Title : Forgive Me
Author : Nurzaita (@AiYmm257_)
Genre : Romance
Lenght : Chaptered / Series Fic
Rate : PG 15
Cast :
- Park Yoonhee (OC),
- Kim (Xi) Luhan – EXO-M,
- Lee (Oh) Sehun – EXO-K,
- Kim Jong In – EXO-M.
Other cast :
- Lee Jinki – SHINee,
- Kim Kibum – SHINee,
- Park Chanyeol – EXO-K
- Jung Eunsoo (OC)
***
Normal POV
“Luhan kami—” ucapan Nyonya Kim terpotong karena Luhan menyela ucapannya. Membuat Nyonya Kim berhenti berbicara.
“Nuguseyo? Darimana kalian tahu namaku Luhan?” Luhan bertanya dan
menatap kedua orang didepannya itu dengan pandangan bingung. Ia menarik
napas panjang, sekeras mungkin ia berusaha memutar peristiwa sebelumnya
mengingat pria dan wanita itu tapi tidak ada yang ia ingat. Hanya sakit
dikepala yang ia rasakan.
“Luhan, kau—“ lagi-lagi ucapan Nyonya Kim terpotong. Bukan, bukan
Luhan yang menyela. Kali ini Tuan Xi yang menyela perkataan Nyonya Kim.
“Tuan Kim, Nyonya Kim, maafkan kami yang tidak memberitahu anda
sebelumnya. Sebenarnya, beberapa bulan yang lalu —sekitar enam bulanan—
Luhan mengalami kecelakaan dan membuat ingatannya hilang untuk
semetara.” kata Tuan Xi dengan menatap Tuan Kim dan Nyonya Kim yang
terlihat shock mendengar perkataannya. “Tapi anda jangan kawatir, uisa
bilang ingatannya akan segera kembali.” lanjut Tuan Xi.
“Jadi, Luhan?” Nyonya Kim menangis mendengar perkataan Tua Xi barusan.
Tuan Xi menatap kasihan pada Nyonya Kim. Dipandangnya seorang namja
yang masih terlihat bingung menatap Tua Kim dan Nyonya Kim. Tuan Xi
menepuk pundak namja itu pelan sehingga membuat namja itu menoleh
padanya. “Kembalilah, Luhan. Merekalah keluargamu. Semua orang yang
mengenalmu pasti sudah sangat merindukanmu.” kata Tuan Xi.
Luhan menatap Tuan Xi dan Nyonya Xi. “Tapi—”
“Kau boleh main kerumah ini sesukamu. Tapi kembalilah pada
keluargamu, Luhan. Siapa tahu saja kalau kau kembali ingatanmu akan
segera kembali dengan cepat.” kata Nyonya Xi.
Luhan menghela napas panjang. “Baiklah. Aku akan kembali.” jawab Luhan akhirnya.
Tuan Kim dan Nyonya Kim yang mendengarnya langsung memeluk Luhan saat itu juga.
***
Dikediaman rumah dari keluarga Lee terlihat seorang namja tengah
kesal memandang sang Appa dan Eommanya secara bergantian. “Kenapa harus
aku, Appa, Eomma? Jinki hyung kan lebih tua dariku. Seharusya dia saja
yang dijodohkan dengan yeoja pilihan Appa dan Eomma itu. Lagipula aku
masih terlalu muda. Umurku saja baru dua puluh tiga tahun.” kata namja
itu kesal.
“Ya!~ Aku kan sudah mempunyai yeojachingu. Aku tidak sepertimu yang
bahkan sampai saat ini belum pernah berpacaran sekali pun!” bantah namja
lain yang disebut Jinki oleh namja pertama yang terlihat lebih muda
itu.
Namja yang lebih muda itu menatap kesal kearah namja tadi. Jinki.
Jinki adalah hyungnya. “Enak saja kau berbicara seperti itu. Aku juga
sudah mempunyai yeojachingu, hyung!”
“Siapa yeojachingumu? Huh? Aku bahkan tidak pernah melihatmu dekat
dengan seorang yeoja. Bagaimana bisa kau mempunyai yeojachingu?!” kata
Jinki.
Lee Sehun. Ya, itulah namja yang lebih muda tadi. Ia masih menatap
kesal pada kakak laki-lakinya itu. “Ya! Jangan seenaknya saja berbicara
seperti itu, Hyung!” bentak Sehun.
“Baik, kalau begitu kenalkan aku pada yeojachingumu hari ini juga!” tantang Jinki.
