Title : Alyssa & Ashilla
Author : Nurzaita
Lenght : Twoshoot
Genre : Romance (?)
Rating : General
Cast : Mario Stevano Aditya Haling a.k.a Rio, Alyssa Saufika Umari
a.k.a Ify, Ashilla Zahrantiara a.k.a Shilla, Cakka Kawekas Nuraga a.k.a
Cakka, Gabriel Stevent Damanik a.k.a Gabriel or Iyel.
—
Rabu, 24 Oktober 2012
Hari ini Ify tidak masuk sekolah karena ia dan Ray menjemput orang
tuanya dibandara yang baru saja pulang dari Singapura. Ify dan Ray
terlihat sedikit sangat sibuk melepas semua rasa rindunya kepada orang
tuanya yang sudah dua tahun ini tinggal di Singapura karena pekerjaan
orang tuanya yang ‘katanya’ begitu sangat penting.
“Mama… Mana oleh-olehnya?” renggek Ray kayak anak kecil ketika sudah sampai dirumahnya.
“Itu ada di koper…” jawab Mamanya sambil menunjuk koper yang berisikan oleh-oleh.
Ray langsung nyamber tuh koper dan menghamburkan semua isinya.
“Ify, nanti malam kamu mau keluar dengan nak Rio?” tanya Papa Ify kepada Ify.
Ify menoleh sekilas kearah papanya kemudian menganggukkan kepalanya.
“Iya, Pah, mau merayakan hari jadian kami yang ke empat sekaligus
merayakan hari ulang tahunnya Rio…” jawab Ify menjelaskan.
“Nah, kalau begitu lebih baik kamu istirahat aja dulu… Rindu, rinduannya kan udah selesai…” kata Papa Ify.
“Ah, Papa bisa aja…” kata Ify.
“Oh iya, Fy, terus rencananya gimana? Selesai SMA langsung menikah?” tanya Mama Ify.
“Ah, Mama ini apa-apaan sih? Ify kan belum lulus, lagian Ify juga mau kuliah dulu kok…” jawab Ify dengan pipi yang merona.
“Hahaha… Yaudah, nggak usah kuliah juga nggak apa-apa kok…” kata Mama Ify.
“Mamah…” kata Ify jengkel.
Mama dan Papa Ify malah ketawa membuat pipi Ify semakin merona merah.
“Ah, udah… Ify mau bikin kue tar dulu di dapur…” pamit Ify menghindar dari kedua orang tuanya yang menggodanya terus menerus.
—
Siang harinya, dirumah Rio…
Iseng-iseng Rio kepengen nelpon gadis yang beberapa hari lalu pernah
menabraknya tanpa sengaja, ya siapa lagi kalau bukan Shilla.
Tutt… tutt… tutt…
“Tersambung…” gumam Rio agak seneng.
Kemudian, tak berapa lama ada seseorang yang menjawab, suaranya
terdengar lembut dan Rio yakini orang yang mengangkat telpon darinya itu
adalah Shilla.
“Hallo, Shilla…” kata Rio menyapa dengan agak ragu.
“Iya, saya sendiri. Maaf, anda siapa?” tanya orang tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Shilla.
Senyum Rio merekah. “Wah, masak lupa sih sama aku? Beberapa hari yang
lalu kita sempat bertemu dan nggak sengaja kamu menabrakku di toko
boneka… Apa kamu lupa?” kata Rio menjelaskan dengan senyum yang tak
lepas dari wajahnya yang manis.
“Kamu Mario? Benarkan? Waduh, apa kabar nih? Hehehe… Maaf deh, abis
aku nggak nyimpan nomor HP kamu makanya aku nggak tau…” kata Shilla di
ujung sana.
“Hahaha… Iya, nggak apa-apa. Aku sih baik-baik aja. Kamu sendiri?” tanya Rio.
“Sama, aku juga baik-baik aja kok. Ada apa menelponku?” tanya Shilla balik.
“Ah, nggak kok… Cuman iseng aja, nggak ada kerjaan dirumah, hehehe…”
jawab Rio. “Emm, nanti malam kamu ada acara nggak?” tanya Rio.
“Emm, kayaknya sih nggak ada, kenapa?” jawab dan tanya Shilla.
“Mau nggak nemenin aku?” kata Rio mengucapkan tanpa sadar.
“Kemana?” tanya Shilla.
“Kemana aja… Karena hari ini adalah hari ulang tahunku…” jawab Rio.
“Kamu ulang tahun hari ini? Wah, Selamat ulang tahun ya… Semoga
panjang umur deh…” kata Shilla mendadak heboh di ujung sana. Tapi,
setelah beberapa saat ia sadar kalau ia belum menjawab pertanyaan Rio,
ia kembali berbicara. “Emm, oke deh… Nanti malam aku akan nemenin kamu
jalan-jalan kemana aja…” jawab Shilla.
