Selasa, 22 Januari 2013

Real Love : Chapter 2

RL_Cover
Title : Real Love
Author : Nurzaita (@AiYmm257_)
Genre : Romance
Length : Chaptered / Series Fic
Rate : PG-15
Main Cast :
- Oh Sehun – EXO-K
- Xi Luhan – EXO-M
- Park Hyerin (OC)
Other Cast :
- Park Chanyeol – EXO-K
- Wu Fan – EXO-M
- Lee Naeun (OC)
***

Luhan POV
“Sehun oppa.. Kajima..”
Yeoja itu terus-menerus menyebut nama Sehun. Namja yang sudah meninggalkannya. Aku tahu betul bagaimana perasaan yeoja itu karena akupun juga pernah merasakannya, bahkan jauh lebih sakit dari ini. Kuusap lembut puncak kepalanya. Kubiarkan Hyerin memelukku semakin erat. Aku tahu ia membutuhkannya. Tapi ada sesuatu yang mengganjal dalam benakku ketika yeoja itu menyebut nama Sehun. Entahlah…
“Mianhae, Hyerin-ah tapi aku bukan Sehun.” ujarku pelan. Aku merasa pelukannya semakin melonggar. Apakah Hyerin kecewa karena aku bukanlah Sehun yang seperti ia harapkan? Tentu saja! Aku tahu dan cukup hafal perilaku yeoja ini karena aku mengenalnya cukup lama. Sekarang aku melihatnya dengan keadaan kacau bahkan lebih kacau dari yang kubayangkan sebelumnya.
“Luhan oppa?”
Aku tersenyum lalu menganggukkan kepalaku. Akhirnya yeoja itu benar-benar sadar siapa aku sebenarnya. Kutarik tubuhnya yang mungil lalu kupeluk dengan erat. Hyerin tidak menolak, bahkan ia membalasnya. Mungkin saat ini yeoja itu sedang butuh ketenangan dan aku berjanji tidak akan membuatnya bersedih seperti ini lagi. Entah caraku berhasil atau tidak aku akan berusaha.
Dua jam berlalu. Masih dalam posisi yang sama. Aku dan Hyerin masih saling berpelukan. Ia tertidur dalam pelukanku. Kutatap wajahnya dengan teliti, sangat kusut. Tapi aku melihat ada yang berbeda. Wajahnya damai seakan ia sangat menikmati tidurnya yang nyenyak, wajah polosnya itu terlihat lebih manis dari biasanya. Oh Sehun, kujamin kau akan menyesal memutuskan hubunganmu dengan Hyerin begitu saja!
Ngomong-ngomong soal Sehun, apa alasannya memutuskan Hyerin? Kenapa kemarin dia terkesan tidak peduli karena telah memutuskan Hyerin? Aku harus mencari tahu tentang itu. Hyerin sudah kuanggap seperti adikku sendiri dan aku tidak akan tinggal diam bila seseorang melukai perasaannya. Yah, sekalipun orang itu adalah Oh Sehun. Teman baikku sendiri.
Tiba-tiba tubuh Hyerin menggeliat Dengan gerakan pelan kubaringkan tubuhnya diatas tempat tidur lalu menarik selimut sampai menutupi badannya.
“Selamat tidur nyenyak, Hyerin-ah.”
Setelah berkata seperti itu, aku langsung keluar dari kamarnya dan melihat Chanyeol berdiri diambang pintu dan tersenyum padaku. Aku membalas senyumnya kecil lalu menepuk pundaknya pelan.
***
Normal POV
Sehun semakin melebarkan senyumnya ketika melihat yeoja disampingnya tertawa dan menatapnya lembut. Sehun membelai rambut yeoja itu lembut dan menatap matanya. Sungguh, Sehun merasa tidak bosan memandang yeoja yang —menurutnya— sangat sempurna itu. Wajahnya selalu ceria semakin mempercantik wajahnya, senyumnya yang manis, suaranya yang lembut. Ia merasa sangat beruntung mendapatkan yeoja itu. Lee Naeun.
“Chagi, aku menginginkan baju itu, apa boleh?”
Sehun menolehkan kepalanya kearah tempat dimana sang yeoja menunjuk suatu benda yang pasti adalah baju. Sehun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia menarik tangan Naeun masuk kedalam sebuah toko baju dan membelikannya untuk Naeun. Seorang yeoja yang kini berstatus menjadi yeojachingunya.