“Cukup! Hentikan Sehun, Jinki!” bentak Tuan Lee. Tuan Lee menatap
kedua putra laki-lakinya yang sedang bertengkar karena mereka sama
sekali tidak mau dijodohkan. Ia menatap Sehun dan Jinki dengan tajam.
“Appa sudah membicarakannya dengan keluarga Park. Kami sepakat untuk
menjodohkan putrinya denganmu, Sehun.”
“Appa, kenapa harus aku? Jinki Hyung kan lebih tua dariku.” kata Sehun.
“Umurnya terlalu jauh dengan putri keluarga Park, yeoja itu degan
Jinki selisih delapan tahun. Kalau denganmu hanya selisih dua tahun.”
kata Tuan Lee.
“Appa! Aku tidak mau, lagipula aku belum mengenal yeoja itu.” bantah Sehun.
“Sehun, percayalah pada kami. Park Yoonhee, nama yang sangat cantik
seperti orangnya dan yeoja itujuga menyenangkan. Eomma yakin kau pasti
akan senang.” kata Nyonya Lee.
“Yoonhee? Aish, namanya saja yang cantik. Bagaimana kalau
kenyataannya yeoja itu tidak seperti yang Eomma katakan?!” kata Sehun
lagi kesal. Ia melirik kearah Jinki sekilas. “Sudahlah, lebih baik
dijodohkan dengan Jinki hyung saja.”
“Ya! Kenapa aku lagi? Aku tidak mau!” kata Jinki.
“Sudah, Sehun! Appa tidak mau mendengar bantahanmu lagi! Mau tidak mau kau harus mau menerima perjodohan ini!” kata Tuan Lee.
“Appa, apakah menurut Appa suatu hubungan akan berjalan dengan baik
tanpa adanya cinta? Hubungan yang dijalankan karena sebuah paksaan? Itu
hanya akan membuat keduanya saling terluka, Appa! Kumohon megertilah.”
kata Sehun memohon.
Tuan Lee menatap anak bungsunya itu. Ia membenarkan perkataan Sehun
tapi apa boleh buat. Keputusannya bersama keluarga Park sudah direncakan
sejak lama jadi mau tidak mau Sehun harus tetap dijodohkan dengan Putri
dari keluarga Park. “Sudahlah, Sehun! Perjodohan ini tetap
dilaksanakan, jangan membantah lagi! Arasseo?”
Sehun menundukkan wajahnya pelan. Ia diam, Melawan Appanya itu adalah
hal yang sangat percuma. Ia melihat Appanya mulai beranjak dari
duduknya dan mulai meninggalkan ruangan itu, tapi baru beberapa langkah
Appanya berhenti dan berbalik menghadap Sehun. Ia menatap Sehun tajam.
“Kemasi barang-barangmu. Besok kau harus tinggal bersama Yoonhee
dirumah keluarga Park. Lalu minggu depan, Yoonhee akan tinggal bersamamu
diapartemenmu sampai pernikahan kalian dilaksanakan! Jangan membantah,
kau harus melaksanakan yang Appa katakan, arasseo?” kata Tuan Lee.
“Arasseo.” jawab Sehun malas.
Jinki menepuk pundak Sehun cukup keras. “Selamat memulai hidup baru,
Sehun-ah, Aku akan selalu mendukungmu tapi awas kalau kau meminta Appa
untuk menggantikanmu yang dijodohkan itu!”
***
Key POV
Aku sedang duduk disofa ruang tamu. Sejak tadi —tepatnya sejak Kai
pergi, aku masih duduk disini. Aku mengeluarkan dua buah photo dari saku
celanaku. Photo dongsaengku bersama yeojachingunya. Kai, dongsaengku
yang kedua dengan yeojachingunya dan satunya lagi adalah Luhan,
dongsaengku yang pertama bersama yeojachingunya. Ya, keduanya adalah
dongsaengku. Sebentar lagi Luhan pulang, itu artinya perang besar akan
terjadi pada kedua adikku.
Park Yoonhee. Nama seorang yeoja berparas cantik yang berpacaran
dengan kedua dongsaengku. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Enam bulan
yang lalu Luhan menghilang dan setahuku Luhan sama sekali belum pernah
mengatakan bahwa dirinya telah berpisah dengan yeojachingunya. Tiga
bulan yang lalu Kai mengatakan bahwa dia mempunyai kekasih baru.
