Title : Forgive Me
Author : Nurzaita (@AiYmm257_)
Genre : Romance
Lenght : Chaptered / Series Fic
Rate : T
Cast :
- Park Yoonhee (OC),
- Kim (Xi) Luhan – EXO-M,
- Lee (Oh) Sehun – EXO-K,
- Kim Jong In – EXO-M.
Other cast :
- Lee Jinki – SHINee,
- Kim Kibum – SHINee,
- Park Chanyeol – EXO-K
- Jung Eunsoo (OC)
***
Normal POV
Park Yoonhee. Itulah nama seorang yeoja yang sedang duduk dibalkon
kamar. Yeoja itu menatap kearah langit, disana tidak terlihat bulan
maupun bintang yang menghiasi indahnya malam. Hanya gelap tanpa cahaya,
tak ada sedikitpun cahaya yang menerangi malam itu. Ia sempat merasa
kecewa melihat suasana langit malam itu yang tidak terlihat indah
seperti biasanya. Tapi tampaknya, yeoja itu tetap menikmati malam itu
bersama angin yang terasa dingin menerpa sebagian kulitnya yang tidak
tertutup.
Yoonhee merogoh saku celana pendeknya untuk mencari ponsel miliknya
yang ia simpan didalam saku celana, begitu mengeluarkan ponsel miliknya
ada benda lain yang keluar bersamaan dengan tangan Yoonhee yang keluar
dari saku celana pendeknya. Spontan membuat Yoonhee menoleh kebawah dan
melihat benda itu yang ia yakini terjatuh dilantai. Begitu melihat benda
yang jatuh itu, ia tertegun sejenak. Ia menatap benda itu cukup lama,
sebuah cincin couple titanum yang mengukir namanya dan nama seseorang.
“Lu…Han…” tanpa sadar, Yoonhee menggumamkan nama seseorang. Seseorang
yang sangat berarti untuknya, seseorang yang selalu menemaninya, selalu
berada disisinya, selalu menjaga dan melindungi. Ingatannya pun kembali
pada enam bulan sebelumnya. Saat-saat dimana Yoonhee merasakan
kebahagiaan terakhirnya sebelum akhirnya ia harus benar-benar kehilangan
seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.
Flashback : ON
“Ya! Luhan oppa! Lepaskan!” seru Yoonhee merasa sedikit
terkejut karena gerakan seorang namja bernama Luhan yang tiba-tiba saja
memeluknya dari belakang. Saat itu, Yoonhee sedang mencari-cari novel
miliknya yang berada di rak buku dan karena ulah namjachingunya barusan
membuat Yoonhee refleks berhenti mencari novel itu. Kedua tangannya
secara tidak sadar memegang tangan Luhan yang melingkar pada tubuh
mungilnya
“Wae?” tanya Luhan heran.
“Geli oppa! Lepaskan!” kata Yoonhee sambil melepaskan tangan Luhan
secara paksa. Setelah berhasil, Yoonhee membalikkan badannya dan
berdiri tepat didepan Luhan. Yeoja itu menghela napas pendek dan
melanjutkan kata-katanya. “Kalau ada yang lihat bagaimana? Huh?”
“Memangnya kenapa kalau ada yang melihat? Kau kan yeojachinguku?
Kalau mereka mau kan tinggal melakukan hal yang sama seperti yang
kulakukan barusan. Memangnya tidak boleh memeluk yeojachinguku sendiri?”
Yeoja bermarga Park itu mengerucutkan bibirnya dan mencubit lengan Luhan. “Kau menyebalkan, oppa!” kata Yoonhee.
Luhan tertawa sabil mengacak-acak rambut Yoonhee dengan gemas.
“Walau menyebalkan tapi kau juga suka padanya kan?! Hahaha.” goda Luhan.
Dikedipkan sebelah matanya kearah Yoonhee.