“Kau suka yang mana, chagi? Pilihlah, biar kubelikan.” ujar Sehun tersenyum.
Naeun tampak kegirangan dan menarik lengan Sehun lalu memeluknya. “Gomawo, chagiya~ Kau memang baik!” kata Naeun manja.
“Oleh karena itu kau harus bangga mempunyai namjachingu sepertiku, chagi.” ujar Sehun menarik Naeun kedalam pelukannya.
Naeun membalas pelukan Sehun dan tersenyum senang. Ia membenarkan perkataan Sehun, sangat membenarkannya, ia harus bangga mempunyai namjachingu seperti Sehun. Seringai khas menghiasi wajahnya, ia menghirup aroma tubuh Sehun yang wangi dan menatap namja itu dengan tatapan yang susah diartikan.
Bagus, tapi maafkan aku Oh Sehun.
***
Hyerin POV
Aku sedang berada di sebuah danau bersama seseorang. Aku tersenyum senang karena namja itu menatapku tapi tatapannya berbeda dari yang biasanya. Hatiku mencelos ketika aku mulai menyadari sesuatu yang sangat menyakitkan itu.
“Menjauhlah dariku, Hyerin! Kau hanya mengangguku saja!” bentaknya.
Aku menatap namja itu dengan pandangan sedih. “Sehun oppa…” ucapku lirih.
“Pergi, Hyerin! Aku tidak mau melihatmu lagi dan mulai sekarang anggap saja kita tidak pernah bertemu! Kau itu yeoja bodoh!” hardiknya.
Aku menundukkan wajahku. Ada rasa sakit disini. Di dada ini. Ya, sangat sakit begitu namja yang sangat kusayangi dan kucintai membentakku dengan perkataannya yang kasar. Aku lemas, semua organ tubuhku terasa tidak berfungsi lagi. Air mataku mulai menetes. “Wae? Katakan padaku alasannya!” kataku dengan nada tinggi.
“Aku tidak menyukaimu lagi, sekarang ini kau terlihat sangat jelek, cengeng, pendek dan menjijikkan! Apa kau tidak sadar? Huh? Mana ada namja yang mau dengan yeoja sepertimu. Pintarlah sedikit!”
“Oppa!” bentakku. Aku tidak tahan dengan hinaannya yang sangat menusuk hati itu.
“Jangan memanggilku oppa karena aku tidak mengenalmu lagi!” selanya. Ia menatapku sinis.
“Nappeun namja! Brengsek kau, Sehun!” kataku dengan nada tinggi.
“Ya! Kau berani mengataiku brengsek? Huh!” kulihat Sehun oppa melebarkan kedua matanya lalu menatapku datar dan penuh kebencian. “Rasakan ini karena telah berani mengataiku!”
Kulihat tangan Sehun oppa terangkat dan mulai melayangkan tangannya kearahku. Aku membelalakkan kedua mataku dan detik berikutnya aku langsung memejamkan mataku. Ya Tuhan, Sehun oppa menamparku.
PLAK!
“Aaaaakhh.” Aku berteriak kencang dan disaat yang sama aku langsung memegang pipiku yang baru saja ditampar. Aneh! Pipiku tidak terasa sakit. Aku mulai membuka mata dan melihat kesekeliling. Aku memcingkan mataku dengan bingung. Ini kamarku! Ini  bukan danau ditempat yang tadi.
Entah kenapa, otakku berjalan sangat lambat dan butuh waktu sepuluh detik untuk menyadari bahwa aku hanya bermimpi. Tunggu, mimpi? Aku menghela napas lega karena kejadian yang tidak kuinginkan itu hanyalah mimpi. Tapi tetap saja, kenapa aku masih merasakan sakit itu? Ya, sakit. Bukan dipipi, tetapi di hati ini. Seolah-olah kejadian tadi terasa sangat nyata. Kata-kata Sehun oppa masih terngiang dikepalaku.
BRAK!
“Hyerin-ah, gwenchana?”
