara Sehun disebrang
sana. “Aku Chanyeol, bisa kita bicara? Kutunggu dirumah Luhan.
Sekarang!” kata Chanyeol dan langsung memutuskan sambungan telepon.
Luhan dan Kris masih menatap Chanyeol dengan tatapan penasaran.
“Hyung, kau tidak keberatan bukan kalau aku menyuruh Sehun kemari?” tanya Chanyeol ragu.
Luhan menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku sama sekali tidak keberatan.” jawab Luhan.
“Sekarang jawab pertanyaanku yang tadi. Kau belum menjawabnya.” Kris kembali menyuarakan suaranya.
“Tiga hari yang lalu aku melihat Hyerin kehujanan. Dia masuk kedalam
rumah sambil menangis dan matanya sudah merah dan bengkak. Aku mencoba
untuk bertanya padanya kenapa dia bisa kacau seperti itu. Rambut dan
penampilannya pun sudah acak-acakan.” Chanyeol menjeda perkataannya.
Dipejamkan kedua matanya lalu berusaha mengingat kejadian yang terjadi
tiga hari yang lalu. “Aku khawatir melihat keadaannya dan aku terus
berusaha bertanya apa yang terjadi dengannya saat itu tapi dia
menghiraukanku dan mengurung diri dikamar selama tiga hari. Aku tidak
tinggal diam melihatnya kacau seperti itu, aku menghubungi beberapa
teman dekatnya dan bertanya pada mereka kenapa Hyerin bisa menjadi kacau
seperti itu namun tidak ada satupun dari mereka yang tahu. Kamarnya
selalu dikunci dan setiap kali aku menegurnya ia selalu menangis. Aku
mulai putus asa dan menyerah untuk mencari tahu apa yang sebenarnya
terjadi pada Hyerin. Sebenarnya kemarin aku ingin bertanya padamu hyung
tapi kurasa hyung akan memberikan jawaban yang sama seperti teman-teman
Hyerin maka dari itu kuputuskan untuk tidak bertanya. Tadi pagi aku
langsung teringat dengan Sehun. Bodohnya aku baru mengingatnya hari ini
dan yah seperti yang hyung ketahui, aku datang kemari dan meminta nomor
ponsel Sehun, siapa tahu saja namja itu tahu kenapa Hyerin menjadi
seperti ini. Dia kan namjachingunya dan setahuku dia sangat dekat dengan
Hyerin.” Chanyeol menjelaskan panjang lebar kepada Luhan dan Kris yang
menuntut untuk dimintai penjelasan dari Chanyeol.
“Kenapa bisa begitu?” gumam Luhan pelan. Ia bertanya kepada siapa
saja yang mau menjawab pertanyaannya, tetapi kedua orang lainnya
—Chanyeol dan Kris— hanya diam saja.
“Mungkinkah keadaan Hyerin yang seperti itu ada hubungannya dengan
Sehun?” gumam Kris. Membuat Luhan dan Chanyeol secara bersamaan menoleh
kearahnya dengan cepat. “Kau melihat Hyerin pulang dengan siapa saat
itu?”
Chanyeol menggelengkan kepalanya. “Saat itu hujan dan aku ketiduran
diruang tamu. Aku bangun ketika Hyerin membanting pintu dengan kasar dan
disitulah aku melihatnya dengan keadaan yang sangat kacau.” jawab
Chanyeol kecewa.
Luhan dan Kris hanya diam. Melihat itu, Chanyeol pun diam. Ketiganya
larut dalam pikirannya masing-masing hingga beberapa saat setelahnya
terdengar suara motor memasuki halaman rumah Luhan. Detik selanjutnya,
seseorang masuk kedalam rumah itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Sehun.
“Annyeong, hyung.” sapa Sehun tersenyum kepada ketiga orang
—Chanyeol, Luhan dan Kris— yang sedang menatapnya. Ia berjalan mendekati
ketiga orang itu lalu memilih duduk disebelah Kris. Kini pandangannya
berhenti pada Chanyeol yang menatapnya tajam. Ia tersenyum masam, ia
sudah bisa menebak apa yang ingin Chanyeol bicarakan dengannya. Siapa
lagi kalau bukan Hyerin? Mantan yeojachingunya. “Mau bicara apa, hyung?”
tanya Sehun. Sebisa mungkin ia bersikap normal dihadapan ketiga orang
yang menatapnya tajam itu.
“Kau…” Chanyeol menarik napas dan menghentikan perkataannya. Ia
berpikir sejenak untuk menyusun kata-kata yang pas untuk diucapkan pada
Sehun. “Kau tahu kenapa akhir-akhir ini Hyerin sedikit berubah?” tanya
Chanyeol.
Sehun diam. Wajahnya menunduk. Ia tahu, tentu saja! Semua perubahan
Hyerin pasti karenanya. Tapi ia sedikit bingung atas pertanyaan
Chanyeol. Kalau dilihat dari pertanyaannya, sepertinya Hyerin sama
sekali belum menceritakan masalah yang terjadi tiga hari lalu. Mendadak
Sehun merasa dadanya sesak.