Ada rasa sedikit malu melihat namjachingunya mengedipkan sebelah
mata padanya, jantungnya langsung berdebar sangat cepat dan kini ia
sudah yakin sekali kedua pipinya merona merah tetapi rasa kesal pada
namja didepannya itu menguasinya sehingga Yoonhee langsung menjitak
kepala Luhan karena kesal. “Diam kau, oppa!” kata Yoonhee sambil
melototkan kedua matanya kearah Luhan. Melihat namja itu Yoonhee
teringat sesuatu. “Oppa, kenapa datang kesini? Ini kan sudah malam?!”
sikap Yoonhee mulai melunak.
Luhan tersenyum tipis. Senyumnya terlihat sangat manis membuat
wajahnya semakin terlihat tampan. “Aku hanya ingin memberikanmu ini,”
kata Luhan sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil yang didalamnya berisi
sebuah cincin couple titanum berwarna hitam yang mengukir namanya dan
nama yeoja itu. “Aku membelinya tadi pagi.”
“Oppa. Bagus sekali?! Yang satu untukku kan?!” tanya Yoonhee melihat cincin itu dengan mata yang berbinar-binar.
“Tentu. Sini biar kupasangkan.” kata Luhan mengambil cincin yang
ukurannya lebih kecil kemudian ia masukkan cincin itu pada jari manis
Yoonhee. Luhan mengamati cincin yang dipakai Yoonhee kemudian ia
tersenyum. “Sangat cantik! Sama seperti orangnya.” goda Luhan.
“Gomawo oppa. Saranghae.” kata Yoonhee senang. Ia memeluk cincin yang ia pakai itu dengan senang.
“Nado saranghae.” kata Luhan. Beberapa saat ia menatap Yoonhee
yang masih sibuk dengan kesenangan yang mendapatkan cincin darinya. “Kau
tidak mau memasangkan yang cincin satunya untukku?” tanya Luhan.
“Eh?”
“Mau tidak kau memasangkan cincin yang satunya untukku?” tanya Luhan mengulangi perkataannya.
Yoonhee tersenyum. “Tentu saja. Sini giliranku memasangkannya
padamu.” Yoonhee merebut kotak itu dan mengambil cincinnya kemudian ia
pakaikan cincin itu pada jari manis Luhan tetapi dengan cepat Luhan
langsung menuntun tangan Yoonhee untuk memasangkan cincin itu di pada
jari telunjuk Luhan. Melihat hal itu spontan membuat Yoonhee sedikit
bingung. “Lho? Kenapa di jari telunjuk?”
“Aku lebih suka memakai cincin ini di jari telunjuk dari pada di jari manis!” jawab Luhan.
“Wae?”
“Pokoknya aku tidak suka memakai di jari manis!”
“Ne, ne, arasseo.”
“Karena kau telah menerima cincin yang kuberikan padamu berarti kau harus berjanji padaku.” kata Luhan.
Yoonhee menatap Luhan dengan alis yang terangkat sebelah. “Berjanji apa, oppa?!” tanya Yoonhee heran.
Luhan tersenyum, kedua tangannya meraih tangan Yoonhee kemudian
mencium tangan Yoonhee dengan lembut. Matanya menatap tajam kearah mata
Yoonhee. “Berjanjilan untuk tetap berada disisiku, setia padaku,
menungguku sampai aku melamarmu. Aku gila karenamu, Yoonhee-ya, jadi
kumohon jangan kecewakan aku. Hubungan yang kita jalani sudah hampir
empat tahun. Aku tidak mau hubungan kita berakhir begitu saja. Jeongmal
saranghaeyo, Yoonhee-ya.” kata Luhan. Ia mendekatkan wajahnya kepada
Yoonhee dan mengecup kening Yoonhee lembut.
Yoonhee terkejut begitu Luhan mencium keningnya. Ya, Luhan selalu
bersikap manis padanya membuat rasa sayang dan cintanya semakin besar
pada namja itu. “Nado.”
“Besok Appa, Eomma, Hyung dan dongsaengku ke Seoul. Jadi besok aku
akan memperkenalkanmu pada keluargaku. Kau mau kan?” tanya Luhan.