Aku menatap Chanyeol oppa yang masuk kedalam kamarku. Aku sedikit bingung karena tiba-tiba Chanyeol oppa memasuki kamarku. Bukankah kamarku aku kunci sebelumnya? “Oppa, kau kenapa—” aku belum menyelesaikan ucapanku karena tiba-tiba seseorang masuk kedalam kamarku. Ani, dua orang.
“Hyerin-ah, gwenchana?”
Pertanyaan yang sama seperti yang Chanyeol oppa tanyakan padaku. Lagi-lagi aku hanya menatap bingung dua orang yang berada disebelah Chanyeol oppa itu. Kenapa mereka bisa berada disini?
“Luhan oppa, Kris oppa?” kataku menyebut nama dua orang itu. Ya, mereka teman Chanyeol oppa dan tentu saja temanku juga.
“Gwenchana?” Luhan oppa mendekatiku dan memegang kedua bahuku. Aku dapat melihat matanya yang penuh kekawatiran padaku.
“Kenapa bisa masuk? Bukankah pintunya kukunci?” bukannya menjawab aku malah balik bertanya sabil memasang wajah bingung.
“Tadi aku yang mendobrak pintunya dan menemanimu hingga kau tertidur.” Luhan menjelaskan sehingga membuatku mau tidak mau harus menatapnya. “Sekarang jawab, apa yang terjadi denganmu? Mengapa berteriak?”
“Mianhae membuat kalian kawatir. Nan gwenchana, tadi aku hanya mimpi buruk saja.”
“Lupakan Sehun!” Kris bersuara.
Aku, Luhan oppa dan Chanyeol oppa langsung menoleh kearah Kris oppa. Aku menatap Kris oppa dengan pandangan tidak suka. “Shireo!” jawabku cepat.
Kulihat Kris oppa menghela napas berat lalu merogoh tasnya dan menyodorkan sebuah amplop coklat padaku. “Sebenarnya aku ragu untuk memberimu ini tapi kurasa aku harus memberitahumu dan kau harus melihatnya. Tentu saja setelah melihatnya kau harus… Melupakan Sehun!” kata Kris oppa.
Aku menaikkan sebelah alisku heran. Apa maksud dari ucapannya itu? Sungguh, aku benar-benar tidak mengerti.
“Bukalah.”
Aku mengangguk menuruti perintah Kris oppa. Tanganku bergerak membuka amplop itu. Kulirik isinya ternyata terdapat sebuah photo. Entah kenapa tiba-tiba jantungku berdegup dengan kencang. Kumasukkan salah satu tanganku lalu kutarik photo itu keluar dan melihatnya. Ketika melihat photo pertama, udara disekelilingku terasa berat.
Photo Sehun, sedang tersenyum.
Aku ikut tersenyum melihatnya tersenyum dalam photo itu. Ia masih tampan seperti dulu, bahkan saat ini ia semakin tampan dan semakin lucu.
“Sehun oppa?” tanyaku. Entah untuk siapa pertanyaan itu kulontarkan, untuk diriku sendiri —mungkin.
“Ya, dia Sehun.” suara Kris oppa kembali terdengar namun suaranya lebih berat.
Aku menaruh photo pertama dibelakang photo-photo lainnya (?) dan melihat photo yang kedua. Kali ini aku merasa udara disekelilingku terasa lebih berat dari sebelumnya.
Sehun oppa, sedang bersama seorang yeoja. Entah siapa yeoja itu aku tidak dapat melihat wajahnya karena posisinya membelakangi kamera. Hatiku berdersir dan  rasa itu kembali menyerang.
Aku kembali membuka photo selanjutnya. Kali ini aku lebih terkejut. Aku melihat Sehun oppa  sedang bergandengan tangan dengan yeoja itu. Posisi keduanya masih membelakangi kamera. Ya Tuhan, kenapa sesesak ini rasanya? Sehun oppa juga menatap yeoja itu lembut dan penuh kasing sayang, tatapan yang hanya diberikan untukku.
Kubuka photo selanjutnya. Kali ini jantungnya terasa berhenti berdetak. Mataku mulai memanas dan pandanganku mulai kabur. Sehun oppa memeluk yeoja itu.
“Hyerin-ah.” Chanyeol oppa langsung merengkuh tubuhku dan membenamkan wajahku didadanya yang bidang.