Senyum Rio semakin lebar. “Beneran? Okey, nanti malam jam tujuh aku kan menjemputmu…” kata Rio bersemangat.
“JANGAAAAN…” tahan Shilla.
“Eh? Kenapa?” tanya Rio bingung.
“Kamu jangan jemput aku, bahaya… Dirumah ada papa, kalau dia tau aku
pergi bareng cowok pasti aku nggak bakalan dijinin… Kita ketemuan aja
deh, gimana?” kata Shilla memberikan usul.
Rio tampak berpikir sebentar. “Okey, ketemuan di taman kota jam tujuh malam yah…” kata Rio.
“Okey, kalau gitu udah dulu ya, Yo, maaf aku nggak bisa ngobrol lebih
lama lagi soalnya lagi kerja kelompok dirumah temen, nggak enak kalo
yang lainnya ngerjakan tugas aku malah telponan…” kata Shilla.
“Eh, jadi aku ganggu ya? Aduh, maaf ya… Aku nggak tau…” kata Rio.
“Iya, nggak apa-apa santai aja… Yaudah, Bye…”
“Bye…”
Tutt… tutt… tutt…
Sambungan terputus. Rio merebahkan tubuhnya diatas ranjang tidurnya.
Memejamkan matanya cukup lama hingga ia merasa HP yang digenggamnya itu
bergetar. Matanya terbuka dan langsung menatap HP-nya, ternyata ada
sebuah kotak masuk yang ternyata dari… Ify.
Rio, nanti malem jam tujuh kita ketemuan di bukit tempat biasa yah?
Gue punya kejutan untuk loe… Jangan dateng terlambat!
Janji yah loe bakalan dateng…
Begitulah isi pesan dari Ify. Rio tersenyum, untuk beberapa saat ia
lupa dengan janjinya yang ingin bertemu dengan Shilla nanti malam.
Dengan bibir yang masih tersenyum, Rio menekan beberapa tombol pada
HP-nya untuk membalas SMS Ify.
Okey, cantik…
Gue janji, bakalan dateng kesana kok…
Loe dandan yang cantik yah… ^_^
Kemudian Rio mengirimkan pesan tersebut pada Ify. Dan tak berapa lama, Ify membalasnya.
Iya, loe dandan yang ganteng juga…
Biar serasi ama gue…
Masak gue cantik loe jelek :p
Rio nggak terima dengan pesan Ify langsung membalasnya cepet banget.
Enak aja loe ngatain gue jelek… :@
Kalo gue jelek kenapa loe nerima gue, hayo? :p
Rio mengirim pesan singkat itu kepada Ify. Setelah ditunggu cukup lama, akhirnya Ify membalas pesannya.
Yee… Itu karena gue kasian sama loe…
Makanya gue terima loe jadi pacar gue…
Dari pada loe jadi orang gila gara-garanya,
Cinta loe nggak terima sama putri cantik kayak gue… :p
Lagi-lagi Rio merasa nggak terima diejek sama Ify. Ia pun membalasnya.
Yee…
Bilang aja loe sirik -__-“
Tak ada balasan dari Ify, Rio memutuskan untuk tidur siang.
—
Malam harinya…
Rio terlihat keren banget malam ini, memakai celana jeans panjang,
kaos cream dan jaket warna hijau, sepatu kets warna putih, rambutnya
diberdirikan kayak landak (?) pokoknya malam Rio keren banget deh…
Sekarang Rio sudah berada di taman kota. Ia memarkirkan mobilnya
disekitar sana, karena untuk menuju bukit tempat perjanjiannya dengan
Ify harus melewati taman kota. Setelah memarkirkan mobilnya, Rio turun
dari mobilnya, tepat pada saat itu ia mendengar ada seseorang yang
memanggilnya dari arah belakang.
Rio membalikkan badannya dan mendapati seorang gadis cantik dengan
menggunakan mini dress berwarna pink. Rambutnya dibiarkan terurai dengan
hiasan bando berpita warna putih dikepalanya, memakai high hells
berwarna putih. Gadis itu terlihat sangat cantik, tapi Rio seperti tak
mengenali gadis itu.
“Hey, Rio… Aku Shilla…” sapa gadis itu sambil tersenyum manis.
Rio kaget mendengar perkataan gadis itu yang mengaku sebagai Shilla.
Ia benar-benar mengangumi kecantikan Shilla malam ini dan untuk beberapa
saat, Rio lupa dengan janjinya pada Ify. Aneh? Memang! “Kamu Shilla?”