Yoonhee tersenyum. Ia tahu betul namjachingunya itu sejak SMP
sudah tinggal sendiri dengan keluarga yang jauh dari Seoul. “Tentu
saja.” kata Yoonhee.
Luhan tersenyum dan kembali mencium kening yeojanya itu.
Flashback : OFF
Yoonhee tersenyum. Ia mengambil cincin itu dan melihat benda kecil
itu. Kim Luhan. Park Yoonhee. Ukiran nama yang terukir pada cincin itu.
Tanpa disadari air matanya menetes perlahan, namun semakin lama semakin
banyak air mata yang keluar membasi kedua pipinya yang mulus. Itulah
terakhir kalinya Yoonhee melihat Luhan, terakhir kalinya berbicara
dengan Luhan, terakhir kalinya bersama Luhan. Enam bulan yang lalu,
tepat pada saat Luhan memberi cincin itu dan keesokan paginya Luhan
telah menghilang. Pergi begitu saja tanpa memberi tahu Yoonhee kemana
perginya namja itu. Namja itu menghilang secara tiba-tiba, membuat
Yoonhee seminggu penuh mengurung diri dikamar dan menangis didalam
kamar. Rasa takut menyelimutinya saat itu sampai-sampai ia selalu
berpikir bahwa Luhan bosan menjalin hubungan dengannya kemudian
meninggalkannya. Ia takut kalau harus kehilangan Luhan. Namun selama
tiga bulan terakhir, rasanya namja itu secara perlahan mulai menghilang
dalam pikirannya walaupun dalam hatinya masih terukir nama Luhan. Disaat
itulah Yoonhee mengingkari janjinya pada Luhan.
Air mata Yoonhee kembali keluar. “Oppa, jeongmal bogoshipoyo.” gumam Yoonhee.
“Mianhae.”
***
Matahari menyeruak masuk ke dalam sebuah ruangan kamar melalui
celah-celah jendela, berusaha untuk membangunkan seseorang yang masih
menikmati alam mimpinya diatas tempat tidur. Mau tidak mau orang itu
terbangun karena sinar sang matahari telah menganggu dan secara perlahan
ia membuka kelopak matanya, sambil menunggu nyawanya yang sebagian
masih berada dalam alam mimpi kembali terkumpul. Namun rasa malas
menyerangnya membuatnya enggan untuk membuka mata dan kembali
melanjutkan tidurnya yang teranganggu.
Pintu kamar itu terbuka dan terlihat seorang namja tampan masuk
kedalam. “Ya! Kai, ayo bangun! Sudah siang!” kata namja itu kepada orang
yang ia sebut ‘Kai’. Namja ini bernama Kim Kibum tetapi beberapa orang
yang kenal dekat dengannya lebih sering memanggilnya dengan sebutan
‘Key’ dan namja bernama ‘Kai’ ini adalah adiknya yang masih bergelayut
manja diatas tempat tidur.
Key mengambil merebut bantal dan guling yang Kai pakai untuk tidur
dan memukulkannya pada tubuh Kai. “Ya! Ayo bangun!” teriak Key tepat
ditelinga Kai.
Bukannya bangun, Kai malah mengambil bantal yang lain dan menutup
wajahnya dengan bantal yang sedang ia pegang dengan kedua tangan. “Kau
mengganggu sekali sih, Hyung?! Aku masih mengantuk!” gumam Kai.
Key menarik bantal yang Kai gunakan untuk menutupi wajah kemudian ia
kembali memukulkan bantal itu pada tubuh Kai. “Ya! Bagun! Kai, ayo
bangun!” kata Key.
Kai tidak menanggapi Key yang sibuk membangunkannya.
Key terlihat gemas melihat tingkah adik laki-lakinya itu. Tiba-tiba
saja terlintas sebuah ide yang menurutku bisa membuat adiknya itu
terbangun. “Yeoboseyo? … Namjachingumu itu tidak mau bangun?! … Sudah
kubangunkan dia berkali-kali! … Mwo?! Kau tidak suka namja tukang tidur
seperti Kai? … Jadi kalau dia tidak mau kau ingin PUTUS?!” Key
berpura-pura sedang menelpon yeojachingu Kai dan dengan sengaja ia
mengeraskan suaranya aar Kai mendengar perkataannya.