“Hyerin mengurung diri dikamar selama tiga hari. Dia tidak mau makan,
tidak mau minum bahkan tidak mau berbicara denganku.” Chanyeol kembali
bersuara. Ditatapnya Sehun yang sedang menundukkan wajahnya. “Bukannya
menuduh atau apa, hanya saja apakah kau ada hubungannya dibalik semua
perubahan perilaku Hyerin?” lanjut Chanyeol.
Sehun mengangkat wajahnya. “Mianhae, hyung.” gumam Sehun. Namja itu
kembali menundukka wajahnya. Mendengar cerita Chanyeol membuatnya
semakin merasa bersalah pada Hyerin.
Ketiga namja itu sedikit terkejut.
Chanyeol mengepalkan tangannya kuat. “Mianhae? Apa maksudmu?” tanya Chanyeol susah payah menahan emosi.
Sehun diam.
Luhan menatap Sehun dengan tatapan yang susah diartikan. “Jadi benar
kau ada hubungannya dengan—” ucapan Luhan terhenti karena Sehun menyela.
“Ne, itu benar. Semuanya karena aku. Mianhae.” Sehun menyela dan berkata jujur.
Chanyeol beranjak dari tempat duduknya, ia menghampiri Sehun dan
menarik kerah baju Sehun kasar. Matanya memancarka sinar kemarahan. “Kau
apakan Hyerinku, Sehun? Kau apakan dia, huh?!” bentak Chanyeol tepat
diwajah Sehun.
Sehun tidak menjawab pertanyaan Chanyeol. Sementara Luhan dan Kris panik karena tiba-tiba Chanyeol mulai bertindak kasar.
BUGH! Chanyeol melayangkan tinjuannya dengan keras tepat diwajah
Sehun karena namja itu tidak menjawab pertanyaannya. “Kau tuli? Kutanya
padamu kau apakan Hyerin? Huh?” Chanyeol kembali membentak Sehun.
Tubuh Sehun terlempar diatas sofa. Ia memegangi tulang pipinya dan
terasa nyeri karena mendapat pukulan yang cukup keras dari Chanyeol. Ia
menerima semua perlakuan Chanyeol, tidak ada niat sedikitpun untuk
membalas pukulan Chanyeol karena ia merasa pantas mendapatkan pukulan
itu. Tiba-tiba ia merasa sesuatu mengalir dari sudut bibirnya, ia
memegang ujung bibirnya yang ternyata sobek. Darah segar mengalir
disana.
“SEHUN! JAWAB!” bentak Chanyeol. Ia akan melayangkan pukulannya lagi
ketika tangan Kris menahan gerakannya. Chanyeol pasrah dan menepis
tangan Kris kasar. Ia kembali menatap Sehun tajam. “Kalau kau membuat
Hyerinku terluka aku tidak akan segan-segan membunuhmu saat ini juga!”
“Aku hanya meminta pada Hyerin untuk mengakhiri hubungan kita, hyung.
Itu saja!” ucap Sehun datar dan terkesan tidak peduli. Berbanding
terbalik dengan hatinya yang bergetar dan sesak ketika mengatakan hal
itu.
Mata ketiga namja —Chanyeol, Luhan dan Kris— spontan terbelalak mendengar pernyataan Sehun.
Emosi Chanyeol semakin memuncak. Ia kembali menarik kerah baju Sehun
dan menatap namja itu penuh kebencian. BUGH! BUGH! BUGH! Chanyeol tidak
ada henti-hentinya melayangkan pukulannya yang semakin lama semakin
keras pada wajah Sehun. Kris dan Luhan berusaha menghentikan Chanyeol
yang terus memukul wajah Sehun tapi Chanyeol sama sekali tidak
memperdulikan Kris dan Luhan. Bahkan pukulannya pada Sehun semakin
keras. BUGH! BUGH!
“Ya! Chanyeol! Hentikan! Kau ingin membunuhnya?!” bentak Kris.
Chanyeol menghentikan aksinya memukul Sehun. Ia menatap Sehun penuh
amarah. Kedua tangannya mengepal, siap memukul wajah Sehun untuk
kesekian kalinya. “Kau!” Chanyeol menempatkan jari telunjuknya tepat
diwajah Sehun. “Kenapa kau melakukan semuanya? Kau sengaja mempermainkan
perasaan Hyerin? Dia begitu mencintaimu! Dia selalu bercerita tentangmu
padaku lalu dengan mudahnya kau ucapkan kata pisah pada Hyerin? Huh?”
“Mianhae, hyung.” Sehun memejamkan matanya. Pukulan yang Chanyeol
berikan padanya membuatnya sedikit lemah. Pukulan Chanyeol sangat keras
dan sekarang ini, wajahnya telah dipenuhi darah. Matanya pun terasa
perih untuk terbuka sedikit.