Rio masih agak ragu. Tapi, ketika melihat Shilla mengangguk Rio kembali
tersenyum. “Emm, malam ini kamu keliatan cantik banget…” puji Rio.
Muka Shilla memerah karena malu. “Ah, kamu bisa aja… Kamu juga keliatan tampan kok malam ini…” kata Shilla memuji Rio balik.
“Eh? Kesana aja yuk… Nggak enak kalo ngobrol disini…” kata Rio mengajak Shilla duduk dibangku taman yang ditunjuk oleh Rio.
Shilla menganggukkan kepalanya. “Emm, boleh…” jawab Shilla.
“Oh iya, sudah lama disini?” tanya Rio kepada Shilla ketika mereka berdua sudah duduk dibangku taman itu.
Shilla menggelengkan kepalanya. “Nggak kok, aku aja baru dateng…” jawab Shilla.
“Ohh, gitu…” Rio mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
“Hmm, Oh iya, ini buat kamu…” kata Shilla sambil menyodorkan sebuah
kotak berukuran sedang yang dibungkus kado kearah Rio. “Selamat ulang
tahun…” lanjutnya meneruskan kata-katanya yang belum ia ucapkan kepada
Rio.
“Buat aku?” tanya Rio agak ragu.
Shilla mengangguk.
Rio menerimanya, mengambil kado dari Shilla dengan perasaan senang. “Terima kasih…” katanya.
“Iya, sama-sama…” jawab Shilla.
“Emm, Shilla…” panggil Rio.
“Ya? Kenapa?” tanya Shilla.
“Boleh aku bilang sesuatu sama kamu?” kata Rio sambil mengubah posisi
duduknya menghadap kearah Shilla. Kini, posisinya dengan Shilla
berhadap-hadapan.
Saat Rio berbicara seperti itu, Ify lewat dari jarak yang tidak
terlalu jauh dari Rio dan Shilla berada sambil membawa kue tar yang tadi
siang sempat dibikin olehnya yang dibantu oleh Mamanya dan kedua
pembantu rumahnya. Ify heran mendengar suara itu, suara yang baginya
sudah tak asing lagi. Entahlah, mungkin karena penasaran Ify mendekati
suara tersebut. Ia mengintip dari balik pohon yang jataknya mungkin
sekitar tujuh meteran dari orang yang ia intip, Ify melihat dua orang
yang di intipnya itu salah satunya tidak terlalu jelas, karena salah
satu orang yang diintipnya duduk membelakanginya. Ya, Ify melihat jelas
si cewek yang ia intip itu terlihat sangat cantik dan cowok yang ada
dihadapan Ify nggak bisa Ify lihat dengan jelas karena cowok itu duduk
membelakanginya. Anehnya, Ify seperti mengenal cowok itu.
“Ya, bilang aja…” jawab cewek yang diintip oleh Ify itu, siapalagi kalau bukan Shilla.
“Sebenernya, ketika aku melihatmu pertama kali… Aku rasa aku mulai
jatuh cinta padamu… Aku melihat kamu itu berbeda dengan wanita lain yang
aku temui dalam kehidupanku. Sungguh!” kata Rio menatap mata Shilla
tajam.
Shilla jadi salting. “Ee, sebenernya aku juga mempunyai rasa yang sama seperti kamu…” jawab Shilla malu-malu.
Ify yang melihat hanya geleng-geleng kepala. Elah, ternyata belum pacaran toh? Hahaha… Ternyata asik juga ngintipin orang pacaran, hihihi… Batin
Ify. Tapi, tiba-tiba mata Ify terbelalak kaget ketika cowok yang duduk
membelakanginya itu merubah posisi duduknya seperti semula, sehingga Ify
bisa melihat setengah dari wajah cowok itu. Hatinya seperti ditusuk
melihat pemandangan didepannya ini. Cowok itu begitu mirip dengan Rio,
pacar Ify sendiri. Mata Ify langsung ia arahkan ke tangan kiri cowok itu
memastikan cowok itu memakai jam tangan yang biasanya dipakai Rio atau
tidak. Ketika melihat kearah tangan kirinya, cowok itu memakai jam
tangan yang sama persis dengan jam tangan milik Rio. Kini, matanya
beralih kesepatu kets yang dipakai cowok itu, dan benar saja, sepatu
kets yang dipakai cowok itu adalah sepatu kets milik Rio. Keyakinan Ify
kalau cowok itu adalah Rio terbukti benar ketika tanpa sengaja Rio
menoleh kearah mobilnya yang arahnya samaan dengan tempat Ify mengintip.