“MWO?! TIDAK! JANGAN PUTUS, JANGAN PUTUS!” Kai spontan langsung
terbangun begitu mendengar suara kakak laki-lakinya itu. Tetapi begitu
melihat Key tertawa kearahnya Kai langsung meatap kakaknya itu dengan
kesal. “Ya! Hyung! Sialan kau!” kata Kai kesal.
“Makanya kalau Hyungmu ini menyuruhmu bangun, cepatlah bangun!” kata Key sambil menjulurkan lidahnya kearah Kai.
Kai masih menatap Key dengan kesal, sekilas ia melirik jam dinding
yang berada pada kamarnya. “Ini kan baru jam delapan, Hyung! Kenapa
sudah teriak-teriak begitu? Kau menganggu tidur nyenyakku, Hyung!” kata
Kai masih kesal.
“Hey, kita punya urusan yang lebih penting daripada tidurmu itu, Kai!” kata Key gemas.
“Sepenting apa sih, Hyung?! Menurutku tidur lebih menyenangkan!” balas Kai malas. Ia kembali tidur dan menutup kedua matanya.
Key menghela napas panjang melihat kelakuan adiknya itu. “Sekarang
kutanya padamu, lebih penting tidurmu atau Luhan?! Huh?” kata Key pada
Kai. Ia benar-benar tidak habis pikir bahwa adiknya itu suka tidur.
Dasar tukang tidur, pikirnya.
Mendengar perkataan Key yang menyebut nama Luhan, Kai langsung bangun
dan menatap Key dengan tajam. Rasa kantuknya menghilang begitu
mendengar nama Luhan. “Mwo? Luhan Hyung? Dimana sekarang Luhan Hyung?!
Apa sudah menemukannya, Hyung?!”
Key tersenyum kecil. “Lebih baik kau mandi dulu, aku tunggu di ruang tamu dan aku akan menceritakan semuanya padamu.”
***
Yoonhee POV
“Yoonhee-ya.” seseorang menepuk pundakku pelan. Aku menolehkan
kepalaku kearah belakang karena orang yang menepuk pundakku tadi berasal
dari arah dibelakangku. Oh, ternyata Chanyeol oppa. Ya, dia adalah
Oppaku.
“Waeyo?” tanyaku pada Chanyeol Oppa.
Chanyeol Oppa menatapku dengan tatapan yang susah kutebak. Hei, ada
apa ini? “Appa sama Eomma ingin berbicara dengan kita. Cepat datang dan
menemui mereka diruang tengah. Mereka mengatakan ada hal penting yang
inginn mereka ucapkan.” selesai berkata seperti Chanyeol Oppa langsung
meninggalkanku tanpa memberiku kesempatan untuk merespon perkataannya
barusan.
Berbicara? Denganku dan Chanyeol oppa? Hal penting? Apa itu? Berbagai
pertanyaan yang belum terjawab itu muncul dalam otakku. Aish, kalau mau
berbicara ya tinggal bilang saja! Apa susahnya?! Eh, tapi tadi Chanyeol
Oppa bilang bahwa itu hal yang penting. Aish, bodoh sekali aku ini.
Kalau yang ingin dibicarakan itu sesuatu yang penting mana mungkin
langsung bilang beitu saja.
Aku melangkahkan kakiku untuk berjalan menyusul Chanyeol Oppa yang
sudah meninggalkanku. Aku berjalan dibelakang Chanyeol Oppa menuju ruang
tengah. Aku melihat Appa dan Eomma telah duduk manis sana , sepertinya
mereka menunggu kedatanganku dan Chanyeol Oppa. Sesampainya disana, aku
dan Chanyeol Oppa langsung duduk disofa tepat dihadapan Appa dan Eomma.