Entahlah kenapa, atau mungkin dunia terlalu sempit sehingga Kai
berpacaran dengan yeoja bernama Yoonhee itu. Awalnya aku tidak begitu
memperdulikan masalah itu, tetapi begitu Kai menunjukkan photo dirinya
bersama yeojachingunya itu membuatku langsung terpaku. Yeojachingu Kai
sangat mirip dengan yeojachingu Luhan. Bahkan yeoja itu memakai baju
yang sama didalam photo dan memiliki nama yang sama dengan marga ‘Park’.
Yang aku takutkan hanya satu, bagaimana kalau Luhan dan Yoonhee belum
benar-benar berpisah? Lalu apa maksud yeoja itu berpacaran dengan Kai?
Apa yeoja itu tahu kalau Kai adalah dongsaengku dan Luhan? Apa yeoja itu
berencana untuk mempermainkan perasaan Kai dan Luhan sekaligus? Selama
ini Luhan sering bercerita padaku tentang hubungannya dengan Yoonhee.
Saat itu aku sedang tidak berada di Seoul. Aku da keluargaku termasuk
Kai tinggal di Daegu. Appa bekerja disana sampai enam bulan yang lalu
aku dan keluargaku pindah ke Seoul karena kebetulan atasan Appa mengutus
agar Appa bekerja di Seoul saja. Hal itu membuatku dan keluargaku
sangat ingin tinggal bersama Luhan yang sejak SMP memang sudah tidak
tinggal bersamaku dan keluargaku, sejak kecil Luhan selalu minta agar
dirinya bersekolah di Seoul maka dari itu sewaktu SMP luhan disekolahkan
di Seoul. Tapi semuanya tidak seperti yang sudah diharapkan. Mendadak
Luhan pergi begitu saja bahkan alamat apartemennya saja tidak ada yang
kami ketahui. Tunggu, mungkin saja yeoja bernama Yoonhee itu tidak
mengetahui kalau aku dan Kai adalah saudara Luhan. Mungkin saja yeoja
itu lelah menunggu Luhan yang meninggalkannya terlalu lama sehingga
yeoja itu memutuskan untukmencari namjachingu baru. Hei, kalau memang
begitu kenapa harus Kai? Kenapa harus dongsaengku?
Aku menghela napas panjang. Sekarang apa yang harus lakukan?
Bagaimana bisa kedua adikku pernah memiliki hubungan dengan yeoja yang
sama? Aish, membingungkan!
Tiba-tiba ponselku berbunyi menandakan adanya telepon masuk. Kurogoh
saku celanaku dan mengambil benda yang sedang berbunyi meminta untuk
segera mengangkat pangilan tersebut. Aku terseyum begitu membaca nama
yang tertera disana, Eomma menelponku. Aku yakin Eomma pasti akan
membericarakan tentang Luhan. Tanpa pikir panjang langsung saja aku
mengangkat panggilan tersebut.
“Yeoboseyo?”
“Key, sebentar lagi Eomma dan Appa sampai dirumah.” kata Eomma dari sebrang sana.
Aku melebarkan senyumku. “Ne, Eomma, Eomma, kau membawa Luhan juga kan?”
Aku tidak mendengar Eomma langsung menjawab pertanyaanku. Kudengar
Eomma menghela napas panjang dengan berlebihan. Beberapa saat aku
kembali mendengar suara Eomma. “Ya, Eomma membawanya kembali. Hanya
saja—” perkataan Eomma menggantung begitu saja membuatku menaikkan
sebelah alisku karena penasaran.
“Waeyo, Eomma?” tanyaku.
“Ani, nanti saja kau bisa langsung mengetahuinya. Oh iya, Kai ada dirumah juga?” tanya Eomma.
“Ani, tadi Kai pergi bersama yeojachingunya.” jawabku. Tiba-tiba aku
teringat tentang peristiwa yang akan terjadi selanjutnya bila Kai dan
Luhan mengetahui bahwa mereka berdua sama-sama pernah memiliki suatu
hubungan dengan yeoja yang sama.
“Baiklah kalau begitu. Eomma tutup dulu teleponnya.” kata Eomma disebrang sana.
“Ne.” jawabku kemudian memutuskan sambugan telepon. Aku menghela
napas panjang dengan berlebihan kemudian menghembuskannya dengan cepat.
Kupegang kepalaku. “Baiklah, semuanya akan dimulai. Entah apa yang akan
terjadi selanjutnya.”
***
Normal POV
Kai mengantarkan Yoonhee pulang kerumah. Mereka menghabiskan waktu
mereka mengobrol di cafe yang tadi mereka kunjungi hingga siang. Setelah
itu Kai mengantarkan Yoonhee pulang dengan alasan bahwa dirinya harus
segera pulang karena saudaranya yang lama menghilang itu akan segera
datang.