Dada Ify seperti sesak melihat kejadian yang sangat tak di duga olehnya
ini. Jantungnya seakan sudah berhenti. Matanya terasa panas. Di hari
jadian mereka yang ke empat sekaligus hari ulang tahun Rio ini yang
seharusnya menjadi malam special malah menjadi sangat menyakitkan buat
Ify. Dadanya semakin sesak ketika ia mengingat ucapan Rio kepada gadis
itu. Gadis yang sama sekali tak Ify kenali. Sakit banget rasanya Ify
saat itu, nggak menyangka orang yang sudah ia percayai selama empat
tahun ini sekarang mempermainkannya. Ia sedikit melirik kearah Rio dan
wanita yang disampingnya itu.
“Aku mencintaimu… Ashilla Zahrantiara. Kamu mau menjadi pacarku?”
tanya Rio kepada wanita yang dipanggil dengan nama “Ashilla Zahrantiara”
itu.
Shilla menganggukkan kepalanya, tanda kalau dia menerima Rio untuk
menjadi pacarnya. “Ya, aku mau, Mario…” jawab wanita bernama Shilla itu.
Mata Ify semakin memanas, ia sudah nggak bisa lagi menahannya, air
matanya jatuh membasahi kedua pipinya. Tanpa sadar, kue tar yang ia
bikin untuk Rio sebagai ucapan selamat ulang tahun kepada cowok itu
terjatuh sehingga kue tar itu sudah tak terbentuk lagi. Kue itu
menggabarkan hati Ify yang sudah tak terbentuk lagi. Ia benar-benar
merasa kecewa dengan Rio. Sama sekali nggak menyangka Rio melakukan
sesuatu yang tak pernah diharapkannya. Rio begitu tega dengan dirinya.
Apakah dirinya kurang sempurna di depan mata cowok itu? Tidak.Ify merasa
diirinya sudah cukup sempurna untuk berada disisi Rio, tapi kenapa
cowok itu tega mainin perasaannya? Apa jangan-jangan selama ini cowok
itu juga bersikap seperti itu juga tanpa diketahuinya? Apa janagn-jangan
cowok itu sudah berpacaran dengan berpuluh-puluhan cewek tanpa
sepengetahuannya? Tidak. Ify menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha
untuk menjernihkan pikirannya. Air mata Ify semakin menderas, dada Ify
semakin sesak dan rasanya sulit sekali ia merasakan untuk bernapas.
Sekali lagi, Ify mencoba mengintip cowok yang sekarang ini berstatus
menjadi pacarnya yang lagi berduaan sama cewek lain di taman kota. Sesak
di dada Ify semakin menjadi-jadi ketika melihat Rio sedang memeluk
gadis itu. Ify sudah nggak kuat lagi melihat pemandangan didepannya ini
yang hanya bisa membuat hatinya sakit, langsung pergi dari sana. Ia tak
peduli lagi dengan kue tar yang sudah susah payah dibuatnya hanya untuk
Rio tapi Rio malah mempermainkan perasaannya. Ify pergi dari sana dan
menuju kebukit tempat mereka pertama kali bertemu. Dan ia menangis
sejadi-jadinya disana.
“Kamu jahat, Yo, kamu jahat…” kata Ify setengah berteriak sambil
menjatuhkan tubuhnya kebawah (?) Ia meremas kepalanya keras banget.
“Kamu bohong, Yo, kamu bohong! Kamu tega bohongin aku… Kamu tega
mainin perasaan aku… Kamu Tega, Yo, TEGA!” kata Ify dengan tangan yang
memukul-mukul rumput dibawahnya. (?)
“KAMU JAHAT, RIO… AKU BENCI KAMU…” teriak Ify sekenceng-kencengnya
berusaha mengeluarkan semua emosi yang terpendam didalam perasaan Ify
yang sejak tadi ingin dikeluarkannya.
Ify hari ini benar-benar emosi kepada Rio. Sikapnya dari kemarin
sudah membuat Ify heran dan sekarang Ify tahu sikap Rio mulai aneh
ketika bertemu dengan gadis itu. Ingin sekali ia memarahi Rio dan
melabraknya saat itu juga didepan Rio dan gadis itu, tapi Ify merasa
sulit untuk melakukannya. Ia benar-benar masih sangat SHOCK dengan apa
yang baru saja didengarnya, kata-kata yang nggak Ify duga terucap dengan
mudahnya ke wanita lain tanpa sepengetahuan Ify. Ify benar-benar merasa
sangat kecewa, kecewa yang ia rasakan sangat luar biasa. Sakit yang ia
rasakan ketika ia dipermainkan Rio juga sangat luar biasa. Padahal tadi
siang, Rio janji akan menemui Ify ditempat ini tapi mana buktinya? Bukti
di SMS siang tadi? Mana? Rio membohonginya. Bukannya datang kebukit
ini, ia malah menyempatkan diri untuk berdua dengan itu dan Rio malah
sempat-sempatnya menembak gadis itu pada tanggal yang sama dengan
tanggal jadian Ify dan juga tanggal ulang tahunnya Rio. Bukankah itu
artinya tanggal 24 Oktober itu adalah hari yang benar-benar sangat
special untuk Rio? Pertama karena pada tanggal itu adalah tanggal
kelahirannya, kedua karena tanggal itu adalah tanggal jadiannya dengan
Ify, ketiga karena hari itu juga adalah hari jadiannya dengan Shilla.
