Alyssa Saufika Umari
Aku mensyukuri apa yang telah aku dapatkan selama aku hidup di dunia
ini. Baik itu dari yang membuatku menderita sampai yang membuatku sangat
senang. Aku berterima kasih kepala Tuhan karena telah mempertemukanku
dengan dia. Apalagi dengan kenyataan yang ada bahwa aku tinggal
bersamanya dirumahnya yang sangat mewah. Aku merasa saat itu aku menjadi
gadis yang sangat beruntung. Terima kasih banyak, Tuhan, aku senang
dengan yang kudapatkan saat itu.
Tapi kebahagiaanku berhenti. Tidak, oh maksudku kebahagianku telah
berkurang dan digantikan oleh sebuah masalah. Masalah yang
mengharuskanku dijauhi oleh orang-orang yang kusayang, terlebih lagi
ketika aku memutuskan untuk meninggalkan mereka semua. Tapi setelah
beberapa saat, giliran dia yang meninggalkanku. Entahlah berapa lama,
mungkin untuk selamanya. Itu semua membuatku sangat tertekan, sangat…
Mario Stevano Aditya Haling
Banyak orang berkata wajahku tampan dan manis, banyak sekali para
gadis yang menggemariku dan orang-orang yang bangga padaku karena mereka
bilang aku tergolong dalam seorang lelaki yang cerdas. Oh, benarkah?
Yah, aku anggap itu semua sebagai pujian untukku.
Tapi sayang, aku termasuk lelaki yang masuk dalam kategori ‘Lelaki
Dingin’. Ya, aku selalu bersikap dingin pada semua orang disekitarku,
siapapun itu walaupun pada orang tua ataupun saudaraku sendiri aku
bahkan selalu bersikap seperti ini. Aku ingin sekali seperti Cakka
—adikku— yang mudah bergaul dengan siapapun.
Suatu hari, dia —Gadis yang kukagumi sekaligus my first love at first
sight, dua tahun lebih muda dariku— datang memasuki kehidupanku.
Membuatku menjadi sedikit lebih terbuka pada semua orang —walaupun tak
sepenuhnya. Namun yang membuatku menyesal adalah aku harus berpisah
dengannya, ah tidak, maksudku aku harus pergi meninggalkannya hingga
semuanya menjadi tinggal kenangan. Kenangan termanis dalam hidupku
walaupun hanya sebentar saja aku mengenalnya tapi disaat seperti itulah
aku dan dia menyimpan berbagai macam kenangan bersamanya. Kuharap aku
menemukannya lagi ketika aku kembali. Tapi aku sendiri tak tahu kapan
akan kembali…
Cakka Kawekas Nuraga
Semua orang memanggilku Cakka. Aku mempunyai kakak laki-laki yang
sangat hebat. Aku bahkan sanat bangga dengannya. Walaupun sikapku
dengannya sangat bertolak belakang. Dia yang cuek dengan keadaan sekitar
dan aku yang selalu memperhatikan keadaan sekitar. Dia selalu sibuk
dengan buku-bukunya yang tebal — membuatku sakit mata melihat buku-buku
itu. Kadang juga dia tak pernah menanggapiku ketika aku bertanya
padanya. Tapi tetap saja bagiku dia adalah kakakku yang paling hebat dan
aku sangat bangga padanya.
Tapi rasa banggaku memudar begitu tau semuanya. Ketika aku tahu bahwa
dia telah mengkhianatiku yang membuatku benar-benar marah besar
padanya.
Aku tak menerimanya, aku kecewa, seakan semua yang pernah aku lakukan
padanya sangat sia-sia. Emosiku memuncak membuatku menjauhi dan
memusuhinya sebelum aku mendapatkan semuanya. Aku kecewa pada orang yang
selama ini aku banggakan…
Ashilla Zahrantiara
Ashilla Zahrantiara, mungkin kalian sering mendengar nama gadis itu.
Benar kan? Ya, itulah aku yang mempunyai dua sahabat dari SD yang
bernama Febby dan Prissy. Aku. Aku yang selalu dianggap gadis yang
menyebalkan, tak tahu diri dan selalu menjadi pengganggu hubungan orang
—pihak ketiga maksudku. Hei, kenapa berpikir bahwa aku seperti itu? Oh,
atau karena gadis —gadis yang dekat dengan lelaki yang kusukai— itu?
Ah, yang benar saja!
Sebenarnya siapa yang menjadi pihak ketiga? Aku bahkan sudah dekat
dengan dia —si lelaki— sebelum gadis itu muncul dalam kehidupanku dan
kehidupan dia dan gadis itulah yang membuat hubunganku dan dia menjadi
renggang. Jadi, sebenarnya siapa yang menjadi pihak ketiga? Gadis itu
kan?
Tuhan, kumohon bantu aku…
Aku tak mau mencari musuh, tapi gadis itu…
Aren Nadya Jagunap Budiprabawa
Alyssa Saufika Umari dan Muhammad Raynald Prasetya. Kalian tahu
mereka? Kedua pemilik nama itu adalah sahabatku. Sahabat baikku, tapi
persahabatan kami pecah karena hal sepele dan karena kesalah pahaman.
Aku benar-benar ingin menangis mengingat hal itu. Bahkan ketika salah
satu diantara mereka mulai membenciku. Ya Tuhan…
Tapi Kak Gabriel —Kakakku yang paling tampan— selalu mencoba
menghiburku dengan caranya yang selalu membuatku merasa nyaman. Sayang
sekali, saat itu dia sedang berada New York jadi ketika aku menceritakan
semua yang kualami padanya tidak membuatku puas.