“Ya! Apa maksudmu memberikan photo-photo ini pada, Hyerin?! Huh?! Ingin membuatnya semakin bertambah kacau?” bentak Chanyeol.
“Aku hanya ingin Hyerin berhenti bersedih dan melupakan Sehun. Sehun itu namja brengsek dan dia tidak pantas untuk Hyerin cintai, kau tahu?” balas Kris.
“Kris benar.” timpal Luhan.
Chanyeol menarik napas. “Mianhae.”
***
Normal POV
“Mianhae.” Chanyeol menarik napas dan menatap Kris dengan wajah bersalah.
“Gwenchana, aku hanya ingin yang terbaik untuk Hyerin. Dia harus mendapatkan namja yang pantas bersanding dengannya.” balas Kris.
Hyerin menahan napas. “Tapi… Aku masih mencintainya.”
“Kau tidak boleh lemah seperti ini, Hyerin-ah, kalau Sehun tahu namja itu pasti akan merasa menang dan lama-lama kau pasti akan tertekan bila terus memikirkannya. Cobalah untuk melupakannya, yah setidaknya bukalah hatimu kembali untuk namja lain yang lebih mencintaimu. Aku yakin setelah itu Sehun akan menyesal karena telah meninggalkanmu dan menyia-nyiakanmu seperti ini. Aku tahu kau yeoja yang kuat, Hyerin-ah.” Luhan berkata panjang lebar.
Chanyeol dan Kris menganga mendengarkan ucapan Luhan. Tumben-tumbennya Luhan berkata panjang lebar seperti itu.
“Tapi—” ucapan Hyerin terhenti karena Luhan menyela.
“Hyerin, hwaiting!” Luhan mengepalkan tangannya keatas dan tersenyum lebar.
Tanpa sadar Hyerin tertawa. Lagi-lagi Chanyeol dan Kris dikejutkan oleh sikap Luhan yang berubah hingga membuat Hyerin tertawa.
***
Hyerin menatap langit. Miliyaran bintang bertaburan diatas sana, lengkap dengan bulan yang menemani bintang membuat malam itu semakin indah untuk dipandang. Sikap Hyerin berubah drastis semenjak kejadian tadi sore, perkataan Luhan terus terngiang dalam otaknya. Ia juga meruntuki dirinya sendiri kenapa dirinya bisa menangis histeris seperti itu hanya karena seorang Sehun? Seseorang yang telah meninggalkannya. Yah, walaupun dalam hatinya masih terukir nama Sehun disana.
“Sedang apa?”
Seseorang mengejutkan Hyerin yang tengah duduk dibalkon kamar. Ia menolehkan kepalanya dan mendapati seseorang yang baru saja ia pikirkan kini telah berdiri dibelakangnya.
“Luhan oppa!” seru Hyerin dengan senyum melebar.
Namja bernama Luhan itu membalas senyum Hyerin dan menempatkan posisinya disebelah yeoja itu. “Aku melihat sesuatu yang berbeda darimu. Hari ini kau banyak tersenyum dan wajahmu kembali ceria seperti dulu.” Luhan berbicara dan mendongak menatap langit. “Aku senang kau mau mendengarkan ucapanku tadi.”
Blush. Seburat merah muncul pada wajah Hyerin membuat wajahya semakin menggemaskan. “Kurasa ucapan oppa benar dan aku terlalu berlebihan.” kata Hyerin malu-malu.
“Hyerin-ah, boleh aku bertanya?”
“Hmm?”
“Apa kau sudah siap membuka hatimu untuk seseorang?”
Raut wajah Hyerin berubah. “Entahlah, tapi kurasa aku belum siap. Tapi aku akan berusaha untuk membuka hatiku untuk orang lain.” jawab Hyerin.
“Kau masih mencintainya? Sebesar itukah?”
“Ne, hubungan kami sudah berjalan dua tahun dan kurasa aku tidak bisa melupakannya walaupun dia telah menyakitiku.” Hyerin menarik napas lalu kembali berbicara. “Karena aku terlanjur mencintainya.”
“Mmm, begitu?”
Hyerin menganggukkan kepalanya. Ia menarapatkan jaket yang dikenakannya begitu angin malam menusuk permukaan kulitnya. “Oppa, setahuku kau belum mempunyai yeojachingu sampai sekarang, memangnya kau belum pernah jatuh cinta?”