Ify menggelengkan kepalanya. Ia mulai berpikir yang tidak-tidak tentang
Rio. Hmm, atau jangan-jangan ada wanita lain selain dirinya dan Shilla
yang menjadi pacarnya dan jadiannya juga kebetulan pada tanggal 24
Oktober? Ify semakin marah dengan Rio. Tanpa sadar ia membatin dalam
hatinya… Playboy buaya darat cap Landak. Ify mengatakan hal itu
dalam hatinya. Cap Landak? Mungkin karena duri landak kalau dipegang
itu agak sakit makanya Ify menyebutnya Playboy buaya darat cap Landak.
Karena menurutnya Rio adalah seseorang yang baru menjadi seorang playboy
yang mainin perasaan cewek yang sakitnya luar biasa, mungkin seperti
orang yang tertusuk duri landak. Bukankah itu sangat sakit sekali?
“Jangan ngomong kayak gitu, siapa tahu kamu hanya salah paham aja…” kata seseorang dari belakang Ify.
Mendengar ada seseorang yang tiba-tiba nyaut dari arah belakang, Ify
menolehkan kepalanya kearah belakang namun ia agak kesusahan karena ia
sedang terduduk di rumput-rumput bukit itu *mudeng ga?* penampilan
sudah berantakan banget. Nggak seperti sebelum Ify melihat Rio bersama
Shilla. Orang yang tadi bicara pada Ify yang mengerti Ify susah
menolehkan kepalanya kebelakang dan terlihat Ify seperti ogah-ogahan
berdiri langsung mendekati Ify dan berjongkok disamping gadis itu.
“Loe siapa? Nggak usah ikut campur masalah orang…” kata Ify judes.
Tapi orang itu malah tersenyum. “Orang seperti itu seharusnya nggak
perlu kamu tangisin. Percuma. Hanya membuang air matamu aja…” kata orang
itu.
Kali ini Ify menoleh menatap orang itu. Dilihatnya, seorang pria
berambut gondrong, kulitnya putih dan wajahnya cukup tampan. Ify agak
heran sama orang yang sok ikut campur urusannya. *keinget cerbung “Maybe” gue yang bagian Rio suka sok ikut campur urusan Ify -__-“ #plaak!! #Abaikan!* Ify
menghela napas pelan kemudian berbicara. “Loe bener…” ucapnya pelan.
“Ngapain juga gue nangisin orang kayak dia? Nggak guna…” kata Ify
melanjutkan kata-katanya lagi.
“Loe yang sabar aja. Masih banyak kok cowok yang cocok untuk loe,
nggak cuman… Ee, Ri… Rio aja…” kata orang itu terdengar agak ragu ketika
mengucapkan nama Rio.
“Kok loe tau gue nangisin tuh cowok tadi?” tanya Ify polos.
Orang itu kembali tersenyum. “Kan tadi kamu teriak kamu benci sama yang namanya Rio gitu…” jawab orang itu tenang.
Ify tersenyum membenarkan perkataan orang disampingnya ini. Entalah,
untuk beberapa saat semua rasa kesalnya pada Rio mulai menghilang secara
perlahan-lahan. Orang di sampingnya ini seikit membuat hati Ify merasa
sedikit lebih tenang. “Emm, Thanks…” ucap Ify.
Orang itu menoleh. “Untuk?” orang itu bertanya dengan pandangan heran.
“Semua kata-kata loe… Loe, udah sedikit membuat hati gue ngerasa lebih tenang…” kata Ify menjawab pertanyaan orang itu.
“Ohh, oke, sama-sama…” jawab orang itu.
Ify diam.
“Oh iya, kenalin aku Cakka Kawekas Nuraga, biasa dipanggil Cakka…
Kalau kamu?” orang bernama Cakka itu memperkenalkan dirinya sambil
mengulurkan tangannya kearah Ify.
Ify menatap tangan Cakka, dan dengan perasaan agak ragu ia membalasnya. “Gue Alyssa Saufika Umari, Ify…” balas Ify.
“Ohh, Ify, senang berkenalan denganmu…” kata Cakka.