“Gomawo, Oppa, kau sudah mengantarkanku pulang!” kata Yoonhee pada Kai dengan senyumnya yang manis itu.
Kai tersenyum menanggapi perkataan Yoonhee barusan. “Mianhae,
Chagiya, aku tidak bisa menemanimu lebih lama. Kau sudah aku ceritakan
bukan kalau hari ini Hyungku pulang?” kata Kai.
Yoonhee menganggukkan kepalanya. “Cepat pulang. Keluarga Oppa pasti sudah menunggu.”
“Ne. Aku janji, kapan-kapan akan aku kenalkan Hyungku padamu.” kata Kai sambil mengacak-acak rambut Yoonhee.
“Ya! Oppa! Berantakan!” kesal Yoonhee sambil mengecurutkan bibirnya.
Kai meraih sebelah tangan Yoonhee. Menggenggam tangan itu dengan erat
dan lembut. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Yoonhee. “Saranghae,”
bisiknya tepat ditelinga Yoonhee.
Yoonhee hanya diam. Ia bisa merasakan hembusan napas Kai yang menerpa
kulit telinganya. Hatinya terasa sesak mendengar ucapan Kai barusan.
Mungkin karena sampai saat ini Yoonhee masih belum bisa membuka hatinya
selain untuk orang yang sudah meninggalkannya secara tiba-tiba itu. Tapi
akhirnya ia berkata, “Nado Saranghae, Oppa.” Ia tahu ia salah, tak
seharusnya waktu itu ia menerima Kai menjadi namjachingunya. Padahal
jelas-jelas ia masih mempunyai hubungan dengan namja lain yang dengan
tiba-tiba meninggalkannya begitu saja. Belum ada kata ‘berpisah’ dalam
hubungannya dengan namja itu, itu artinya mereka masih menjadi sepasang
kekasih bukan? Tapi waktu itu ia mempunyai tekat untuk melupakan namja
yang meninggalkannya itu tapi nyatanya sampai saat ini ia masih belum
bisa melupakan namja itu. Semakin ia mencoba untuk melupakan namja itu,
semakin besar pula rasa cintanya pada namja itu.
Tiba-tiba Yoonhee merasakan bibir tebal milik Kai sudah bersentuhan
dengan bibirnya. Kai menempelkan bibirnya. Hanya menempel tidak sampai
melumat. Mata Yoonhee melebar begitu Kai memperlakukannya seperti itu.
Bagaimana tidak? Kai adalah namja pertama yang berhasil mencuri fisrt
kiss-nya.
Kai menjauhkan wajahnya dari wajah Yoonhee, melihat raut wajah yeoja
itu. Tetapi didetik berikutnya Kai kembali mendekatkan wajahnya ke wajah
Yoonhee. Hidung mereka bersentuhan dan saat itu juga Kai mulai
menempelkan bibir tebalnya pada bibir Yoonhee yang mungil. Kai melumat
bibir Yoonhee dengan lembut. Ini pertama kalinya Yoonhee berciuman dan
ia sendiri bingung harus bagaimana, maka dari itu ia memilih untuk diam.
Beberapa saat kemudian Kai melepaskan bibirnya dari bibir Yoonhee.
“Aku pulang dulu,” kata Kai. Sebelum benar-benar memutuskan untuk
pulang, Kai mengangkat tangan Yoonhee yang masih ia genggam kemudian
mencium tangan yeoja itu. “Saranghae. Jeongmal saranghae.”
Yoonhee hanya mengangguk pelan. “Nado saranghae, Oppa.”
Kai tersenyum kecil kemudian mulai meninggalkan Yoonhee. Motornya
melaju degan kecepatan tinggi, meninggalkan Yoonhee yang masih berdiri
didepan rumah.
Yoonhee menatap Kai yang mulai menghilang begitu melewati tikungan
jalan. Seakan yang baru saja ia alami adalah sebuah mimpi, Yoonhee
langsung tersadar dan melihat kesekelilingnya. Ia menghela napas lega
begitu tidak ada orang disana. Ia pun berjalan memasuki rumahnya sambil
memegangi bibirnya yang merah karena baru saja dicium oleh Kai. Sewaktu
membuka pintu, ternyata Chanyeol sudah berdiri dibalik pintu sambil
menatapnya dengan pandangan yang mencurigakan.
“O-oppa?” kata Yoonhee terbata. Apa Oppanya itu telah melihat adegan ciumannya tadi dengan Kai?
“Apa yang barusan kau lakukan? Huh?” tanya Chanyeol pada Yoonhee.