Luhan menoleh kearah Hyerin. Ia terkekeh begitu mendengar perkataan Hyerin lalu ia kembali mengalihkan pandangannya pada langit. Tatapannya menerawang. “Entahlah, tapi kurasa aku belum pernah jatuh cinta. Memang rasanya seperti apa?” jawabnya. Bohong. Itu bohong. Sebenarnya ia pernah merasa jatuh cinta, hanya saja  ia merasa kurang yakin.
Senyum Hyerin melebar. “Berbagai macam. Sedih, senang, kecewa, haru, dan sejenisnya itu bercampur menjadi satu. Kalau sudah merasa senang pasti akan senang, begitupun sebaliknya sedih dan sakit lebih terasa disini.” Hyerin menepuk dadanya sendiri. Senyumnya perlahan memudar karena tiba-tiba teringat dengan kejadian yang menimpanya. Ani, hubungannya. “Bahkan kalau disuruh memilih antara sakit hati atau sakit gigi lebih baik aku memilih sakit gigi saja.” lanjut Hyerin.
Luhan hanya tersenyum. Pikirannya masih melayang kemana-mana.
Hening. Hanya terdengar suara hembusan angin yang menerpa kulit masing-masing. Hanya terdengar deru napas mereka masing-masing. Keduanya hanya diam. Entah sampai kapan keduanya betah dengan keheningan yang tercipta kini.
Hyerin sangat membenci suasana seperti ini, maka dari itu ia memutuskan untuk kembali berbicara. “Ngomong-ngomong kenapa oppa berada disini? Bukannya tadi oppa sudah pulang?” tanya Hyerin. Ia kembali diam. Luhan tak kunjung merespon pertanyaannya membuat hatinya sedikit kesal karena sama sekali tidak ditanggapi.
Luhan diam beberapa saat. Hingga ia kembali membuka mulutnya. “Mm, wae? Apa tidak boleh menjenguk yeodongsaengku sendiri yang sedang patah hati? Haha.”
Hyerin menaikkan sebelah alisnya. “Yeodongsaeng?”
“Kau sudah kuanggap seperti yeodongsaengku? Wae? Tidak suka?” jawab Luhan. Tiba-tiba ia merasa jantungnya berpacu dengan cepat.
“Ah, tentu saja! Aku senang mempunyai oppa sepertimu, Luhan oppa!”
“Hyerin-ah, boleh aku meminta satu hal?”
“Mmm, katakan saja.”
“Aku ingin… memelukmu…” kata Luhan ragu. “Setidaknya, biarkan aku merasakan apa yang kini yeodongsaengku rasakan. Hanya ingin memberinya kehangatan, apa boleh?”
Hyerin tersenyum. Kedua tangannya ia angkat dan langsung ia kalungkan pada leher Luhan lalu ia mendekatkan tubuhnya untuk memeluk namja itu. Entah kenapa hatinya merasa damai, jika ia bisa menghentikan waktu ingin sekali ia menghentikannya dan merasakan pelukan hangat dari… Oppanya.
Luhan tersenyum datar. Matanya masih menatap langit dengan tatapan menerawang. Tangannya bergerak untuk membalas pelukan Hyerin. Damai.
***
Hyerin POV
Aku merasa lebih baik daripada hari-hari sebelumnya. Kini tekatku untuk melupakan namja yang pernah menjadi bagian dari hidupku sudah bulat. Aku benar-benar ingin melupakannya. Yah, tapi entahlah apakah aku mampu melupakannya atau tidak. Aku hanya berharap aku mampu melupakannya. Luhan oppa benar, aku harus melupakannya dan mulaimembuka hatiku untuk orang lain.Tapi… Huh! Lupakan saja! Sekarang ini, aku sedang berjalan menuju supermarket untuk membeli beberapa cemilan. Tetapi langkahku terhenti begitu seseorang menarik pergelangan tanganku pelan sehingga membuatku mau tidak mau berhenti melangkah dan membalikkan badan.
Seorang yeoja.
Aku memicingkan mataku mencoba untuk mengingat siapa yeoja yang menarik tanganku barusan. Nihil. Aku tidak mengingat apa-apa karena aku merasa sama sekali belum pernah bertemu dengan yeoja ini. Yeoja ini sangat asing bagiku tetapi ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiranku ketika melihatnya. Beberapa saat aku kagum melihat yeoja ini, dia sangat cantik, tinggi dan terlihat anggun. Seperti artis saja.