Beberapa saat kemudian keheningan tercipta diantara aku dan
keluargaku yang sama sekali tidak mempunyai minat untuk memulai
permbicaraan. Hanya diam dan melirik satu sama lain sampai pada akhirnya
aku mendengar Appa menghela napas panjang kemudian menatapku dan
Chanyeol oppa secara bergantian dengan tatapan… Entahlah! Aku sendiri
tidak tahu arti tatapan mata Appa padaku dan Chanyeol Oppa.
“Chanyeol-ah, Yoonhee-ya.” kata Appa memanggil nama Chanyeol Oppa dan namaku.
Aku dan Chanyeol Oppa melihat kearah Appa yang masih menatap kami
secara bergantian dengan tatapan yang sulit kuartikan. Sebenarnya ada
apa? Kenapa mendadak suasana didalam ruangan ini menjadi tegang seperti
ini?
“Minggu depan Appa dan Eomma akan berangkat ke Jepang. Ada beberapa
urusan pekerjaan yang harus Appa dan Eomma kerjakan disana. Cukup lama,
mungkin sekitar tiga bulan.” kata Appa melanjutkan perkataannya.
Aku menghela napas. Rasa tegangku menghilang begitu Appa memberitahu
bahwa minggu depan Appa dan Eomma akan berangkat ke Jepang. Ini bukan
pertama kalinya aku dan Chanyeol Oppa ditinggal pergi oleh Appa dan
Eomma keluar negeri untuk menyelesaikan pekerjaan. Tapi kenapa
sebelumnya Chanyeol Oppa mengatakan Appa dan Eomma akan mengatakan hal
penting? Menurutku yang Appa katakan tadi sudah biasa kudengar. Aneh!
“Kenapa mendadak sekali? Kenapa harus secepat ini? Mianhae.”
Aku menoleh sekilas kearah Chanyeol Oppa begitu namja itu bergumam
sesuatu. Tidak terlalu keras bahkan nyaris terdengar seperti suara
bisikan dan aku yakin mungkin hanya aku yangg dapat mendengar gumaman
Chanyeol Oppa tadi itupun aku mendengarnya tidak terlalu jelas. Satu
pertanyaan terlintas dalam benakku. Apa maksud Chanyeol Oppa bericara
seperti itu?
“Tapi sebelumnya Appa mau memberitahumu hal penting, Yoonhee-ya.” kata Appa kembali berbicara.
Rasa tegang itu kembali menyelimutiku. Oh ternyata hal penting yang
Chanyeol Oppa maksud bukanlah kepergian Appa dan Eomma ke Jepang minggu
depan tetapi ada yang lain. Entahlah kenapa, aku merasa jantungku mulai
berdetak secara tidak normal dan sesuatu yang aneh muncul dalam benakku.
“Apa yang ingin Appa bicarakan? Katakan saja, Appa.” kataku pelan.
“Apa Chanyeol sudah mengatakan sesuatu padamu? Eomma rasa Oppamu itu sudah memberitahumu lebih awal.” kata Eomma menyahut.
Aku menatap Eomma bingung, detik selanjutnya kualihkan pandanganku
pada Chanyeol Oppa yang sedang menundukkan wajahnya. Mengatakan sesuatu?
Apa itu? Pertanyaan itu kembali muncul dan sebagai jawaban aku hanya
menggelengkan kepalaku lemas. “Kurasa belum. Chanyeol Oppa tidak pernah
mengatakan apapun padaku.” jawabku bingung dan menatap kedua orangtuaku
dan Chanyeol Oppa dengan bingung. “Kalian menyembunyikan sesuatu
dariku?”
Kulihat Appa menghela napas panjang. “Appa harap kau tidak terkejut
mendengar perkataan Appa dan tidak menolak permintaan Appa.” kata Appa.
Aku memasang telingaku baik-baik. Mendengarkan Appa yang akan melanjutkan perkataannya.