Yoonhee menghela napas pendek. Dugaannya benar! Chanyeol melihat
adegan ciumannya tadi denggan Kai. “Oppa, kami hanya berciuman. Sungguh.
Kami tidak melakukan apa-apa.” jelas Yoonhee.
Chanyeol mengangguk-anggukkan kepalanya. “Lalu? Apa kau sudah meminta pada namja itu untuk berpisah?”
Yoonhee menggelengkan kepalanya. “Aniyo, aku tidak akan memutuskannya.” jawab Yoonhee tegas.
“Ya! Lalu bagaimana dengan Sehun?! Besok dia sudah datang! Bagaimana kalau namjachingumu itu tahu semuanya?!” tanya Chanyeol.
“Entahlah, Oppa. Kai Oppa kelihatannya sangat menyayangiku, aku tidak mau melukainya.” jawab Yoonhee.
Chanyeol memeluk dongsaengnya itu. “Oppa tahu bagaimana perasaanmu saat ini, Yoonhee-ya. Oppa berjanji akan selalu mendukungmu.”
***
Kai membelokkan motornya untuk memasuki sebuah rumah yang selama enam
bulan ini ditempatinya. Tepat pada saat itu sebuah mobil dari arah yang
berlawanan memasuki rumah itu. Kai tahu betul, mobil itu adalah mobil
milik Appanya. Ia turun dari motor besarnya dan berjalan mendekati mobil
itu. Bebberapa orang yang erada didalam mobil akhirnya keluar. Senyum
Kai melebar begitu melihat Luhan keluar dari mobil.
“Luhan hyung!” seru Kai senang. Ia langsung mendekati Luhan dan memeluk namja itu. Tepat pada saat itu, Key keluar dari rumah.
“Ya! Lepaskan!” kata Luhan kesal.
Kai tertawa kecil dan menatap Luhan yang masih tidak ada perubahan
dari dulu. Masih tetap imut dan tampan. “Hyung, aku merindukanmu! Selama
ini kau kemana saja? Huh? Kau tahu? Selama enam bulan terakhir aku, Key
Hyung, Eomma dan Appa mencarimu.” kata Kai.
Key mendekati Luhan dan Kai. “Benar! Selama ini kau kemana saja? Huh?
Kami kira kau diculik oleh tante-tante karena wajahmu yang sangat imut
itu.” goda Key.
Luhan menaikkan sebelah alisnya bingung. “Nuguseyo?”
Key dan Kai yang mendengar pertanyaan Luhan barusan langsung saling
bertatapan. Detik berikutnya, Kai dan Key sama-sama tertawa menanggapi
pertanyaan bodoh Luhan itu.
“Ya! Luhan, jangan bercanda! Kau tidak usah berpura-pura lupa pada kami. Benar kan, Kai?” kata Key menyenggol lengan Kai.
Kai mengangguk-anggukkan kepalanya. Membenarkan yang Key katakan.
“Sudahlah, Hyung! Bercandanya nanti saja, ayo masuk!” kata Kai menarik
lengan Luhan untuk mengajaknya masuk.
“Key, Kai, Luhan sedang tidak bercanda. Enam bulan yang lalu dia
mengalami kecelakaan, membuat ingatannya hilang untuk sementara.” kata
Tuan Kim.
“MWO?”
***
Hari ini adalah hari dimana Yoonhee akan bertemu dengan calon
suaminya yang dibilang oleh Appa dan Eommanya. Yap, saat ini keluarga
Park sudah menunggu diruang tamu rumah mereka. Menunggu keluarga Lee
yang akan datang kerumahnya. Alasan keluarga Park dan keluarga Lee
menginginkan agar Yoonhee dan Sehun tinggal bersama adalah agar
keduanya tidak canggung satu sama lain apalagi mengingat bahwa kedua
orang itu akan segera dinikahkan, tidak mungkin sepasang suami-istri
saling canggung satu sama lain. Benar kan?
“Sepertinya mereka sudah datang. Ayo keluar.” kata Tuan Park.
Keluarga Lee turun dari mobil. Keluarlah sepasang suam-istri berserta
kedua namja dari mobil itu. Yoonhee terlihat menundukkan wajahnya,
membayangkan seperti apa wajah seorang namja yang dijodohkan dengannya.
Tuan Lee dan Nyonya Lee bersalaman dengan Tuan Park dan Nyonya Park.
Mereka saling memberi salam dan berbasa-basi mengenai perjodohan anak
mereka. Tersadar karena kedua anak yang akan djodohkan itu belum saling
mengenal, masing-masing orang tua mulai memperkenalkan mereka.