Chanyeol masih menatap Sehun dengan penuh kebencian. Ia kembali
menarik kerah baju Sehun dan melayangkan pukulannya pada perut Sehun.
Membuat namja yang dipukul sedikit mengerang kesakitan.
“Chanyeol! Hentikan!” Kris kembali membentak Chanyeol dan menjauhkan Chanyeol dari jangkauan Sehun.
Luhan mendekati Sehun. Tatapan yang Luhan berikan pada Sehun tidak
kalah dengan tatapan Chanyeol. Matanya menatap Sehun penuh kebencian. Ia
menarik kerah baju Sehun dan melayangkan pukulannya pada perut Sehun.
Namun pukulan Luhan kali ini lebih keras dari pukulan Chanyeol. BUGH!
“Akhhh…” Sehun mengerang dan memegang perutnya yang kembali mendapat pukulan.
“Ya! Luhan! Apa yang kau lakukan?!” Kris membentak Luhan dari
kejauhan. Ia merasa kesal pada dua namja —Luhan dan Chanyeol— yang
memukul Sehun. Memang Sehun salah tetapi tidak seharusnya kedua namja
itu membuat Sehun menjadi babak belur seperti itu. Kondisi Sehun saat
ini seperti seseorang yang siap mati kapan saja.
Luhan tidak menanggapi perkataan Kris. Ia masih menatap Sehun tajam.
“Kau! Aku menyesal telah mengenalkanmu pada Hyerin!” kata Luhan. Ia
menendang tubuh Sehun yang tidak berdaya diatas sofa.
“Ya! Hentikan semuanya!”
***
Hyerin POV
Aku tidak tahu mengapa semuanya berakhir begitu cepat. Namja yang
kucintai kini sudah tidak menjadi milikku lagi. Aku kehilangan orang
yang kucintai. Aku kehilangan senyumnya yang manis, kehilangan tawanya
yang lucu, kehilangan kehangatan tubuhnya, kehilangan matanya yang
menatapku dengan lembut, kehilangan separuh jiwaku, aku kehilangan
semuanya. Hilang dan sepi. Itu yang kurasakan sekarang.
Aku hanya berharap semuanya mimpi. Mimpi terburukku. Namun tidak! Ini
bukan mimpi! Ini nyata! Dia meninggalkanku tanpa memberiku alasan
kenapa namja itu meninggalkanku. Apakah aku memiliki salah dengannya?
Apakah aku telah membuatnya kecewa? Membuatnya marah? Atau ia sudah
bosan denganku? Atau bahkan ada yeoja lain yang membuatnya jatuh hati?
Oh Sehun, Oppaku, Cintaku, kumohon jelaskan padaku apa alasanmu meninggalkanku.
Apa aku bukan yeoja yang ia harapkan? Aku bisa mengubahnya. Aku akan merubahnya asalkan dia tetap bersamaku, disisiku.
“Hyerin-ah.”
Aku menangis. Air mataku jatuh semakin deras. Mungkin itu suara
Chanyeol oppa tapi kenapa nada suaranya tidak terngar berat sedikitpun?
“Hyerin-ah.”
Suara itu kembali terdengar. Suara seseorang memanggil namaku dengan
lembut. Aku yakin itu suara namja. Namun yang kudengar hanyalah suara
Sehun oppa. Kenangan bersama Sehun oppa kembali berputar dalam otakku
dimana namja itu memanggil namaku, menatap mataku, menggandeng tanganku,
mendekap tubuhku, menciumku dengan lembut. Semuanya selalu kuingat.
Kenangan manis bersamanya. Aku akan selalu mengingatnya dan sampai kapanpun tidak akan pernah bisa melupakannya.
BRAK!
Pintu kamarku didobrak oleh seseorang. Kutolehkan kepalaku cepat
kearah pintu kamarku dan aku melihat seorang namja. Namja itu
mendekatiku. Aku melihatnya tidak terlalu jelas karena pandanganku kabur
oleh air mata. Tapi yang kulihat disana, namja itu adalah Sehun oppa.
“Hyerin-ah, gwenchana?”
Aku semakin terisak. Namja itu Sehun oppa. Namja yang kucintai kini
berada dikamarku, disini, didepanku dan menatapku. Ingin rasanya aku
menghentikan waktu dan merasakan kedamaian ini. Andai saja jika aku
bisa, aku akan melakukannya…
Namja itu mendekat dan aku langsung memeluknya begitu erat. Aku takut kehilangannya lagi. Aku takut.
“Sehun oppa.. Kajima..” isakku.
Namja itu mengusap puncak kepalaku. Aku tersenyum. Sehun oppa selalu
mengusap puncak kepalaku jika aku sedang menangis. Namun hatiku kembali
bergetar ketika mendengar perkataannya. Pelukanku padanya semakin
melonggar dan dadaku semakin sesak. Ya Tuhan!
“Mianhae, Hyerin-ah tapi aku bukan Sehun.”
***
TO BE CONTINUED
0 komentar:
Posting Komentar