Aku menceritakan segalanya, dari hal yang tak penting sampai pada
masalah persahabatanku yang pecah dan lelaki yang kukagumi selama ini…
Gabriel Stevent Damanik
Aku memang orang baru dalam kehidupan mereka semua. Tapi, bisakah
untuk tidak membawa masalah yang melibatkanku? Sungguh, aku tidak suka
dengan semua itu karena benar-benar sangat merepotkanku. Tapi disisi
lain aku merasa senang karena aku juga bisa dekat dengannya. Yap,
seorang gadis berambut ikal panjang, sukses membuatku sangat terpesona
walaupun aku kurang menyukai sikapnya yang menurutku.. Ehem, sedikit
‘manja’ dan suka melakukan hal gila. Yah, tapi mau bagaimana lagi?
Namanya juga sudah terlanjur mencintainya, bukankah banyak orang yang
mengatakan bahwa cinta itu buta? Entahlah, kurasa aku mempercainya
karena aku sendiri telah merasakannya…
Dengan satu harapan, aku rela —walaupun dengan berat hati— selalu ada
dalam masalah teman-temanku yang selalu melibatkanku dan sangat
merepotkanku, asal aku bisa dekat dengan gadis itu semuanya akan aku
lakukan.
Tapi, selalu ada gadis lain yang kurasa selalu menggangguku, selalu
berkata bahwa aku mirip dengan seorang lelaki yang tidak kukenal tetapi
gadis itu kenal. Aishh, membingungkan!
Muhammad Raynald Prasetya
Aku selalu menatapnya dengan mata berbinar. Gadis yang aku sukai, ah
tidak, maksudku kucintai sangat dekat denganku. Well, aku mengaku. Aku
sangat mencintai sahabatku sendiri. Kalian kaget? Ify kah? Atau Aren?
Yah kalian bisa menebaknya. Yang pasti aku belum siap untuk mengatakan
ini padanya. Aku takut persahabatanku retak hanya gara-gara ini dan
ternyata ucapanku malah mengutukku. Persahabatanku memang retak
gara-gara masalah ini… Masalah perasaanku… Semuanya karena aku…
Alvin Jonathan Sindunata
Orang-orang menganggapku hebat karena aku mampu berteman dengan
‘Pangeran Dingin’ disekolah. Sudah tau kan? Tentu saja lelaki itu Rio.
Dia sahabatku, walaupun kami berteman tidak terlalu dekat karena dia
terlalu sibuk dengan buku-bukunya dan selalu cuek padaku, dia sudah aku
anggap seperti saudara sendiri. Dia orang yang sangat cerdas.
Sekarang aku tidak jomblo lagi. Kalian tau? Aku berpacaran dengan
sepupunya Rio. Wah, kedengarannya sangat menarik bukan? Kurasa dunia ini
memang sempit ya?
Agni Tri Nubuwati
Pengamen jalanan. Itulah yang semua orang tahu tentang diriku.
Seorang gadis yang setiap harinya mengamen di jalanan bersama
adik-adikku. Bukan adik sih, tapi mereka sudah kuanggap seperti adikku.
Mungkin karena aku yang paling tua diantara mereka semua. Mereka adalah
Oik, Acha, Ozy dan Deva.
Kami tinggal satu rumah di sebuah rumah kayu kecil yang letaknya tak
jauh ditempat kami mengamen setiap hari. Kami benar-benar kesusahan
dalam masalah keuangan untuk menjalani hidup yang susah ini. Yah, karena
itulah kami mengamen meskipun penghasilan dari mengamen sama sekali tak
mencukupi kebutuhan hidup kami. Kami semua juga berhenti sekolah karena
masalah ini.
***
“Gue cuma pengen deket aja sama loe,”
“Kalau gitu, boleh dong gue ngarepin sesuatu?”
“Yang pasti gue pengen loe jadi milik gue. Gimana? Loe mau?”
“Gue nggak bercanda. Gue serius. Emangnya muka gue keliatan lagi bohong apa?!”
“Gue emang bukan cowok romantis. Ya loe tau sendiri lah, gue aja nggak nggak tau gimana cara nembak cewek,”
“Loe… nerima gue apa nggak? Gue nggak akan maksa loe kok,”
“Nggak apa-apa. Gue ngerti,”
“Gue kan udah bilang sama loe kalo gue nggak maksa loe buat nerima perasaan gue”
“I love you…”
Ucapan lelaki itu masih terekam dengan jelas pada otaknya. Tangannya
mengepal keras dan dengan susah payah ia mencoba untuk menahan air
matanya agar tidak jatuh, karena kalau setetes air matanya terjatuh ia
akan mengeluarkan banyak tetesan-tetesan air mata bening yang dapat
membuat matanya sedikit bengkak. Tapi sekarang, air matanya berhasil
menetes membasahi kulit putih susunya yang ada disekitar mata indahnya. Andaikan ia bisa bisa memutar waktu…
Karena sibuk menangis, ia bahkan sampai tak sadar bahwa ada seseorang yang sudah duduk disebelahnya. “Kenapa loe nangis?”
Gadis itu menoleh dengan cepat dan matanya terbelalak. Detik
berikutnya, ia segera mengelap air mata dengan punggung tangannya. “Eh,
kok loe disini?”
“Loe kangen sama dia?”
“…”
“Loe nyesel udah nolak dia?”
“…”
“Jawab gue!”
“Semua itu bukan urusan loe,”
“Itu urusan gue juga! Gue pengen tau loe itu nyesel apa nggak udah nolak dia.”
“Ngapain loe pengen tau segala,”
“Yahh… kalau loe emang nggak nyesel seenggaknya gue punya harapan untuk dapetin loe. Loe tau? Gue cinta sama loe…”
0 komentar:
Posting Komentar