“Sehun-ah.” panggil Tuan Lee pada putranya. “Kemarilah.”
“Yoonhee-ya, sini. Appa akan memperkenalkanmu dengan calon suamimu ini.” kata Tuan Park sambil tertawa kecil.
Sehun mendekati Appanya, matanya terus-menerus menatap Yoonhee yang
masih menundukkan kepalanya. Ia penasaran kenapa yeoja itu sedari tadi
terus menundukkan wajahnya. Ada dua kemungkinan. Pertama, yeoja itu
malu-malu bertemu dengan dirinya. Kedua, yeoja itu sama sekali tidak
menyukai perjodohan ini sehingga yeoja itu terlihat malas untuk bertemu
dengan orang yang dijodohkan. Dalam hati, Sehun berharap agar yeoja itu
seperti yang kedua tadi. Mungkin saja dengan cara itu perjodohan akan
dibatalkan? Keduanya tidak saling mencintai bukan?
Tuan Lee menyenggol lengan putranya sambil mengsyaratkan sesuatu
dengan menggunakan matanya. Sehun paham betul, Appanya menyuruhnya agar
berkenalan dengan yeoja itu. “Annyeong. Sehun imnida.” kata Sehun sambil
mengulurkan tangannya.
Yoonhee masih enggan mengangkat wajahnya tapi ia membalas uluran tangan Sehun. “Yoonhee imnida.”
“Sekarang kalian berdua lebih baik jalan berdua. Kalian kan belum
saling mengenal. Ayo sana.” kata Tuan Park sambil mendorong Yoonhee dan
Sehun. Tuan Lee menyerahkan kunci mobil pada Sehun.
“Buat gadis itu tertarik denganmu, Sehun-ah. Oke?” bisik Tuan Lee pada Sehun.
Sehun hanya menganggukkan kepalanya dengan malas. Baiklah, kehidupan
bagaikan berada di Neraka sudah dimulai dari sekarang. Begitulah yang
ada didalam pikiran Sehun saat ini.
***
Namja itu melihat yeoja yang sedang duduk disebelahnya sedang menatap
keluar jendela mobil dengan pandangan bosan. Sejak tadi, ia merasa
yeoja itu tidak mau menatap wajahnya. Ya, Yoonhee tidak mau menatap
wajahnya. Entah karena apa, tiba-tiba Sehun meminggirkan mobilnya ditepi
jalan. Sehun menghela napas panjang, Yoonhee sendiri dapat
mendengarkannya dengan jelas suara helaan napas Sehun yang langsung
masuk kedalam indera pendengarannya. Perlahan Sehun menyentuh pundak
gadis itu.
“Mau apa kau?” seru Yoonhee terkejut begitu merasakan tangan besar
Sehun menyentuh pundaknya. Ia langsung memutar kepalanya dan berseru
dengan suara menuduh. Tepat pada saat itu, mata keduanya bertemu. Baik
Yoonhee maupun Sehun saling menatap mata sang lawan. Untuk beberapa saat
keduanya terdiam.
Sehun tersadar langsung menurunkan tangannya dari pundak Yoonhee.
Lagi-lagi Sehun menghela napas. “Kau mencintaiku?” tanya Sehun.
“Mwo?” mata Yoonhee melebar seketika begitu mendengar pertanyan bodoh
yang keluar dari mulut Sehun. Apa katanya? Mencintainya? Hei, yang
benar saja! Bukankah keduanya baru saling mengenal? Bahkan belum ada
satu jam keduanya saling mengenal. Dasar laki-laki gila.
“Kau mencintaiku?” kata Sehun mengulangi pertanyaannya yang belum dijawab oleh Yoonhee.
Yoonhee menggeleng cepat. “Aniyo. Kita kan baru kenal, mana mungkin aku mencintaimu secepat itu?” jawab Yoonhee.
Sehun tersenyum lebar. “Jinjjayo? Kau tidak mencintaiku? Bagus!” kata Sehun senang.
Yoonhee menaikkan sebelah alisnya. Bingung. “Maksudmu?”
“Kau sudah mempunyai namjachingu?” tanya Sehun lagi.
Yoonhee menganggukkan kepalanya dan menatap Sehun ragu. “Mmm.”
“Bagus!”
“Apanya yang bagus?”
Sehun menatap Yoonhee dengan gemas. “Kau ini! Coba kau pikirkan
baik-baik. Aku dan kau sama-sama tidak saling mencintai lalu kau sudah
mempunyai namjachingu, aku juga akan mengatakan hal ini pada Appaku dan
Appamu. Bukankah itu mempermudah untuk membatalkan perjodohan ini?