“Appa akan menjodohkanmu dengan teman Appa. Keluarga Lee. Tuan Lee
juga menyetujui perjodohan ini dan kesepakan kini sudah kami buat sejak
kau masih kecil.” kata Appa menatap tajam kearahku. Kulihat Appa
menghela napas panjang dan melnajutkan kata-katanya. “Apa benar Chanyeol
belum mengatakan hal ini padamu?”
Aku tercekat. M-mwo? Perjodohan? Tidak mungkin! Aku tidak mau
dijodohkan! Apalagi dijodohkan dengan anak dari teman Appa! Hei, aku
sama sekali tidak mengenal teman-teman penting Appa dan Eomma. Bagaimana
bisa aku mengenali anak-anak teman-teman Appa dan Eomma itu? Yang benar
saja! Lagipula diantara aku dengan anak teman Appa itu tidak saling
mengenal! Mana bisa kami menjalin hubungan dengan baik tanpa adanya rasa
cinta diantara kami?
“Minggu depan, tepat saat Appa dan Eomma ke Jepang kau harus pindah
dari rumah dan tinggal bersama calon suamimu.” kata Appa melanjutkan.
“MWO?” kataku kaget sambil membelalakkan mataku. “Aku tidak mau! Aku
tinggal dirumah saja dengan Chanyeol Oppa, lagian kami kan belum saling
mengenal, Appa.” lanjutku dengan nada sedikit mengeras.
“Yoonhee!” bentak Eomma.
Aku menundukkan wajahku. Kenapa harus aku? Kenapa harus dijodohkan?
Kenapa? Tiba-tiba aku merasakan tangan Chanyeol Oppa menggenggam
tanganku dengan erat, kurasa Chanyeol Oppa berusaha menguatkanku.
Kubalas genggaman tangan namja itu. Pandangan mataku mulai terasa buram
karena mataku mulai berkaca-kaca tapi sebisa mungkin akan kucoba agar
air mataku tidak menetes.
Luhan.
Tiba-tiba aku teringat dengan namja itu. Astaga, apa yang aku
lakukan? Aku telah mengingkari janjiku pada Luhan untuk yang kedua
kalinya. Aku melanggar kesetiaan kami. Bagaimana ini? Sekarang apa yang
harus aku lakukan? Bagaimana kalau Luhan mengetahui semuanya? Apakah
namja itu akan marah padaku? Ya, ia pasti akan sangat marah. Ya Tuhan.
Bantu aku…
Aku melihat Appa dan Eomma berdiri dari tempat duduknya, Appa
mendekatiku dan kembali berkata. “Besok dia datang dan akan tinggal
disini. Begitu Appa dan Eomma ke Jepang kau dan calon suamimu itu harus
pindah dari sini ke apartemen calon suamimu. Arasseo?”
Aku mengangkat wajahku. “Appa, aku baru berumur dua puluh satu tahun. Aku belum siap, Appa.”
Appa tersenyum padaku dan mengusap rambutku. “Tenang saja,
Yoonhee-ya, Lee Sehun adalah namja yang baik, Appa yakin namja itu tidak
akan melukaimu.” kata Appa kemudian pergi bersama Eomma meninggalkanku
dan Chanyeol Oppa diruang tengah. Aku merasa Chanyeol Oppa memelukku
dengan lembut.
“Lee Sehun?” gumamku pelan. Kurasa itu nama seorang namja yang akan menjadi calon suamiku.
“Mianhae, Yoonhee-ya.”
***
Normal POV
“Jadi bagaimana, Hyung? Kau harus menceritakannya padaku! Kau sudah tahu dimana Luhan Hyung sekarang?”
Seorang namja yang disebut ‘Hyung’ oleh namja yang berada didepannya
itu hanya tersenyum tipis. Ya, siapa lagi kalau bukan Kim Kibum alias
Key dan namja yang bertanya itu adalah Kim Jong In alias Kai. Key
terlihat sedang memainkan jari-jarinya sambil menatap lantai. Pikirannya
masih melayang kemana-mana untuk menyusun kalimat yang pas untuk ia
jelaskan pada dongsaengnya itu. “Ne, Appa dan Umma sudah menemukannya!