Ify menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
—
Kamis, 25 Oktober 2012
Hari ini Rio menjemput Shilla dirumahnya, berangkat sekolah bareng
sama Shilla, untuk sementara ini Rio melupakan Ify sebentar, dari
kemarin ia sama sekali tak ingat dengan Ify dan janjinya yang akan
menemui Ify dibukit tempat biasa mereka bertemu.
Tapi, pada saat sudah sampai di depan rumah Shilla, Rio melihat
Shilla sedang mengobrol di teras rumahnya bersama cowok lain. Rio
sedikit cemburu melihat itu semua. Ia pun bergegas turun dari motornya
dan menghampiri Shilla.
“Shilla…” sapa Rio tersenyum manis kearah Shilla namun ia menatap sinis cowok yang tadi mengobrol dengan Rio.
Shilla kaget melihat Rio yang dateng kerumahnya. Ia langsung mengajk Rio menjauh dari cowok yang tadi sempat ngobrol dengannya.
“Apaan sih, Shil? Terus… Itu cowok siapa?” tanya Rio dengan nada sedikit cemburu.
“Loe ngapain sih kesini?” tanya Shilla.
“Ya…” ucapan Rio di potong oleh Shilla.
“Mendingan loe berangkat sekolah aja dulu. Cowok itu… Em, dia… Dia
saudara gue, dan bahaya banget kalo sampe dia ngelaporin gue didatengin
cowok kerumah… Loe berangkat sekolah aja sana… Sebelum bokap gue tau…”
kata Shilla mendorong tubuh Rio.
Rio menghela napasnya. Pasrah dan menuruti perkataan Shilla. “Oke,
oke…” jawabnya malas kemudian berjalan kearah motornya dan langsung
melajukannya menuju sekolahnya. Sedangkan Shilla kembali kedalam
menghampiri cowok itu.
“Siapa, Shil?” tanya cowok itu.
“Ah, dia cuman temen gue kok, Yel…” jawab Shilla berbohong.
Orang yang dipanggil “Yel” itu sebenarnya agak curiga, tapi ia tak
terlalu mempermasalahkannya. “Eh, Shilla… Ntar malem, kita jalan yok…
Udah lama banget kita nggak jalan berdua bareng setelah setahun gue
pindah. Gue kan kangen masa-masa waktu kita pacaran. Lagian kan,
bukannya sekarang kita masih pacaran? Kita belum putuskan? Apa loe nggak
kangen masa-masa waktu kita pacaran dulu setelah setahun gue pindah dan
akhirnya gue kembali lagi?” tanya cowok itu. Oke, aku rasa kalian semua
udah tau siapa nih cowok. Ya, siapalagi kalau bukan Gabriel Stevent
Damanik. Pacar Shilla yang sudah dua tahun ini mereka berpacaran.
Shilla mengangguk-anggukkan kepalanya. “Oke, Gabriel… Loe jemput gue jam tujuh malem yah?” kata Shilla.
“Okey, sekarang… Gue anterin loe sekolah deh…” kata Gabriel.
Shilla menganggukkan kepalanya.
—
Saat Rio sudah sampai disekolahnya…
Setelah Rio selesai memarkirkan motornya, ia berjalan menuju ke
kelasnya. Sekolahnya masih sepi, pas di jalan ia langsung berhadapan
dengan Ify. Ia jadi ingat dengan janjinya pada Ify yang akan mengunjungi
bukit tersebut, tapi ia malah mengingkar janjinya dan malah berduaan
dengan Shilla yang sekarang menjadi pacarnya yang… Kedua.
Dan saat ini, Ify sedang menatap Rio tajam.
“Eh, Fy…” Rio bingung mau ngomong apa. Mau minta maaf, tapi dia nggak
ada alesan untuk menjelaskan kenapa ia nggak dateng kemaren. Nggak
mungkin dong Rio mengatakan yang sebenarnya kepada Ify. Ia nggak mau
nyakitin perasaan tuh cewek, tapi nyatanya ia sudah menyakiti perasaan
cewek itu.
“Gue udah tau semuanya…” kata Ify sambil memalingkan wajahnya kearah lain.
Rio heran mendengar perkataan Ify, jantungnya berdegup kencang. “Maksud loe?” tanya Rio bingung.
“Gue udah tau semuanya tentang loe yang tadi malem nembak cewek itu,
Ashilla Zahrantiara…” jawab Ify menjelaskan kemudian ia menatap Rio
tajam. Matanya mulai memerah dan sudah berkaca-kaca.
Rio tersentak kaget. Kaget yang luar biasa yang ia rasakan saat ini.
“Eh, itu… itu…” Rio bingung mau bilang apa kepada Ify saat itu.
“Nggak perlu dijelasin… Gue udah denger semuanya…” kata Ify membentak Rio.
Rio diam. Satu hal yang tak ingin terjadi padanya saat Ify. Ify tidak memputuskan hubungan mereka.