“Ah, nuguseyo?” tanyaku sopan.
Kulihat yeoja itu menatapku dari ujung kaki hingga kepala. Melihatnya menatapku seperti itu, aku jadi ikutan memeriksa penampilanku. Kurasa tidak ada yang salah dengan penampilanku. Jadi sebenarnya, yeoja ini sedang apa? Huh! Mungkin saja dia salah mengenali seseorang! Mengganggu saja!
“Kau yang bernama Park Hyerin?” tanya yeoja itu.
Aku menganggukkan kepalaku. “Nuguseyo?” aku kembali mengulangi perkataanku. Masih dengan memasang wajah bingung. Bagaimana bisa yeoja itu tahu namaku sedangkan aku sendiri tidak tahu namanya.
“Yeodongsaengnya Park Chanyeol?” tanyanya lagi.
Aish, menyebalkan! Kenapa dia tidak menanggapi perkataanku? Bukannya menjawab malah balik bertanya. Baru saja aku ingin melontarkan pertanyaan yang saa ketika yeoja itu telah mendahuluinya membuatku membatalkan niatku.
“Perkenalkan, aku Lee Naeun.” dia mengulurkan tangannya.
Akhirnya yeoja ini merespon pertanyaanku. Kubalas uluran tangannya. “Park Hyerin.”
Yeoja bernama Naeun itu langsung melepaskan tangannya dan menatapku datar. “Jadi yeoja bernama Park Hyerin seperti ini?” gumamnya dengan nada mengejek.
Aku menaikkan alisku . Bingung. Ya, bingung karena perkataannya.
“Tidak ada bagus-bagusnya. Wajahnya memang lumayan, bentuk tubuhnya terlalu kecil, pendek lagi dan rambutnya? Huh! Tidak ada bagus-bagusnya!” kali ini dia menatapku sinis. “Yeoja sepertimu lebih pantas bersanding dengan pengemis atau preman atau bahkan para duda kesepian, wajahmu cocok dengan tipe pria yang seperti itu.” lanjutnya.
Mataku melebar mendengar ucapannya. Hei, berani sekali dia mengataiku seperti itu. Tidak kenal saja sudah berani mengejek. Sial! “Ya! Apa maksudmu? Huh? Jaga bicaramu Naeun-ssi!” kataku dengan nada tinggi.
Naeun semakin sinis menatapku. “Wae? Kau tidak suka? Itu terserahku karena aku yang mempunyai mulut bukan kau! Seharusnya kau berterimakasih padaku karena telah memberikanmu tipe pria yang pantas untukmu!” balasnya.
“Ya! Sebenarnya kau ini siapa? Beraninya kau berbicara seperti itu! Kau tidak pernah diajarkan sopan santun?” bentakku.
“Oh, kau berani membentakku rupanya!” ujarnya sinis dan menatapku dengan tatapan tidak suka. Ia mendorong bahuku pelan sehingga membuatku sedikit terdorong kebelakang. Yah, untung saja tidak jatuh. “Seharusnya kau itu sadar siapa dirimu yang sebenarnya!”
“Memangnya kau siapa?! Huh?! Kau juga harus sadar siapa dirimu itu! Berani sekali kau bersikap tidak sopan seperti itu!” bentakku.
“Sudah kukatakan bahwa aku adalah Lee Naeun!” katanya.
“Aku tahu itu—” aku menyela tetapi yeoja bernama Naeun itu juga menyela perkataanku.
“Dan aku yeojachingunya Oh Sehun! Hahaha…” dia menyela sambil tertawa lebar.
Aku tertegun.
“Sadarlah! Kau itu tidak pantas dengannya!”  Naeun membentakku yang dilanjutkan dengan mendorong bahuku lagi, namun kali ini lebih keras sehingga membuatku benar-benar terjatuh.
Dia… Lee Naeun.. Yeojachingu Sehun oppa… Itu berarti yang ada dalam photo itu adalah… Lee Naeun? Ya Tuhan.
***
TO BE CONTINUED

0 komentar:

Posting Komentar

 
~ 신혜린 ~ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template