Dia tinggal bersama keluarga Xi kuturunan Chinese.” jawab Key.
“Lalu? Appa dan Eomma akan membawanya kembali kan, Hyung?” tanya Kai berharap.
“Molla. Tapi kurasa Appa dan Eomma akan membawanya pulang.” jawab Key.
“Aku merindukannya, Hyung?! Bagaimana denganmu?!” tanya Kai sambil membayangkan wajah Luhan yang sudah lama tidak ia temui itu.
“Tentu saja. Aku merindukan dongsaengku yang imut itu. Aku ingin
mendengar ceritanya, memperhatikan kelakuannya, melihat wajahnya. Aku
merindukan Luhan!” jawab Key.
“Ne, waktu kita datang untuk menemuinya, dia malah pergi begitu saja!
Tapi aku senang karena akhirnya aku akan bertemu dengannya kembali.
Benarkan, Hyung?” kata Kai. Seulas senyum tipis menghiasi wajahnya dan
membuat wajah namja itu semakin terlihat tampan.
Key mengangguk-anggukkan kepalanya setuju. Tetapi wajahnya sama
sekali tidak menunjukkan wajah yang terlihat bahagia seperti Kai, justru
sebaliknya. “Kai, sebenarnya Luhan—” Key belum sempat menyelesaikan
kata-katanya ketika ponsel Kai berbunyi, mau tidak mau Key berhenti
berbicara dan memutuskan untuk kembali berbicara setelah Kai mengangkat
telepon itu. Ia menghela napas panjang.
Kai merogoh celananya dan mencari ponselnya yang berbunyi dengan
keras. Ia melihat layar ponselnya dan membaca nama seseorang yang sedang
menelponnya, begitu melihat nama yang tertera disana senyumnyya semakin
mengembang dan tanpa basa-basi lagi ia langsung menerima panggilan itu.
“Yeoboseyo?”
“Oppa,” suara seseorang terdengar lembut dari ujung sana.
“Ne? Ada apa, Chagiya? Kau merindukanku?” goda Kai sambil tertawa kecil.
“Aku ingin berbicara denganmu, Oppa. Datanglah sekarang di cafe biasanya. Kau sedang tidak sibuk kan?” kata yeoja itu.
“Ah, tentu saja. Kau dimana? Sudah berangkat? Aku jemput ya?” tawar Kai.
“Tidak usah, Oppa. Aku sudah berangkat. Cepatlah datang.” kata yeoja itu.
“Baiklah.” kata Kai kemudian memutuskan sambungan telepon. Ia menoleh
kearah kakak laki-lakinya yang sedang menatapnya dengan pandangan penuh
tanya. Kai tersenyum penuh arti dan meraih kunci motornya. “Hyung, aku
keluar sebentar. Kurasa Yoonhee sangat merindukanku sampai-sampai ia
mengajakku untuk bertemu. Ceritanya bisa kita lanjutkan nanti lagi ya,
Hyung?” kata Kai pada Key.
Key hanya tersenyum tipis. Setelah melihat Kai keluar dari rumah, raut wajah Key secara perlahan mulai berubah.
***
Seorang yeoja duduk disalah satu meja yang berada di sebuah cafe
cukup terkenal di Seoul sambil menyesap moccacino yang ia pesan.
Beberapa saat kemudian seseorang yang sedang ia tunggu akhirnya datang
sambil tersenyum kearahnya. Ia membalas senyuman orang itu begitu orang
itu sudah duduk didepannya.
“Kai Oppa.” kata yeoja itu pelan sambil memainkan moccacino miliknya.
Seorang namja yang baru datang itu menatap yeoja yang sudah duduk
dihadapannya. Yap! Namja ini adalah Kai. “Ada apa, Chagi? Kau
merindukanku? Tumben sekali kau mengajakku bertemu disini?”
Yeoja itu hanya tersenyum tipis dan tidak menjawab.