“Dan sekarang, gue minta hubungan kita…” ucapan Ify terputus. Air
mata Ify jatuh membasahi kedua pipinya. “Gue minta hubungan kita sudah
cukup sampai disini. Kita… PUTUS!” kata Ify sambil menekankan
kata-katanya yang di caps lock itu.
Tubuh Rio lemas. “Fy, bisa gue jelasin…” kata Rio sambil memegang lengan Ify.
Dengan sigap Ify langsung menepis tangan Rio dengan kasar. “Nggak ada
yang perlu dijelasin lagi, semuanya udah cukup jelas…” bentak Ify.
“Fy, gue…” ucapan Rio sengaja ia berhentikan karena ia melihat Ify
sudah pergi meninggalkannya. Sebuah rasa penyesalan menyelimutinya.
—
Siang harinya…
Pagi tadi, setelah Ify memutuskan untuk menyelesaikan hubungan mereka
—Rio dan Ify— Rio langsung mendapatkan telpon dari Shilla yang
memintanya untuk ketemuan siang ini ditaman kota tempat kemarin. Dan
kini, Rio dan Shilla sudah berada disana.
“Rio…” panggil Shilla pelan.
Rio menoleh. “Ya?” balas Rio.
“Aku mau… Kita PUTUS sekarang juga…” kata Shilla tanpa perlu berbasa-basi dahulu.
Rio menatap Shilla kaget. Benar-benar kaget. Tadi pagi, Ify sudah
minta putus dengannya dan giliran tinggal Shilla yang hanya dia punya
sekarang, cewek itu malah ikut-ikutan menyelesaikan hubungan mereka.
Apakah ini kutukan Rio karena sudah mempermainkan Ify? Apakah begitu?
“Hah? Kamu ini apa-apaan sih, Shil? Kita jadian aja belum nyampe satu
hari pas kamu udah main putus aja… Nggak! Gue nggak mau…” tolak Rio.
Shilla menatap Rio tajam. “Tapi, cowok yang tadi dirumah aku tadi
pagi itu, Gabriel… Cowok yang dijodohkan oleh Papaku ke Aku…” jawab
Shilla mencoba untuk mencari alesan.
Rio tertegun mendengar perkataan Shilla. “Terus kenapa kamu baru
bilang sekarang? Kenapa nggak kamu tolak aku aja sekalian kemarin kalau
akhirnya bakalan kayak gini, hah?” bentak Rio.
“Ah, terserah loe aja deh… Yang penting mulai detik ini kita PUTUS!”
kata Shilla berbicara loe-gue pada Rio dan menekan kata-katanya pada
kalimat terakhir yang di caps lock.
“Shilla…” panggil Rio lirih.
Shilla nggak peduli, ia malah meninggalkan Rio sendirian di taman
kota itu. Rio terduduk lemas jatuh ketanah persis seperti Ify yang
kemaren malam. Perasaannya begitu kacau hari ini. Sebuah penyesalan
kembali muncul dalam benaknya.
—
Dua tahun kemudian…
Jumat, 24 Oktober 2014
Rio mencoba untuk menahan rasa sakitnya dalam hatinya saat melihat
seorang wanita cantik yang kini berada pada acara pertunangan,
pertunangan antara wanita cantik yang Rio perhatikan dengan seorang pria
muda yang sangat tampan yang Rio yakini adalah orang yang sekarang
dekat dengan wanita itu ketika ia sudah tak berhubungan lagi dengan
wanita itu. Wanita itu adalah Ify dan Pria itu sendiri adalah Cakka. Rio
mengintip dari balik gerbang rumah Ify yang didalamnya sedang merayakan
acara pertunangan Ify dengan Cakka.
Kisah-kisah masa lalunya dengan Ify sungguh tak bisa Rio hilangkan
dari otaknya. Kenangan itu akan terus Rio simpan sampai Rio sudah tiada
lagi di dunia ini.
Melihat Cakka dan Ify yang saat ini bertunangan, hati Rio terasa
sudah remuk. Rasa penyesalan yang ia lakukan dua tahun lalu tak bisa ia
lupakan. Sebuah kesalahan besar yang membuat dirinya rugi dan hancur.
Pertama, ia harus kehilangan Ify dan merelakan Ify bertunangan dengan
pria lain yang akan menjadi pendamping hidup Ify. Padahal, dulu saat
Rio masih berpacaran dengan Ify, Rio sangat berharap yang ada di posisi
Cakka sekarang ini adalah dirinya. Kalau saja itu adalah dirinya, Rio
pasti akan senang sekali.