Benarkan?” kata Sehun menjelaskan sambil tersenyum lebar.
Yoonhee tersenyum walau terkesan dipaksakan. “Percuma, Sehun-ssi. Aku
sudah mengatakan tentang ini pada Appa tapi Appa mengatakan bahwa
perjodohan ini akan tetap dilaksanakan. Bahkan kalau perlu Appa akan
mendatangi namjachinguku dan mengatakan padanya bahwa aku telah
dijodohkan denganmu.” jelas Yoonhee lagi.
Senyum Sehun memudar. “Kenapa begitu? Mereka sangat egois!”
Yoonhee menganggukkan kepalanya. Menyetujui apa yang Sehun katakan
barusan. “Ne, kalau begini terus. Aku bisa tersiksa.” gumam Yoonhee.
“Lalu kita harus bagaimana agar perjodohan ini dibatalkan?” tanya Sehun.
Yoonhee mengangkat bahunya. Bertanda bahwa gadis itu tidak tau. “Mollayo, Sehun-ssi. Apa usulmu kali ini?”
“Entahlah, aku pun merasa bingung.” jawab Sehun.
Yoonhee tidak menyahut. Keduanya saling diam, suasana hening tercipta
diantara keduanya karena keduanya saling sibuk dengan pikiran
masing-masing. Berpikir keras untuk menemukan jalan agar perjodohan
mereka dibatalkan. Namun sayang, tak ada satu idepun muncul dalam benak
mereka. Membuat keduanya menghela napas pasrah dan putus asa.
Sehun menatap Yoonhee. Ia melihat gadis tu sedang melamun dan menatap
kearah jalanan dengan pandangan mata kosong. Untuk kesekian kalinya,
Sehun menghela napas panjang dengan berlebihan. “Menurutmu, apa
perjodohan ini bisa dibatalkan?” tanya Sehun, suaranya lemas.
“Menurutku bisa. Tapi kemungkinannya sangat kecil. Aku tahu Appa kita
mempunyai watak yang sama. Keras kepala. Egois.” sahut Yoonhee.
“Kalau sudah begitu kita laksanakan saja semua permintaan orang tua kita.” kata Sehun.
Yoonhee menoleh cepat kearah Sehun dengan mata yang melebar. “Mwo?”
***
Luhan POV
Kemana orang-orang dirumah? Kenapa semuanya pergi meninggalkanku?
Tidak! Aku tidak sendiri. Ada Kai dirumah ini. Tapi kan dia sedang
tidur. Itu artinya sama saja aku sendirian dirumah. Sepi. Tidak seperti
ketika aku tinggal dirumah keluara Xi yang selalu ramai dan banyak
orang-orang yang sangat ramah. Rumah ini sepi karena Appa dan Eomma
bekerja sedangkan Key hyung pergi entah kemana.
Membosankans!
Baiklah, mungkin sebaiknya aku menjelajahi isi rumah ini. Siapa tahu
saja aku bisa mengingat sesuatu. Yap, selama enam bulan ini aku lupa
ingatan. Uisa mengatakan bahwa ingatanku akan segera kembali. Tapi
sampai saat ini tidak membuah hasil. Aku masih saja tidak mengingat
apapun. Kuharap selama aku tinggal disini secara perlahan-lahan
ingatanku mulai kembali. Key hyung mengatakan padaku kalau selama ini
aku belum pernah tinggal disini. Tapi di apartemen yang sudah sejak SMP
aku tempati. Key hyung juga berusaha membantuku untuk mengingat tentang
itu tapi sayangnya aku masih belum mengingat apa-apa. Huh payah!
Saat ini aku sedang berada didalam kamar Key hyung. Aduh, sopan tidak
sih aku memasuki kamar hyungku sendiri? Secara diam-diam dan tanpa izin
lagi. Ah, biarkan saja. Lagipula diakan hyungku bukan orang lain.
Memangnya memasuki kamar hyungnya sendiri dilarang? Tidak kan?
Kusapu pandangan disekitarku. Memandang setiap isi yang ada didalam
ruang kamar Key hyung. Beberapa saat aku menganga. Hei, kenapa selera
Hyungku itu seperti yeoja? Terlalu feminime, semuanya serba merah muda.
Astaga.
“Mungkin lebih baik aku memanggilnya Key noona saja dari pada Key hyung.” gumamku sambil tertawa kecil.