Kai heran melihat tingkah yeoja itu. “Yoonhee-ya, kau baik-baik saja? Tadi kau bilang kau ingin berbicara padaku.” kata Kai.
Yeoja itu adalah Yoonhee. Ya, Park Yoonhee. “Oppa,” desah Yoonhee
yang masih bingung untuk berbicara pada namja didepannya itu.
Sebenarnya, Yoonhee ingin mengatakan tentang perjodohannya dengan anak
teman Appanya itu. Tapi ia bingung harus memulai bicaranya dengan
kalimat yang seperti apa. Namja didepannya ini adalah Namjachingunya.
Ya, karena itulah ia selalu merasa bersalah pada seseorang karena telah
mengingkari perjanjian yang sudah disepakati. Luhan. Ya, janjinya dengan
namja itu. Ia mengingkari janjinya bersama Luhan dengan cara berpacaran
dengan namja lain. Berpacaran dengan seorang namja yang baru masuk
dalam kehidupannya. Apa itu salah? Salahkah bila ia berpacaran dengan
namja lain sedangkan namja yang berjanji padanya telah meninggalkannya
secara tiba-tiba? Tapi sejujurnya, ia sama sekali tidak memiliki
perasaan lebih pada namja barunya itu. Hatinya masih diisi oleh seorang
bernama Luhan. Ia tahu dirinya salah, ia tahu ia telah mempermainkan
perasaan Kai yang sangat menyayanginya. Tapi hanya itulah cara yang bisa
ia lakukan. Melupakan Luhan secara perlahan dan mengganti namja itu
dengan Kai. Siapa tahu saja Luhan meninggalkannya karena sudah bosan
dengannya? Iya kan? Siapa tahu saja!
“Waeyo?”
“Ah, aniyo, oppa. A-aku, aku hanya merindukanmu. Bagaimana kabarmu?”
tanya Yoonhee terbata. Ia menggigit bibir bawahnya. Belum siap untuk
mengatakan tentang perjodohan itu. Mungkin sebaiknya Kai tidak tahu
tentang perjodohan itu. Ya, mungkin sebaiknya begitu.
Kai tersenyum lebar. “Benar kan apa yang kukatakan? Kau merindukanku?
Padahal kemarin aku mengapel kerumahmu. Secepat itu kau merindukanku?
Kalah begitu aku juga merindukanmu.” goda Kai.
Yoonhee tersenyum. Ia berusaha memberikan senyumnya seperti biasanya. Mianhae Oppa…
***
Seorang pria dan wanita tengah duduk diruang tamu sebuah rumah mewah
yang sangat besar. Pria dan wanita itu adalah Tuan Kim dan Nyonya Kim,
mereka sedang mengunji rumah seseorang yang akan mempertemukannya dengan
seorangg namja yang sudah lama mereka rindukan. Tuan Kim dan Nyonya Kim
memandang rumah bernuansa ke-Chinaan itu sambil menunggu seseorang
diruang tamu. Setelah cukup lama menunggu, Tuan Xi dan Nyonya Xi menemui
Tuan Kim dan Nyonya Kim yang tengah menunggu kedatangannya. Disebelah
Nyonya Xi telah berdiri seorang namja yang sedang bingung menatap Tuan
Kim dan Nyonya Kim.
“Luhan!” seru Nyonya Kim sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Masih belum bisa mempercayai kenyataan yang sebenarnya.
Tuan Kim tersenyum pada Tuan Xi dan Nyonya Xi, kemudian pandangannya
berhenti pada namja bernama Luhan itu. “Luhan, kembalilah pulang.
Semuanya telah menunggumu.” kata Tuan Kim.
Luhan menaikkan sebelah alisnya dan menatap pria dan wanita didepannya itu yang sama sekali tidak ia kenal.
“Luhan kami—” ucapan Nyonya Kim terpotong karena Luhan menyela ucapannya. Membuat Nyonya Kim berhenti berbicara.
“Nuguseyo? Darimana kalian tahu namaku Luhan?”
***
To Be Continued
0 komentar:
Posting Komentar