Kedua, ia harus bisa terima ia telah dipermainkan oleh Shilla. Dan
seminggu setelah kejadian Rio putus dengan Shilla, Shilla langsung
pindah ke Amerika bersama Gabriel dan Papanya. Sungguh sangat
menyakitkan hati Rio saat itu.
Ketiga, tanggal 24 oktober yang seharusnya menjadi tanggal yang
paling special buat Rio, kini malah menjadi kenyataan pahit yang membuat
Rio setengah tidak menerima kenyataan itu.
Rio tersenyum samar. Ia harus bisa menerima semuanya karena itu semua
adalah ulahnya sendiri. Dengan langkah bergetar ia berjalan masuk
kedalam rumah Ify karena Rio memang di undang untuk menghadiri acara
pertunangan antara Rio dan Ify.
Dan saat Rio masuk, Cakka melihatnya ia pun langsung menyenggol
lengan Ify. “Fy, Rio dateng tuh…” kata Cakka berbisik sambil menunjuk
Rio yang masuk kedalam ruangan acara pertunangan mereka.
Ify menoleh kearah yang ditunjukkan Cakka. Tepat pada saat itu mata
Ify dan Rio bertemu. Mata Rio terlihat sayu, Ify nggak kuat melihat mata
Rio langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. Sedangkan Rio
sendiri, berjalan menghampiri Cakka dan Ify.
“Se… Se… Selamat ya…” kata Rio mengucapkannya dengan berat hati
sambil mengulurkan tangannya kearah mereka berdua. —Cakka dan Ify—
Cakka membalasnya. “Iya, thanks…” kata Cakka singkat. Ia melirik Ify
dan menyenggol lengannya, memintanya untuk membalas uluran tangan Rio
dan kata-katanya.
Ify dengan ogah-ogahan menyambut tangan Rio, kalau bukan karena
Cakka, Ify merasa benar-benar tak sudi menjabat tangan pria yang pernah
mengisi hatinya dan menemaninya selama empat tahun tapi telah
mempermainkannya itu. Ify menjabat tangan Rio sebentar saja kemudian
langsung melepaskannya setelah itu ia berbicara. “Hm… Ternyata loe
dateng juga, Mantan pacar gue yang udah nyakitin perasaan gue…
Bener-bener nggak punya malu ya loe, Ck!” kata Ify tersenyum sinis.
“Ify…” kata Cakka, nggak suka dengan kata-kata yang baru saja dikatan Ify.
“Biarin aja kenapa sih… Cowok kayak dia nggak perlu di baikin…” kata Ify sewot yang membela dirinya sendiri.
Cakka langsung menarik Ify untuk menjauhi Rio, sebelumnya Cakka
berkata. “Eh, Ify nggak bermaksud…” kata-kata Cakka terputus karena di
potong oleh Rio.
“Nggak apa-apa…” jawab Rio.
Mungkin sampai sekarang Ify masih membencinya. Ya, sepertinya memang
begitu. Dan ia harus bisa menerima kembali sebuah kenyataan pahit bahwa
orang yang ia sayangi kini telah membencinya. Sebuah rasa penyesalan
kembali muncul dalam benak Rio.
Dan sekarang ini adalah acara yang kenyataannya harus bisa Rio terima. Acara tukar cincin akan segera dilaksanakan.
Cakka tersenyum dan menatap wajah manis Ify kemudian ia melingkarkan
cincin di jari manis Rio. Rio mencoba menguatkan hatinya ketika melihat
itu semua. Dan sekarang giliran Ify yang memakaikan cincin kejari manis
Cakka.
Sebelum Ify memakaikan cincin itu kejari manisnya Cakka, Ify menatap
Rio yang kini sedang menatapnya. Mata mereka bertemu. Mata Rio, membuat
Ify seakan nggak bisa untuk memakaikan cincin itu kejari manis Cakka.
Sangat sulit sekali. Tetapi, bayangannya kembali pada masa lalunya tepat
pada dua tahun yang lalukenyataan yang membuat Ify tidak bisa menerima
semua kelakuan Rio. Saat Rio ketahuan telah mempermainkannya. Mengingat
itu, Ify langsung mengalihkan pandangannya dari Rio kearah Cakka, ia
menatap mata Cakka sebentar dan tanpa berpikir panjang lagi, Ify
langsung memakaikannya pada jari manis Cakka.
Prook… prookk… prokk…
Semua orang yang ada disana bertepuk tangan riuh, tapi tidak untuk
Rio. Rio berjalan keluar, memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, ia
benar-benar sudah nggak tahan berada disana. Rasa nyeri dalam hati Rio
keluar dan rasa penyesalan itu juga keluar lagi. Mungkin saatnya kini ia
harus bisa menerima kenyataan tersebut kalau Ify sekarang sudah menjadi
milik orang lain.
END
0 komentar:
Posting Komentar