Aku duduk dimeja belajarnya. Baiklah, aku sudah tahu satu hal. Key
hyung mempunyai selera seperti yeoja. Aku berusaha mengingat tentang Key
hyung. Tapi tetap saja aku tidak mengingat apapun. Yang ada malah
kepalaku terasa sakit dan pusing. Inilah salah satu kebiasaanku bila aku
terlalu memaksakan diri untuk mengingat hal yang tidak kuingat.
Tiba-tiba mataku berhenti pada sebuah photo. Hanya terlihat setengah
gambar karena yang setengahnya tertutup dengan sebuah ponsel. Dasar!
Kudengar Key hyung memang sering lupa membawa ponsel. Kulirik photo itu,
aku melihat seorang yeoja disana. Mungkinkah itu yeojachingu Key hyung?
Aku penasaran! Tapi sebelumnya aku mengambil ponsel Key hyung. Aku
tersenyum begitu melihat wallpaper ponsel hyungku itu. Ada tiga orang
disana. Kuperhatikan photo itu dengan teliti. Oh, aku baru menyadari
bahwa orang yang berada disana adalah Key hyung, Kai dan diriku. Aku
tersenyum kecil. Sepertinya itu photo kami bertiga sewaktu masih kecil.
Kuletakkan kembali ponsel milik Key hyung dan menatap photo yang
membuatku sedikit penasaran.
Kuambil photo itu. Tidak. Maksudku, tidak seperti yang kupikirkan
tadi. Awalnya kupikir yeoja itu sedang sendiri tapi ternyata tidak. Yap,
seperti yang sudah kubilang barusan, yeoja yang berada didalam photo
itu tidak sendiri melainkan bersama seorang namja. Kuperhatikan namja
itu. Bukan seperti Key hyung. Tapi. Ah, tunggu! Bukankah namja yang ada
didalam photo itu aku?! Kenapa aku berada disana? Kenapa aku bersama
seorang yeoja? Apa itu teman yeoja yang dekat denganku? Atau
yeojachinguku?
Tidak! Seingatku aku belum pernah berpacaran! Aku sama sekali tidak tertarik dengan gadis manapun! Aku yakin itu.
Aku memperhatikan baik-bak photo itu. Tunggu, sepertinya aku mulai mengingat sesuatu.
“Geli oppa! Lepaskan!”
Argh, kepalaku sakit. Samar-samar aku dapat membayangkan sesuatu. Aku
mendengar suara lembut seorang yeoja. Cukup bagus, aku mulai
mengingatnya walaupun belum secara menyeluruh. Aku berusaha mengingat
kembali.
“Kau menyebalkan, oppa!”
Sial! Kepalaku semakin bertambah sakit. Sosok bayangan seorang gadis
yang tidak terlalu jelas kembali muncul dalam pikiranku. Bahkan aku
dapat membayangkan bahwa aku berada disana. Sedang memeluk seorang
yeoja, mencium singkat pipi seorang yeoja, dan memasangkan sebuah cincin
pada seorang yeoja. Bayangan itu muncul berkali-kali. Sial! Kepalaku
semakin bertambah sakit.
“Oppa. Bagus sekali?! Yang satu untukku kan?!”
Ya Tuhan! Ada apa ini? Kepalaku rasanya seperti sedang mendapatkan
sebuah hantaman cukup keras. Baru kali ini aku merasakan sakit yang luar
biasa. Lagi-lagi aku mendengar suara seorang yeoja yang berbisik pada
telingaku dengan suaranya yang lembut. Bayangan itu menghilang, muncul,
menghilang dan muncul lagi. Terus seperti itu secara berkali-kali.
“Gomawo oppa. Saranghae.”
Aku memegangi kepalaku dengan kedua tangan. Kata-kata yang berbeda
kembali muncul tapi bayangan seorang namja dan seorang yeoja masih
muncul dalam otakku. Seperti tadi. Muncul dan menghilang secara
berkali-kali. Bayangan yang tidak terlalu jelas. Rasanya luar biasa
sakit.
“Geli oppa! Lepaskan!”
“Kau menyebalkan, oppa!”
“Oppa. Bagus sekali?! Yang satu untukku kan?!”
“Gomawo oppa. Saranghae.”
keempat kata-kata itu kembali muncul dalam bayanganku. Entah mengapa,
tapi yang aku rasakan saat itu semuanya mendadak menjadi gelap. Bahkan
rasa sakit dikepalaku tidak aku rasakan lagi. Semuanya gelap dan aku
tidak tahu apa yang terjadi padaku saat itu.
***
To Be Continued
0 komentar:
Posting Komentar